NovelToon NovelToon
Menjadi Selamanya

Menjadi Selamanya

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Nikah Kontrak / Cinta Paksa / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:24.9k
Nilai: 5
Nama Author: Kiky Mungil

Divi hampir menyerah saat pengajuan pinjamannya ditolak, dengan alasan Divi adalah karyawan baru dan pengajuan pinjamannya terlalu besar. Tapi Divi memang membutuhkannya untuk biaya operasi sang ibu juga untuk melunasi hutang Tantenya yang menjadikan Divi sebagai jaminan kepada rentenir. Dimana lagi dia harus mendapatkan uang?

Tiba-tiba saja CEO tempatnya bekerja mengajak Divi menikah! Tapi, itu bukan lamaran romantis, melainkan ada kesepakatan saling menguntungkan!

Kesepakatan apa yang membuat Arkael Harsa yakin seorang Divi dapat memberikan keuntungan padanya? Lantas, apakah Divi akan menerima tawaran dari CEO yang terkenal dengan sikapnya dingin dan sifatnya yang kejam tanpa toleransi itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kiky Mungil, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chap 16. Perhatian Semu

Arkael menghela napas sebelum melanjutkan langkahnya, ia berhenti tepat di depan Divi, dengan sangat inisiatif Seli berdiri dari sisi Divi karena sorot mata Arkael mengatakan demikian.

Divi mendongak, melihat Arkael dengan senyuman lemah, sisi yang tadi ditempati Seli kini diisi oleh Arkael, dia langsung meraih tangan Divi, menggosokkan tangannya pada tangan Divi.

"Sudah kukatakan, tanganmu jangan sampai dingin lagi." katanya sambil menghembuskan napas hangatnya ke tangan Divi.

Siapa pun yang tidak tahu adanya kesepakatan diantara mereka, pasti akan mengira Arkael begitu mencintai Divi.

"Seli, Arin, carikan Nyonya minuman hangat." Titah Arkael tanpa melihat orang yang dia perintahkan.

"Saya bawakan Nyonya kopi hangat, Tuan." kata Arin.

"Nyonya alergi kopi." kata Arkael membuat Divi terkesiap. Tapi tentu saja membuat Arin kaget.

"Ap-apa? Nyonya alergi? Ya Tuhan, maafkan saya Nyonya, saya tidak tahu, saya..."

"Arin, aku nggak apa-apa." Sela Divi buru-buru sebelum Arin semakin meracau karena ketidaktahuannya.

"Maafkan saya, Nyonya." kata Arin sekali lagi.

"Ya, nggak apa-apa."

"Sudah cepat kalian Carikan istriku minuman hangat!"

"Baik Tuan."

"Baik Pak."

Seli dan Arin akhirnya meninggalkan tempat, menyisakan Divi, Arkael dan Bimo saja di ruang tunggu itu.

Divi segera menarik dan menolak digenggam lebih lama lagi oleh Arkael, meski genggaman tangan Arkael sangat hangat dan mengantarkan rasa nyaman dalam dirinya. Karena itu lah Divi harus sadar diri, ia tidak boleh merasakan nyaman pada pria yang tidak akan pernah menjadi miliknya.

"Saya baik-baik saja, Pak. Tangan saya dingin seperti ini karena memang saya seperti ini kalau gugup. Nanti juga hangat sendiri." kata Divi seraya duduk menggeser, menjauh dari Arkael.

"Bim, apa lo yakin Arin nggak tau kalo Divi alergi kopi?"

"Yakin, dia memang nggak tau aja." jawab Bimo yang bisa seyakin itu karena dia bisa membaca gerak tubuh dan ekspresi seseorang ketika orang itu berkata jujur atau berbohong. "Yang gue bingung, lo tau dari mana Divi alergi kopi?"

"Iya, Bapak tau dari mana saya alergi kopi?" Sahut Divi juga penasaran.

"Perhatikan cara bicaramu, kita ada di luar."

"Tapi kita kan cuma bertiga."

"Apa kamu yakin di balik tembok itu nggak ada mata-mata Kakek?"

Divi melebarkan mata, "Apa mungkin ada Pak Ron disana?" tanya Divi dengan suara pelan.

Arkael mengedikkan bahu terlihat acuh. "Makanya jangan jauh-jauh. Sini!" Arkael menepuk lagi sisi tempat duduk yang tadi diduduki Divi sebelumnya, agar gadis itu kembali duduk menempel padanya.

Bimo yang melihat itu hanya bisa menggelengkan kepalanya saja.

Divi pun kembali duduk mendekat disisi Arkael, tapi dia melipat kedua tangannya di depan dada, menggagalkan niat Arkael untuk menggenggam tangan Divi.

"Jadi, tahu dari mana aku alergi kopi?"

"Aku nggak sengaja dengar saat kamu dan Dar menyiapkan sarapan, kamu bilang kamu alergi kopi waktu Dar mau membuatkan kopi untukmu."

Divi mengangguk mengerti, bagi Divi apa yang dikatakan Arkael adalah hal yang normal, tapi bagi Bimo yang tahu bagaimana Arkael sejak jaman purbakala tentu saja hal yang Arkael katakan adalah sesuatu yang tersirat. Arkael tidak akan pernah mengisi ingatannya dengan sesuatu yang dia anggap tidak penting. Jika apa yang didengar Arkael dengan cara tidak sengaja itu diingat dan tidak diacuhkan oleh seorang Arkael, maka dapat dipastikan ada sesuatu yang spesial.

"Katakan padaku, apa lagi yang membuatmu alergi?" tanya Arkael seraya tangannya menyentuh rambut Divi, ia merasai rambut Divi yang ternyata sangat lembut di telapak tangannya.

"Tape uli."

"Apa itu? Makanan?" Arkael mengerutkan keningnya.

Divi menggerakkan tubuhnya hingga ia berhadapan dengan Arkael.

"Pak...eh, kamu nggak tau tape uli itu apaan?"

Arkael menggeleng. Karena Divi mengubah posisinya, dia tidak lagi bisa mengusap helaian rambut gadis itu, jadi yang dia lakukan sekarang adalah, menopangkan pelipisnya pada buku tangannya, sikunya bertengger pada sandaran kursi, sementara matanya menatap Divi dengan sorot mata yang teduh, memperhatikan Divi yang mulai menjelaskan apa itu tape uli, dari cara pembuatannya hingga bagaimana aromanya.

Hal itu tentu saja membuat Bimo gatal untuk mendokumentasikannya di dalam ponsel pintarnya yang dia lakukan tentu saja dengan cara sembunyi-sembunyi.

"Aku rasa aku tidak akan suka." Sahut Arkael setelah mendengar penjelasan Divi.

"Kenapa?"

"Aku nggak suka makanan atau minuman yang difermentasi."

"Ohhh," Divi mengangguk. Bagi Divi, mungkin itu hanya sekedar informasi selayang pandang, tapi Bimo tahu, apa yang Arkael lakukan. Temannya itu bukan hanya sekadar memberitahu, tapi juga sedang mengetes apakah informasi ini akan diingat Divi nantinya.

"Omong-omong, bagaimana rasanya sekarang?"

"Rasanya apa?" tanya Divi tidak mengerti.

"Tanganmu. Apa masih dingin?"

Ah, benar juga, Divi tidak lagi merasakan dingin pada kedua telapak tangannya, suhunya sudah kembali normal entah sejak kapan.

"Tanganku sudah baik-baik saja." jawab Divi.

"Bagus. Kamu hanya perlu mengalihkan perhatianmu saat tanganmu dingin."

"Eh?"

"Kurasa kamu cocok jadi guru, caramu menjelaskan sesuatu cukup masuk akal dan mudah dimengerti." kata Arkael santai.

"Jangan bilang kamu sebenarnya tau apa itu tape uli?" Mata Divi memicing.

Arkael mendengkus, kemudian menjawab. "Tentu saja."

"Hah! Jadi untuk apa aku menjelaskan panjang lebar?"

"Tentu saja untuk-"

"Nyonya," Arin dan Seli datang membawa apa yang ditugaskan oleh Arkael. "Ini kami bawakan cokelat hangat, teh hangat, susu jahe merah hangat, teh tarik hangat."

"Banyak sekali." Mata Divi melebar.

"Pilih saja salah satu, sayang." kata Arkael dengan tangannya yang kembali mengusap puncak kepala Divi.

Divi memilih cokelat hangat, Arkael teh hangat, Bimo sudah menyeruput kopi yang sejak awal dibawa Arin, Seli memilih teh tarik, sementara Arin kopi. Sisanya diberikan ke petugas kebersihan yang kebetulan lewat di depan ruang tunggu itu.

Karena sudah ada Arin dan Seli disana, tidak ada alasan lagi bagi Divi untuk menghindari act of service yang dilakukan Arkael.

Divi harus menerima setiap sentuhan Arkael kala pria itu mengusap sudut bibir Divi dari sisa minuman cokelat yang diteguknya, atau saat Arkael menyelipkan sejumput rambut Divi ke belakang telinga, atau saat Arkael mengusap lengan Divi saat gadis itu mulai gelisah lantaran operasi masih terus berjalan. Divi harus menerima semua bentuk perhatian semu yang diberikan Arkael dengan menekan kuat-kuat perasaannya sendiri agar tidak terluka sendirian nantinya.

Pintu bergerak ketika seorang perawat dengan pakaian hijau keluar dari sana.

"Keluarga pasien Ibu Inna?"

"Ya, saya anakknya, bagaimana kondisi Ibu?"

Perawat itu menampilkan ekspresi yang tidak bisa dikatakan tenang, dan itu tentu saja membuat Divi seketika cemas.

"Apa yang terjadi?" Arkael bertanya lagi.

"Pasien mengalami kritis dan membutuhkan transfusi darah secepatnya. Stok darah disini untuk golongan darah yang sama dengan pasien kosong. Apakah ada diantara keluarga yang mempunyai golongan darah yang sama?"

Divi lemas dan hampir limbung jika saja Arkael tidak menahan pinggangnya.

"Golongan darahku berbeda." kata Divi dengan suaranya yang putus asa.

"Apa golongan darahnya?" tanya Arkael.

"AB positif."

"Ambil darah saya sebanyak yang dibutuhkan." Arkael meminta Seli untuk memegangi Divi.

"Darah kamu..."

"Sama dengan ibu, jadi jangan cemas, oke? Ibu akan baik-baik saja, aku janji." kata Arkael penuh dengan ketulusan.

"Baik kalau begitu mari ikut saya." kata perawat itu.

Arkael mengangguk, dan sebelum ia mengikuti langkah si perawat, lebih dulu Arkael mengecup kening Divi, mengusap pipinya lembut. "Tenanglah, jangan sampai tangamu dingin, oke?"

Divi hanya bisa mengangguk.

Perasaannya kacau, antara cemas dengan kondisi ibunya juga bimbang dengan perhatian semu ini.

.

.

.

Bersambung~

1
Boma
waduh ada rahasia apa ya,menegangkan bgt,jangan lama2 thor
Kiky Mungil: heheheh, maaf ya agak lama up nya, lagi banyak kejutan tak terduga nih di dunia nyatanya otor 😅
total 1 replies
Boma
ooh begitu ceritanya
Boma
loh kemana arkael thor,masa di dapur ada yg nyulik
Boma
lanjut,bobol gawangnya
Umie Irbie
siiiiiiiaaaaaap🤣
Boma
ulat bulu datang
Boma
😄😄ketauan boong,pasti kecelakaanya di sengaja
Boma
maksudnya ini apa ya,apa kecelakaan di sengaja biar divi maubalik lgi ke arkael
Muri
kok ada yaaa ayah bejat kaya gitu sama anak kandungnya sendiri.
Boma
mau ya divi moga kael mau nerima kamu sepenuhnya,walau pun kamu gak perawan lgi
Umie Irbie
yaaaah...divi udah ngg prawan sama ayah nya sendiri😏😫 kirain bisa di gagalin 😒😩 ternyata tetap di pake,😩😒😫 iyaaa itu mah ngg pantas untuk kael
Boma
ya ampun ayah kandung iblis itu mah
Boma
terus berjuang el,untuk meyakinkan divi
Boma
pasti divi salah paham,di kiranya akan mengakhiri pernikahan kontraknya
Boma
padahal kakek cuma ingin tau perasaan kael yg sesungguhnya
Boma
mending jujur aja divi,kalo perasaan itu ada,tapi sllu menepisnya,karna tak sepadan dgn arkael,moga kakek merestuimu divi
Boma
pasti rana,makin runyam
DwiDinz
Siapa tuh yg nguping? Rana atau divi? 🤔
Boma
kamu aja yg ambil,biar nanti terbiasa😄
Umie Irbie
kok ayah siiii thoooor 😱🤔🤔 punya
traumakah ????
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!