Senyuman Kecil Untuk Maritsa

****

Zacky dan Ibunya sudah sampai di supermarket H. Setelah memarkirkan mobilnya, mereka bejalan menuju stand Buah, sayur dan per-lauk-an.

Zacky yang sabar mengikuti kemana Ibunya pergi dengan mendorong trolly. sesekali tersenyum melihat ibunya yang antusias memilih bahan makanan yang dibutuhkan. Dia juga membantu memilih bahan dengan dengan kualitas yang baik. awalnya supermarket sepi karena masih pagi dan baru saja dibuka. namun lama kelamaan pengunjung membludak.

Setelah dirasa sudah lengkap, Mutiara menuju kasir.

"Bu, Zacky ingin ke Toilet sebentar ya, gak tahan."

"Yaudah, jangan lama-lama. Nanti Ibu tunggu di depan sana."

"Siap Bos." Zacky segera lari menuju toilet.

Mutiara lega karena dia yang pertama berada di kasir. Selang beberapa menit ada beberapa orang yang antri di belakangnya.

Kasir segera men-total belanjaan Mutiara. Tapi sayangnya ada kendala dengan pembayaran non tunai.

"Bu Totalnya satu juta dua ratus lima puluh ribu rupiah. Tapi mohon maaf, pembayaran non tunai sedang ada kendala. System kami bermasalah bu. Jadi untuk saat ini hanya bisa dilakukan pembayaran secara tunai. Sekali lagi mohon maaf." sang kasir menangkupkan kedua tangannya dengan sopan.

Mutiara segera membuka dompetnya, dia mengeluarkan uang tunai. Tapi sayangnya tidak cukup. Hanya ada 10 lembar uang ratusan yang dia miliki saat ini.

Dia tidak mungkin pergi untuk melakukan tarik tunai di ATM. Mengingat Antriannya sudah mulai memanjang.

"Sebentar ya mbak, saya telpon anak saya dulu."

Mutiara menelpon Zacky, tapi sampai beberapa kali tidak diangkat. Dia bimbang, kalaupun dia meng-cancel beberapa bahan makanan, dia merasa keberatan.

seseorang yang antri di belakangnya melihat Mutiara frustasi, karena telponnya tidak segera diangkat.

"Maaf bu, ada yang bisa saya bantu?" Tanya seorang gadis yang kebetulan antri di belakang Mutiara.

"Oh ini pembayaran non tunai lagi trouble. uang tunai saya tidak cukup. Anak saya juga susah dihubungi."

"kalau boleh tau berapa ya bu."

"ini masih kurang dua ratus lima puluh ribu."

"Oh kalau begitu Ibu bisa pakai uang saya dahulu. Kebetulan saya bawa uang tunai lebih." tawar gadis itu.

"Oh tidak nak, Ibu takut merepotkanmu."

"Tidak apa-apa bu, kalau Ibu merasa sungkan, Ibu bisa mengembalikannya di lain waktu."

Mutiara diam sejenak, dia melihat antrian yang semakin panjang. Sampai ada beberapa orang yg pindah ke kasir lainnya.

"Baiklah kalau gitu, saya pinjam dulu ya nak, nanti kalau anak Ibu sudah balik, Ibu kembalikan."

Setelah melakukan pembayaran, Mutiara menunggu gadis itu sampai selesai melakukan pembayaran juga.

"Nak, terimakasih ya kamu mau bantu saya. Jarang-jarang ada orang yang percaya meminjamkan uang ke orang asing." Mutiara membelai tangan gadis itu.

"Sama-sama Bu. entahlah, saya juga merasa percaya sama Ibu padahal baru pertama kali ketemu." gadis itu senyum dengan manis.

Sekitar 5 menit Zacky tak kunjung kembali. Akhirnya gadis itu mulai berpamitan.

"Bu, apa bisa saya tinggal dulu?. Soalnya saya ada keperluan."

"Eh iya maaf ya, Anak ibu ini gak bisa dihubungi sama sekali. Atau gini aja. Ibu minta nomer kamu, nanti kamu kirim nomer rekening kamu. Biar ibu transfer."

"Iya bu silahkan."

Mutiara memberikan Hp nya ke gadis itu agar mengetikkan nomornya.

Setelah selesai mengetik, gadis itu mengembalikan HP Mutiara kembali.

"Bu saya pamit dulu. Assalamualaikum."

"Waalaikum salam. sekali lagi terimakasih ya nak."

Gadis itu hanya menganggukan kepala dan tersenyum lembut hingga akhirnya dia pergi meninggalkan Mutiara.

"Ya Allah cantik sekali. Sudah baik hati, sopan, berhijab lagi. Sepertinya cocok dengan Zacky."

Mutiara terus memperhatikan gadis itu sampai tak terlihat.

"Astaga, aku sampai lupa menanyakan namanya. Dasar pikun. Eh tapi aku sudah minta nomernya. Lain kali aja bisa kenalan." Dia tersenyum puas.

Setelah setengah menit menunggu, akhirnya Zacky muncul.

Mutiara langsung memasang wajah cemberutnya.

"Kamu itu ke toilet apa ketiduran Za. Lama banget. Lihat nih mama sampe kurus nungguin kamu."

"Maaf bu, tadi habis dari toilet, Zacky ketemu teman lama. Kebetulan dia mengantar istrinya belanja. Jadinya kita ngobrol. Eh keterusan sampe lupa waktu."

"Huuuft, padahal Ibu sudah nelpon kamu. Mungkin seratus kali. Tapi gak kamu angkat."

"Astaga iya bu lupa, HP Zacky ketinggalan di mobil."

"Dasaaaaaar pikuuun." Mutiara mencubit lengan anaknya itu.

"Aaaww ampun bu. Maaf. Sebagai gantinya, aku ajak Ibu jalan-jalan ya...nanti aku traktir apapun yang ibu mau."

Mutiara yang mendapat angin segar, dia tersenyum dan berjalan di depan Zacky. Zacky yang ada di belakangnya seperti asistennya karena membawa belanjaan yang lumayan banyak.

Mutiara masuk ke stan Cafe yang ada di supermarket tersebut. Dia memilih minuman untuk melepas rasa dahaganya.

"Za tau gak, tadi ibu itu kebingungan di kasir gara-gara pembayaran non tunai lagi trouble. Uang cash ibu cuma sejuta. Ibu telpon kamu gak diangkat-angkat. Untungnya ada gadis baik hati yang antri tepat di belakang ibu menawarkan untuk membayar belanjaan Ibu."

"Apa? Jadi ibu ngutang ke orang asing?" Zacky yang shock langsung membulatkan matanya.

Mutiara yang merasa malu langsung mencubit lengan anaknya itu

"Aaww.." Pekik Zacky.

"Husssst, jangan keras-keras kalau ngomong. Malu tau." Mutiara emosi tapi tetap memelankan suaranya.

"Lah lagian Ibu apa gak malu ngutang ke orang yang baru ibu temui?."

"Sebenarnya ibu sungkan, tapi berkat ibu ngutang, ibu jadi punya nomor gadis itu." jawab Mutiara dengan senyum lebar.

"Aduh, perasaanku mulai gak enak." Zacky menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Dia merasa kalau Ibu nya pasti punya rencana menjodohkannya dengan gadis yang baru ditemui itu.

"Heheheh kamu tau kan apa yang ada difikiran ibu?"

Maritsa makin menggoda anaknya dengan menaik turunkan alisnya.

Zacky hanya menghembuskan nafasnya dengan kasar.

Sekitar 20 menit mereka menikmati minuman dengan mengobrol, mereka memutuskan untuk kembali ke rumah. di sepanjang perjalanan Mutiara terus mengoceh, menceritakan bagaimana kecantikan gadis yang menolongnya itu.

Zacky pun sebenarnya penasaran. Tapi tetap dia takut akan kejadian masalalu terulang kembali.

apalagi di hatinya sekarang sudah terpaut satu nama. Jadi dia tidak mau ambil pusing dengan rencana Ibunya itu.

****