ISTRI SATU MILIAR

Private jet yang mengangkut keluarga bangsawan Amerika dan Indonesia, mendarat dengan selamat diBandar Udara Gusti Ngurah Rai Bali. Awak penumpang yang didominasi oleh pemuda dan gadis belia itu, langsung menunju kesalah satu vila mewah milik keluarga tersebut dikawasan Seminyak Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung.

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih tiga puluh menit, tibalah mereka disana. Kesemuanya segera memasukin vila masing masing, untuk menyimpan barang bawaan, selanjutnya akan bermain dengan luasnya hamparan pasir putih dan gulungan ombak dipantai yang berairkan sangat jernih, sekaligus menanti munculnya keindahan sunset disore hari yang cerah ini.

Yura bersama para sepupu wanita, dengan riangnya berkejar kejaran dengan gulungan ombak. Sesekali mereka akan bermain main dihamparan pasir putih, membentuk sebuah bangunan, atau berjalan berulang kali, agar bekas pijakan mereka tercetak, ada juga yang mengukirkan nama orang orang yang mereka cintai.

Sementara Noah menatap hamparan laut nan indah, serta riangnya wajah sang istri dari beranda lantai dua vilanya, terkhususkan hanya bagi dirinya bersama Yura.

Deng deng deng

Suara ringtone berirama dari benda pipih berwarna hitam milik Noah, menandakan jika ada panggilan suara masuk disana. Noah pun menggeser tombol hijau dengan masih mata yang terarah lurus kedepan.

"Katakan...!" ucapnya singkat.

"----------" netra hitam selegam arang itu berubah sangar, dan semakin terlihat menyeramkan dengan alis saling beradu, serta rahang kokoh yang mengeras dengan sempurna. Dieratkan cengkraman tangan dipagar pembatas hingga menampakkan buku buku kukunya yang memutih pucat.

Tatapan nyalang itu tak juga hilang dari tempatnya, walau panggilan yang ia terima sudah terputus. Diabaikan sunset yang sedari tadi ingin ia lihat, fokusnya hanya kepada sosok sang istri, setelah mereka mengucap janji suci dihadapan Tuhan tiga hari lalu

Sampai sang sunset bergeser dengan perlahan dan menghilang, mata itu tetap tertuju pada satu titik saja yang kini nampak sedang berjalan beriringan dan tertawa lebar menapaki batu pijakan taman guna menuju kevila, dimana akan menjadi tempat mereka memadu hasrat serta emosi.

Yura meremang, saat tatapan tajam nan menusuk, diberikan oleh sang suami yang tengah berdiri menantang menyambut kedatangannya. Dengan perlahan Yura melangkah kesebuah ruangan guna membersihkan diri setelah ia menutup dan mengunci pintu vila.

Noah masih tak bergeming, dibiarkannya Yura memasuki ruang yang berada dibalik pintu bercatkan cokelat mengkilap, dengan diiringi tatapan terhunus, semakin lama semakin tajam saja. Ditutupnya dengan rapat semua akses yang bisa membuat udara masuk keruangan itu.

Tiga puluh menit berselang, Yura muncul dari balik pintu dengan jubah mandi berwarna merah melekat ditubuhnya, dan dengan surai basah tergulung kain handuk kecil.

"NOAH...!"

Lengkingan Yura yang kini sudah terhimpit dengan dinding kokoh vila dan tubuh kokoh sang suami. "ssssttt..!" ringisnya karena diakibatkan cengkraman tangan Noah pada rahangnya.

"Aku sudah pernah menayakan kepadamu, tapi kau tidak mau mengatakannya" suara itu terdengar amat sangat menakutkan "dan sekarang kau harus menanggung akibatnya"

"Noah, sakit" ucap Yura terbata, dengan tangan yang berusaha melepas cengkraman Noah. Tapi percuma saja, cengkraman itu malah semakin erat.

Netra tajam Noah menelisik penampilan Yura, dipindahkannya cengkraman yang berada dirahang ayu sang istri, kepergelangan tangan kecil wanita itu.

"Satu miliar, hanya itu harga dari tubuhmu ini..?" tanya Noah dingin dengan seringaian mengejek, dan jangan lupakan satu tangannya yang sudah mengurusi setiap jengkal kulit putih nan halus Yura.

"Aku bi----

Noah menyela ucapan wanita yang kini sudah menitikan airmata dengan tubuh bergetar hebat akibat ancaman darinya "waktu untukmu menjelaskan sudah habis" dihempaskan dengan kasar raga yang terbalut jubah mandi itu keranjang.

Ditatap dengan liar tubuh yang dibagian depannya sudah polos tanpa lapisan, akibat lilitan tali jubah yang tadi sudah ia lepaskan.

Yura beringsut ketakutan, bergerak naik kearah kepala ranjang. Tapi itu justru malah membuatnya terjebak ditengahnya, dengan kedua kaki sudah dicengkram erat oleh sang suami.

"Noah...!" suaranya semakin bergetar, dan lelehan dari netranya semakin deras. Jari jari itu liar merambat dengan gerakan sensual, naik menyusuri area kakinya.

"Kau butuh uang lagi..?" tanya Noah dengan senyum meremehkan "aku bisa memberimu lebih banyak. Tapi kau tau bukan, apa yang harus kau lakukan..?"

"NOAH...!" jerit Yura berujung lenguhan, saat jari jemari suaminya bermain main dibawah sana.

"Bagus, lakukan tugasmu dengan baik. Jangan kecewakan orang tuaku yang sudah membayarmu." dilucutinya kain pelapis ditubuh kokohnya.

Dipuaskan semua hasrat bercampur emosi, dan juga kekecewaan diatas raga indah sang istri.

"Sudah aku duga, wanita seperti dirimu tidak lebih baik jika sudah menyangkut soal uang."

Ucapnya setelah ia mendapatkan keinginannya, tapi bukan untuk berhenti namun berniat mengulang lagi, kegiatan liar yang akan memuaskan semua hasrat dan rasa ditubuhnya.

"Aku mohon berhenti." ucap Yura menghiba, dengan mata sembab bercampur sayu, saat hari sudah lewat tengah malam, namun Noah tak juga ada niatan untuk menyudahi permainan panas itu.

"Aku belum puas." ucapnya geram tertahan saat dirinya kembali akan meraih pelepasannya.

Walau Yura merasa begitu sakit akan ucapan suaminya, namun tak bisa ia pungkuri permainan lelaki itu akan tubuhnya, Membuat rasa sakit itu malah berubah menjadi gelayar kenikmatan. Tanpa memperdulikan ucapan kasar nan menyakitkan dari suaminya, Yura terus saja mengeluarkan alunan berirama merdu. Kelakuannya itu sudah barang tentu, semakin membuat hasrat sang suami terpacu.

Ya, telefon yang Noah terima tadi membawa kabar dari orang suruhannya, untuk menyelidiki ada motif apa dibalik pernikahannya dengan Yura. Tapi satu hal yang tidak diketahui orang bayaran Noah, untuk apa uang satu miliar itu digunakan.

"Ini bayaranmu untuk malam ini dan malam malam berikutnya selama kita disini." ucap Noah seraya melempar lembaran kertas yang sudah ia bubuhkan dengan coretan tinta hitam membentuk angka angka setelah ia berpacu diatas tubuh istrinya hampir menjelang dini hari.

❤️ Selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menjalankan. Semoga amal ibadah kita semua dibulan sunan yang penuh berkah dan rahmat ini, diterima oleh Allah SWT ❤️