Kehidupan Su Wanwan yang semula dipuja-puja seperti bintang di langit, berubah menjadi batu di dalam lumpur begitu Gu—Linchao yang merupakan keponakannya kembali ke Sky Hill.
Tidak hanya dilecehkan lagi dan lagi sampai tubuhnya remuk, hati Su Wanwan juga hancur hingga berkeping saat mendapati Li Yunhan—calon suaminya berselingkuh. Bahkan, dia juga dijual olehnya ke Barbara Club sehingga terpaksa menjadi budak nafsu pria bertopeng.
Ketika bisa melarikan diri, Su Wanwan malah masuk perangkap Xu Yingwei—tunangan Gu Linchao—dan dia dibakar hidup-hidup!
Pada saat semua orang menyangka Su Wanwan sudah mati, wanita itu kembali dengan wajah dan misi baru, yaitu memikat semua musuh dengan pesonanya ....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itsme AnH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dijebak?
Setelah kepergian Su Wanwan dan Gu Linchao, Li Yunhan segera masuk ke dalam kamar yang belum sempat dia gunakan untuk bertempur dengan Xiao Qing.
Pria itu langsung mengambil pakaian dan semua barang-barangnya tanpa memperdulikan keberadaan teman wanita yang dia kencani beberapa hari sebelum pertemuannya dengan Keluarga Su.
"Li Yunhan, kamu mau ke mana?" Xiao Qing memasang raut cemberut, "Urusan kita di sini belum selesai." Suaranya pun sengaja dibuat semanja dan seseksi mungkin.
"Kita lanjutkan lain kali saja," sahut Li Yunhan acuh tak acuh. Gairah dan hasratnya pada Xiao Qing seketika hilang, dia tidak bernapsu lagi.
Semua keinginannya tergantikan untuk membujuk Su Wanwan agar wanita itu tidak benar-benar membatalkan pernikahan mereka.
Jika tidak, usahanya selama ini untuk mendekati Su Wanwan dan mengencani, bahkan hendak menikahi wanita itu akan sia-sia.
Dia pikir, mendekati Su Wanwan yang merupakan bibi dari Gu Linchao—CEO sekaligus pemilik Gu Corporation akan mendatangkan keuntungan besar baginya.
Itu sebabnya, begitu tahu Su Wanwan adalah bibi dari Gu Linchao, Li Yunhan melakukan berbagai cara hanya untuk mendapatkan perhatian wanita itu yang cukup sulit didekati.
Dan kini, sumber tambang emasnya hampir raib, bagaimana bisa Li Yunhan masih memikirkan kesenangannya bersama Xiao Qing.
Kesenangannya itu tidak akan sebanding dengan apa yang akan dia dapatkan dari Su Wanwan. karena pada dasarnya, dia akan mendapatkan seluruh kesenangan yang ada di dunia ini selama Su Wanwan berada dalam genggamannya.
"Li Yunhan, jangan pergi!" Xiao Qing sudah bergelayut manja di lengan Li Yunhan sembari menggesekkan kedua gunung kembarnya untuk kembali merangsang minat pria itu.
Li Yunhan menggeram kesal, bahkan dia mengumpat, "Sial!"
Dengan itu, Li Yunhan langsung membopong tubuh Xiao Qing dan membawanya naik ke atas ranjang. Pria itu langsung menuntaskan apa yang tertunda dengan pikiran Su Wanwan pasti bisa bersabar sebentar saja sampai semua urusannya dengan Xiao Qing selesai.
Bagaimanapun, Li Yunhan pikir dia mungkin tidak punya kesempatan seperti ini lagi di lain waktu.
Namun, yang tidak Li Yunhan ketahui ialah Xiao Qing sengaja menahannya agar tidak datang membujuk Su Wanwan sesegera mungkin. Bahkan, wanita itu berniat menahan Li Yunhan di sisinya sepanjang malam.
Benar saja, Xiao Qing terus menggoda Li Yunhan sepanjang malam hingga pria itu tidak punya kesempatan untuk menolak kenikmatan yang dia berikan dan jatuh tertidur karena kelelahan.
Di Jiangnan Apartement
Su Wanwan menangis sepanjang malam tanpa memperdulikan siapa pun, terutama Gu Linchao yang mengikutinya seolah-olah pria itu adalah ekornya.
Namun, beruntungnya Gu Linchao tidak mengganggu Su Wanwan hingga tidak memperburuk suasana hati sang bibi. Pria itu membiarkan saja Su Wanwan mengeluarkan semua kesedihannya tanpa berniat menghentikannya.
Su Wanwan meratapi kemalangan yang menimpanya akhir-akhir ini. Bermula dari pemerkosaan yang dilakukan keponakannya, lalu dikhianati oleh tunangannya, membuat hati Su Wanwan remuk.
Rasa sakit yang dia rasakan sungguh tidak bisa dijabarkan, terlebih pria yang sudah menyakitinya sedemikian rupa tidak datang membujuknya.
Su Wanwan semakin kecewa pada sikap Li Yunhan dan dia hampir meledak karena kekecewaannya itu bercampur aduk dengan kemarahan dan kesedihan.
Sementara itu, Gu Linchao hanya duduk diam di sudut ruangan seperti patung batu, memperhatikan setiap gerakan Su Wanwan hingga wanita itu terlelap.
“Bodoh, kamu menangisi pria brengsek itu sampai bola matamu hampir keluar bersama air matamu!” umpat Gu Linchao kesal.
Gu Linchao sangat tidak suka melihat bibinya bersedih hingga menangis seperti itu, tetapi dia juga tidak bisa melarangnya. Menurut Gu Linchao, lebih baik Su Wanwan menangis daripada sang bibi harus memendam perasaannya hingga akhirnya membuat wanita itu tertekan.
Meski kesal, Gu Linchao tetap mendekati Su Wanwan dan memberikan selimut pada wanita itu. Kemudian, dia naik ke atas ranjang dan berbaring di sebelah Su Wanwan. Gu Linchao merentang tangannya hendak memeluk tubuh Su Wanwan, tetapi saat tangannya bersentuhan dengan kulit Su Wanwan, dia merasakan suhu tubuh wanita itu tidak normal.
Gu Linchao menyentuh dahi Su Wanwan dan saat merasakan betapa panasnya dahi wanita tu, dia berseru kaget. “Astaga, panas Sekali.”
Gu Linchao menghela napas panjang, lalu turun dari ranjang dan pergi ke dapur. Saat kembali ke kamar tidur Su Wanwan, pria itu membawa mangkuk berisi air beserta handuk kecil di kedua tangannya.
“LIhatlah, kamu menangis sampai demam!” gerutu Gu Linchao pada wanita yang tengah terlelap dengan gelisah itu dan sepertinya dia sedang bermimpi buruk.
“Di saat demam seperti ini, di mana pria yang kamu tangisi itu? Sungguh tidak berguna!” Gu Linchao sudah seperti ibu-ibu yang memarahi kenakalan anaknya.
Meski begitu, dia dengan telaten mengompres dahi Su Wanwan, berharap panas wanita itu segera turun. Bahkan, Gu Linchao terpaksa menjaga sang bibi sepanjang malam hingga dia baru bisa tertidur ketika dini hari.
Keesokan paginya, di saat matahari sudah berdiri tegak di singgasananya, Gu Linchao dan Su Wanwan masih terlelap mendaki mimpi indah dengan saling berpelukan layaknya pasangan pengantin baru.
Namun, kenyamanan yang mereka rasakan saat ini terpaksa harus berakhir karena suara bel apartemen tidak berhenti berbunyi.
Di luar pintu, Li Yunhan terus-menerus menekan bel apartemen Su Wanwan. Bahkan, dia juga mencoba menerobos masuk dengan menekan password yang biasa dia guanakan untuk memasuki apartemen sang tunangan. Akan tetapi, password yang dia masukkan ternyata salah dan itu artinya, Su Wanwan sudah mengganti password tersebut.
Li Yunhan menggeram kesal, dia tidak menyerah begitu saja. Dia terus menekan bel dan membuat keributan di depan pintu, bahkan berkali-kali menghubungi Su Wanwan yang menolak membukakan pintu untuknya.
Lebih tepatnya, Gu Linchao yang melarang Su Wanwan menyambut kedatangan Li Yunhan. Di saat bersamaan, Su Wanwan juga khawatir hubungan gelapnya dan Gu Linchao akan terkuak.
Terlebih, posisi mereka saat ini masuk dalam kategori tidak wajar. Su Wanwan berada dalam pelukan Gu Linchao, bahkan tanpa disadari dia juga memeluk erat tubuh pria itu.
"Biarkan aku membuka pintu dan mengusirnya pergi." Su Wanwan bicara pada Gu Linchao seperti tengah meminta izin pada suaminya.
"Hmmm, pergilah!" sahut Gu Linchao dengan malas. Dia melepaskan pelukannya dari Su Wanwan dan membiarkan wanita itu menemui Li Yunhan yang sudah seperti orang gila di luar pintu.
Berteriak dan mengetuk pintu di pagi-pagi buta, mengganggu ketenangan orang.
Gu Linchao kembali menutup matanya, hendak melanjutkan tidurnya yang tidak berkualitas.
Su Wanwan membuka pintu, tetapi tidak memberikan izin masuk pada Li Yunhan seperti bisanya. Wanita itu keluar dan menutup pintu di belakangnya, berdiri di depan Li Yunhan dengan menyilangkan kedua tangannya di depan dada.
Apa yang Su Wanwan lakukan saat ini tentu saja untuk menghindari Li Yunhan agar tidak memergoki keberadaan Gu Linchao di dalam apartemen, bahkan di atas ranjangnya.
Mungkin tidak masalah jika seorang keponakan bermalam di rumah bibinya, tetapi itu bukankah terlihat sedikit tidak pantas. Apalagi, mereka saat ini sama-sama lajang.
Li Yunhan mengerut tidak senang dengan tindakan Su Wanwan, tetapi menyadari dirinya saat ini berada di pihak yang salah, dia tidak ingin mempermasalahkan apa yang dilakukan oleh wanita itu.
"Sayang, maafkan aku. Aku dijebak," ujar Li Yunhan dengan raut wajah yang begitu menyedihkan. "Aku tidak sadarkan diri."
Dijebak?
Su Wanwan tidak tahu harus tertawa atau menangis mendengar alasan bodoh dari Li Yunhan.
Su Wanwan mendengus sinis. "Apa kamu pikir aku anak berusia lima tahun yang mudah dibodohi?"