Seorang pemuda yang bekerja sebagai petarung bayaran untuk menjadi jawara bagi kliennya dan seorang gadis yang bekerja sebagai pembunuh bayaran yang keduanya sama sama tidak memiliki ingatan sebelum sma, menemukan ingatan mereka yang hilang, namun ingatan mereka adalah ingatan sebagai monster raksasa (kaiju) yang terbunuh oleh manusia setelah menolong mereka. Selain itu, mereka bisa menggunakan kemampuan kaiju di mimpi mereka dan bisa mengubah diri mereka menjadi kaiju.
Keduanya berniat mencari jati diri mereka yang sebenarnya karena tidak percaya ingatan mereka. Petunjuk mereka hanyalah alunan sebuah tembang yang pernah mereka dengar di masa lalu. Selagi mereka mencari masa lalu mereka, keanehan demi keanehan yang mengerikan muncul ke permukaan. Benarkah mereka adalah reinkarnasi dari monster raksasa atau ada hal lain di balik ingatan mereka ?
Mohon kritik dan sarannya ya, maaf kalau masih banyak kekurangan, kalau sekiranya suka mohon di beri like, terima kasih sudah membaca.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dee Jhon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 16
Raido dan Reina di giring keluar oleh tentara berpakaian serba hitam, namun mereka tidak di borgol dan tidak di anggap tahanan. Tidak ada satu tentara pun yang menodongkan senjata pada mereka dan membuat mereka bingung,
“Raido, ini kita di tangkap ga sih ?” bisik Reina.
“Aku rasa tidak, kita ikuti saja dulu, kalau kepepet ya terpaksa kita hancurkan mereka dan lari yang jauh dari sini,” jawab Raido berbisik.
“Ok setuju,” balas Reina berbisik.
Para tentara berdiri di mulut gua, “wuk...wuk...wuk,” helikopter berdatangan, angin dari baling baling mereka menghempas wajah Raido dan Reina, membuat keduanya sulit melihat ke depan dan menutup wajah mereka dengan lengan.
“Ayo naik,” teriak seorang tentara sambil menjulurkan tangan kepada Raido dan Reina.
Raido membantu Reina naik dan menggenggam tangan sang tentara yang berada di dalam helikopter, setelah Reina naik, Raido menangkap tangan sang tentara yang terjulur pada dirinya. Keduanya duduk berdampingan dan memakai sabuk pengaman mereka, Toyoshi duduk di depan mereka sambil melihat keluar. Keduanya menoleh melihat ke arah Toyoshi menoleh, hutan di bawah sebagian rubuh dan hancur karena terinjak oleh Raigan dan Reidan ketika mereka melarikan diri.
Setelah helikopter terbang tinggi mengangkasa, Toyoshi menoleh melihat Raido dan Reina, kemudian dia tersenyum, menaikkan kakinya dan melipat tangan di dada, dia kembali menoleh melihat keluar dan menunduk memejamkan mata. Keduanya juga menoleh melihat keluar, mereka melihat bekas pertarungan mereka dengan Kiko dan melihat panti asuhan yang sudah hancur. Helikopter terus terbang melintasi kawah menuju ke arah laut, Raido dan Reina terus bergandengan tangan dan diam seribu bahasa. Mereka terus melihat keluar dari jendela.
Tak lama kemudian, “siap memasuki kota,” ujar pilot helikopter. Raido dan Reina yang mendengarnya menjadi bingung sebab mereka sedang berada di atas laut dan di depan hanya ada sebuah pulau kosong. Tapi rupanya helikopter mengarah ke arah pulau kosong itu,
“Maaf, tapi kita mau kemana ?” tanya Raido kepada Toyoshi di sebrangnya.
“Sssst, sebentar lagi kamu akan tahu,” jawab Toyoshi.
Helikopter semakin mendekat pulau, tiba tiba “bwoong,” helikopter terlihat seperti memasuki sebuah medan tak kasat mata yang berbentuk kubah bening dan terlihat seperti gelembung sabun yang terkoyak ketika helikopter masuk. Mata Raido dan Reina langsung membulat, karena pulau di depan mereka ternyata sebuah kota yang sangat canggih dan maju di banding kota tempat mereka tinggal walau statusnya ibukota.
Banyak hamparan gedung gedung tinggi, ada beberapa robot raksasa setinggi kaiju berdiri di antara gedung gedung yang membawa senjata, banyak mobil lalu lalang di jalan raya yang bertumpuk beberapa tingkat dan banyak penduduk dari manca negara,
“Selamat datang di Edopolis,” ujar Toyoshi.
“Huh...” balas Raido dan Reina kaget.
Ternyata organisasi yang meneruskan proyek titan core dan menciptakan Kiko 25 tahun lalu masih ada dan berkembang menjadi jauh lebih besar dari sebelumnya. Raido dan Reina mencoba tidak terlalu bereaksi mendengar nama kota itu agar identitas mereka tidak di ketahui oleh Toyoshi yang terus mengawasi mereka.
“Itu apa ?” tanya Reina sambil menunjuk robot besar yang berada di tengah kota.
“Oh itu ? namanya GEAR singkatan dari Guardian Earth Assault Robot, tugasnya menghalau para kaiju jika mereka tidak bisa di tangani,” ujar Toyoshi.
Raido dan Reina menelan salivanya ketika helikopter melintasi robot besar yang berada di tengah kota, suatu hari bukan sesuatu yang tidak mungkin mereka akan melawan robot besar berwarna hitam yang nampak kuat dan mengerikan. Helikopter akhirnya mendarat di landasan yang berada di atap sebuah gedung yang sangat tinggi di pusat kota. Toyoshi, Raido dan Reina turun dari helikopter sambil memegang kepala mereka, berlari masuk ke dalam.
Ketiganya langsung berjalan menuju ke ruang kerja Toyoshi yang berada satu lantai di bawah atap. Setelah sampai dan masuk ke dalam, Toyoshi mempersilahkan keduanya duduk di sofa, dia berjalan ke pantry yang ada di dalam ruangannya dan membawakan minuman untuk Raido juga Reina. Setelah itu, dia duduk di sebrang mereka,
“Ok sekarang kita bicara, boleh aku tahu apa yang kalian kerjakan di gunung itu ?” tanya Toyoshi.
“Kami sedang kemping, tapi karena ada gempa dan kami melihat pertarungan monster dari dalam hutan, kami lari naik ke atas dan masuk ke gua untuk bersembunyi,” jawab Raido dengan nada meyakinkan.
“Hmm begitu, kalau di lihat dari penampilan, kalian dari ibukota, biasanya anak anak seusia kalian tidak mungkin tertarik kemping di tempat terpencil seperti gunung Kageha yang terkenal angker, benarkah kalian hanya kemping atau kalian mencari sesuatu di desa Kuragari ?” tanya Toyoshi.
“Kami memang benar benar kemping kok,” jawab Reina.
“Ok ok, kalian kemping berdua, kalian berpacaran ?” tanya Toyoshi.
Keduanya langsung diam mendengar pertanyaan Toyoshi, tapi terlihat jelas wajah keduanya menjadi merona merah.
“Wah rupanya belum pacaran ya, tapi pergi berdua, ke daerah terpencil, kemping dan menyaksikan pertarungan monster, kok kayaknya kebetulan sekali ya ?” tanya Toyoshi sambil tersenyum.
Keduanya terdiam mendengar pertanyaan Toyoshi, tiba tiba Toyoshi menjulurkan tubuh dan wajahnya ke depan,
“Dua monster yang berlari bergandengan tangan itu menghilang di hutan dekat kalian di temukan loh, apa kalian tahu ?” tanya Toyoshi lagi.
“Kami tidak tahu, apa maksud perntanyaan anda, apa anda mengira kami adalah monster itu ? lihat apa wajahku sama seperti monster ?” tanya Raido sambil berdiri.
“Hahahaha tenang saja, duduklah, aku tidak mencurigai kalian, lagipula tidak mungkin kan manusia bisa berubah menjadi monster raksasa, kecuali....” jawab Toyoshi.
“Kecuali ?” tanya Reina.
“Kecuali kalian adalah anak anak korban eksperimen 18 tahun lalu, kalau di lihat usia kalian berdua pas, benar tidak Gondo Raido-kun, Chikage Reina-san,” jawab Toyoshi.
“A...anda tahu nama kami ?” tanya Reina.
“Pantas dari tadi anda tidak bertanya siapa nama kami,” tambah Reido yang langsung bersiap siap dengan kuda kudanya.
“Ketika kalian tidur, aku melihat identitas kalian, hanya itu, tapi melihat reaksi kalian, bisa katakan siapa kalian sebenarnya ?” tanya Toyoshi.
“Sudah ku bilang, kami hanya kemping, kami bolos sekolah karena kami sedang muak dengan sekolah, kami hanya ingin berlibur, benar tidak Reina,” jawab Raido dengan nada sedikit kencang.
“Iya benar, lagipula banyak yang tidak senang kepada kami di sekolah,” tambah Reina.
“Haaaah...ya sudah, kalau begitu bagaimana kalau kalian pindah sekolah di kota ini saja ? kalau kalian berusia 18 tahun, kalian sudah mau lulus kan, sekalian saja kuliah di sini, bagaimana ?” tanya Toyoshi.
“Kami ingin kembali ke ibukota,” jawab Raido menolak.
“Maaf tapi itu tidak mungkin, seperti yang kalian tahu, kota ini tidak ada di peta, tidak ada yang mengetahui kota ini ada bahkan negara sekalipun, jadi kalian tidak bisa keluar dari sini ketika kalian sudah masuk ke sini, sudah jelas,” ujar Toyoshi sambil tersenyum.
“Kalau kita memaksa keluar bagaimana ?” tanya Reina.
“Kalau keluar pilihannya hanya mati atau ingatan kalian di hapus bersih, mungkin kalian jadi tidak kenal satu sama lain nanti karena ingatan kalian lenyap, bagaimana ? masih mau keluar,” jawab Toyoshi.
“Kenapa anda membawa kami kesini ?” tanya Raido.
“Pertama kalian ada di tempat terlarang, kedua kalian menyaksikan pertarungan antar monster raksasa yang sudah susah payah kami tutupi agar dunia tidak tahu kalau para monster itu ada, ketiga kalian mencurigakan,” jawab Toyoshi.
“Uh...lalu kalau kami pindah kesini untungnya apa ?” tanya Reina.
“Iya benar, untungnya apa ? terus terang saja, aku miskin dan tidak punya apa apa,” tambah Raido.
“Sama, aku juga miskin,” tambah Reina.
“Oh kalau soal itu tenang saja, kalian akan di sediakan tempat dan kehidupan kalian akan terjamin, jadi kalian tidak perlu lagi bekerja sebagai petarung bayaran dan pembunuh bayaran,” ujar Toyoshi.
“Sampai soal itu anda sudah tahu ya,” balas Raido.
“Tentu saja, kalian pikir kalian tertidur berapa lama ?” tanya Toyoshi.
“Memang berapa lama ?” tanya Reina.
“Kalian tertidur di dalam gua itu selama seminggu, kami yang menjaga kalian dan waktu seminggu sudah lebih dari cukup untuk mencari tahu siapa kalian,” ujar Toyoshi.
“Huh,” keduanya langsung saling menoleh satu sama lain dan terdiam tidak bisa berkata apa apa, mereka sama sekali tidak mengira kalau waktu sudah berjalan seminggu sejak mereka melawan Kiko.