NovelToon NovelToon
Romansa Masa SMA

Romansa Masa SMA

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama / Diam-Diam Cinta / Bad Boy
Popularitas:8.3k
Nilai: 5
Nama Author: Rasti yulia

Aku tidak pernah menyangka jika pertemuanku dengan seorang laki-laki yang aku anggap menyebalkan akan menjadi awal bagiku merasakan sebuah sensasi rasa asing yang tidak pernah aku rasakan sebelumnya.

Lelaki menyebalkan yang hampir setiap hari menjadi teman cek-cok justru menjadi sosok lelaki yang berkeliaran dalam pikiran dan juga hati.

Perasaan apa ini? Apakah perasaan benci yang aku miliki telah berubah menjadi rasa cinta ketika banyak hari yang kita lewati bersama? Ataukah hanya sekedar perasaan sesaat yang menghampiri di masa-masa SMA?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rasti yulia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

RMS 16. Bukan Nomor Sakha

"Nanti kalau Abang tidak bisa jemput, kamu pulang naik ojek online atau Trans Jogja ya."

Vespa jadul yang dikendarai oleh bang Eross sudah tiba di depan pintu gerbang. Aku turun dari boncengan dan mengulurkan helm yang sebelumnya aku kenakan.

"Memang Abang mau kemana sih? Sok sibuk sekali. Masa nyempatin waktu sebentar untuk jemput adiknya saja tidak bisa."

Aku melayangkan sebuah protes dengan memasang wajah kecut. Karena akhir-akhir ini bang Eross terlihat sibuk sekali. Bahkan hanya untuk sekedar menjemputku saja tidak bisa. Maka dari itu tiga hari terakhir ini aku selalu pulang naik Trans Jogja.

"Hmmmm ... Abang bukan sok sibuk, tapi memang benar-benar sibuk. Take video clip untuk single terbaru yang akan rilis."

Kalau sudah menyangkut grup band milik bang Eross aku hanya bisa menerima dengan lapang dada. Aku pun menganggukkan kepala.

"Baiklah Bang. Tapi ...."

Aku sengaja menggantung kalimat yang aku ucapkan sembari menengadahkan sebelah tanganku. Aku nyengir kuda dan menaikturunkan sebelah alisku.

Kudengar bang Eross mendengus kesal. Namun sesaat kemudian ia mengambil dompet dari dalam saku celananya. Ia ambil satu lembar uang pecahan seratus ribuan dan ia letakkan di atas telapak tanganku.

"Nih, Abang tahu apa yang kamu mau!"

Aku tersenyum sumringah. Dengan uang seratus ribu ini bisa aku gunakan untuk jajan sesuka hati.

"Makasih banyak Abangku tersayang!"

"Ya sudah, masuk gih. Abang berangkat dulu."

Bang Eross kembali menyalakan mesin Vespa. Ia menarik gas dan vespa yang ia kendarai mulai melaju pelan. Tak selang lama tubuh bang Eross hilang dari pandangan.

Aku mengayunkan tungkai kakiku menyusuri lorong-lorong sekolah. Setelah mendapatkan uang jajan tambahan dari bang Eross entah mengapa hatiku seakan dipenuhi oleh rasa bahagia. Bahkan semangatku untuk belajar di pagi ini seperti bertambah seribu kali lipat.

"Amel!"

Aku dibuat terkejut dengan kehadiran Sastri yang tiba-tiba. Bahkan pundak yang ia tepuk tanpa aba-aba yang semakin membuatku sedikit terperanjat.

"Astaga Sastri, bisa tidak sih kalau tidak bikin kaget? Hampir saja jantungku copot karena kedatanganmu!"

Kulihat Sastri hanya nyengir kuda. Kami pun berjalan beriringan menyusuri lorong-lorong sekolah. Akhir-akhir ini aku jarang berkumpul berasama Sastri. Apalagi semenjak Sastri tidak lagi duduk satu bangku denganku dan ketika kami sama-sama sibuk dengan tugas tugas geografi dari pak Johan. Dan sekarang saat berjalan beriringan seperti ini, rasa-rasanya bisa menjadi obat rindu dengan sahabatku ini.

"Bagaimana tugas geografimu Mel? Sudah selesai?"

"Sudah, tinggal prepare untuk presentasi besok. Kamu sendiri sudah selesai Sas?"

"Ya, akupun juga sudah selesai. Ternyata Rio juga cukup pintar membuat gambar-gambar ilustrasi seperti itu loh Mel. Aku sungguh tidak menyangka. Karena selama ini yang kita tahu Rio itu orangnya slengean kan?"

"Itulah mengapa kita tidak boleh menilai orang dari sisi luarnya saja Sas. Karena bisa saja apa yang nampak di depan mata jauh berbeda dari kenyataannya."

"Betul sekali Mel. Dan sekarang aku bisa melihat itu dari Rio. Oh iya jika tugasmu sudah selesai, itu artinya setiap hari Sakha datang ke rumahmu untuk mengerjakan? Atau kalian mengerjakan tugas itu di mana?"

Aku hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala mendengar pertanyaan Sastri. Sebuah pertanyaan yang begitu konyol karena pada kenyataannya aku sama sekali tidak pernah mengerjakan tugas bersama Sakha.

"Tidak sama sekali."

"Maksudnya apa Mel?"

Aku mengendikkan bahu. Sumpah demi apapun, jika teringat akan sikap songong Sakha saat aku ajak untuk mengerjakan tugas dari pak Johan, rasa-rasanya aku ingin mengamuk. Tapi apalah daya, aku hanya seorang perempuan yang tidak seharusnya mengamuk hanya karena kesal.

"Aku mengerjakan tugas itu sendiri Sas."

"Apa, mengerjakan sendiri? Serius kamu Mel?"

"Bukan sendiri sih, tapi dibantu sama teman bang Eross. Sakha tidak mau mengerjakan tugas itu, jadi mau tak mau aku mengerjakannya sendiri."

"Ckckckck ... tak kusangka jika Sakha memang menyebalkan seperti itu Mel. Aku kira wajahnya yang tampan diimbangi dengan sifat yang baik, tapi ternyata tidak?"

Kudengar Sastri berdecak kesal. Aku rasa mulai hari ini dia akan berhenti untuk mengidolakan lelaki menyebalkan itu.

"Ya seperti itulah dia. Karena nyatanya ia tidak mau kan untuk aku ajak bekerja kelompok?"

Ayunan langkah kakiku dan juga Sastri mulai meniti anak tangga untuk bisa membawa kami ke ruang kelas yang berada di lantai dua. Suasana bertambah ramai dengan siswa lainnya yang sudah tiba di sekolah.

"Mel!"

Tiba di lantai dua, langkah kakiku terhenti kala kudengar suara seseorang yang memanggilku. Bukan hanya aku, Sastri pun juga turut menoleh ke arah sumber suara.

"Ajeng!"

Ajeng berjalan mendekat ke arahku juga Sastri. Raut wajah temanku itu terlihat begitu berbinar. Seakan memancarkan rona bahagia yang begitu kentara.

"Lihatlah!" titah Ajeng sembari memperlihatkan ponselnya ke arahku. "Aku sudah mendapatkan apa yang aku inginkan," sambungnya pula.

Dahiku sedikit mengernyit, tidak begitu paham dengan apa maksud temanku ini. Ia hanya memperlihatkan nama kontak 'Sakha' di layar ponselnya.

"Maksudmu apa Jeng? Aku tidak paham."

"Ini nomor ponsel Sakha. Lihatlah, tanpa kamu beritahu pun aku bisa mendapatkan nomor Sakha. Sekarang, kalau kita mau bersaing, ayo kita bersaing secara sehat!"

Mendengar ucapan Ajeng, sontak membuat pandangan Sastri terpaku kepadaku. Ia nampak begitu keheranan dengan apa maksud dari ucapan Ajeng.

"Mel, ini apa sih? Kamu dan Ajeng bersaing untuk memperebutkan apa?"

"Hahaaha, jadi kamu belum tahu Sas?" timpal Ajeng dengan tawa yang sedikit menggema. "Sahabatmu ini ingin bersaing denganku untuk mendapatkan Sakha. Maka dari itu dia tidak mau berbagi nomor ponsel milik Sakha."

"Apa?" Sastri terlihat begitu terkejut. Ia memegang kedua pundakku dan menggoyang-goyangkannya seakan menuntut jawaban. "Itu benar Mel? Kamu bersaing dengan Ajeng untuk mendapatkan Sakha? Kata kamu Sakha lelaki menyebalkan, tapi kenapa kamu ingin mendapatkan cintanya Mel?"

Aku hanya bisa membuang napas kasar dan mengurut pelipis melihat Sastri yang heboh sendiri.

"Aduh Sas, please jangan percaya dengan apa yang diucapkan oleh Ajeng. Aku sama sekali tidak sedang bersaing untuk mendapatkan Sakha!"

Aku melepaskan cengkeraman kuat tangan Sastri di pundakku. Buru-buru aku mengalihkan pandanganku ke arah Ajeng yang ia pun terlihat senyum-senyum sendiri.

"Jeng, aku tidak merasa sedang bersaing denganmu. Harus berapa kali aku katakan jika aku tidak punya nomor Sakha. Lagipula aku tidak peduli ketika kamu sampai bisa mendapatkan nomor Sakha. Tidak ada pengaruhnya apapun denganku."

"Alaaaah, ngaku saja kamu Mel. Kamu ketar-ketir kan karena mulai saat ini aku bisa berkomunikasi dengan Sakha? Yang bisa menjadi jalan untuk aku bisa jadian dengannya? Ngaku saja deh!"

Astaga, aku sampai dibuat pusing tujuh keliling dengan perkataan Ajeng. Apa lagi yang harus aku lakukan agar dia itu percaya kalau aku tidak seperti itu. Tapi aku dibuat heran, Sakha yang super duper cuek seperti itu memberikan nomor ponselnya kepada salah satu teman perempuan yang bahkan tidak satu kelas dengannya? Apa semudah itu?

"Memangnya kamu mendapatkan nomor ponsel itu dari siapa Jeng?"

Ajeng tersenyum lebar yang memperlihatkan barisan gigi-gigi putihnya.

"Sakha sendiri yang memberikannya kepadaku. Bukankah itu sebagai satu pertanda yang baik? Dia seperti membukakan pintu untukku."

Aku benar-benar penasaran. Apakah itu benar-benar nomor Sakha? Tapi entah mengapa perasaanku mengatakan tidak.

"Coba kamu hubungi nomor itu Jeng. Aku ingin tahu cara Sakha berbicara dengan orang lain melalui telepon itu seperti apa."

"Oke, aku buktikan ya. Akan aku loudspeaker agar kamu tahu."

Ajeng kembali berkutat dengan ponsel miliknya dan ...

"Hallo, siapa ini?"

Aku, Sastri, bahkan Ajeng sama-sama terkejut kala mendengar suara seorang wanita di seberang telepon. Kulihat Ajeng buru-buru mematikan teleponnya.

"Astaga, ini nomor siapa? Mengapa seorang wanita yang mengangkat telepon?"

Ajeng berucap lirih dengan mimik wajah yang dipenuhi oleh pertanyaan. Ia bahkan juga terlihat kebingungan dengan apa yang terjadi. Bingung karena salah memasukkan nomor atau nomor yang diberikan oleh Sakha memang bukanlah nomor lelaki itu. Aku yang melihat hal itu hanya bisa menahan tawa.

"Loh, itu Sakha. Dia sama sekali tidak menerima telepon darimu Jeng!" Kini giliran Sastri yang menunjuk ke arah seorang laki-laki tengah berjalan di koridor sekolah. Aku dan Ajeng pun juga turut melihat ke arahnya.

"Ya ampun, jadi ini bukan nomor Sakha? Lantas nomor siapa?"

Aku tidak lagi bisa menahan tawa. Aku pun terbahak di depan Ajeng. Namun sekilas dari suara perempuan yang terdengar melalui ponsel, sepertinya aku mengenal itu suara siapa. Suara itu terdengar tidak asing di telingaku. Saking penasaran, aku mencoba untuk mengingat-ingatnya. Dan akupun terperangah karena suara itu adalah suara nenek Meri.

Hahahaha ya ampun, ternyata yang diberikan oleh Sakha kepada Ajeng adalah nomor nenek Meri. Sungguh sangat di luar dugaan.

.

.

.

1
Lia Yulia
pingin q getok nih si Sakha...
novi²⁵
uhuuuuy... klo dah kenal lbh dekat lalu mau apa lagi Kha? 😂
novi²³
judulnya udah mulai jatuh cinta 🤣🤣
novi²⁴
aseeeekkkkk... udah mulai PDKT nih.. dan sepertinya bakal jatuh cinta tuh Sakha
novi²⁴
ternyata kamu tahu balas budi ya kha 😂 kukira gk tau terima kasih. bagus deh klo gitu
novi²³
abis ngantar pulang lalu mau ngajak kemana Kha?? 🤣 pepet terussss
Fumiko Sora
ayeyeeeyeee... mau kamu ajak kemana tuh Amel, Kha? 😂😂😂 ati2.. jgn ngebut
Rasti Yulia
selamat membaca kakak-kakak semua☺
Citra
lanjut thoor
Fumiko Sora
aseeeekkkk... getar2 cinta dah mulai merasuki Sakha🤣🤣🤣
Rasti Yulia
selamat membaca kakak-kakak semua☺
novi²⁶
acieeee cieeeee si Sakha udah mulai berani yah.. Ini sih fiks, dari benci jd cinta😆😆😆
novi²⁶
tuh kan, apa aku bilang? Sakha dah mulai tertarik sama Amel😂 semangat berjuang Kha
novi²⁶
kamu emang baik Mel, aku yakin Sakha bakal nyesel udh ngata-ngatain yg buruk ke kamu
novi²⁶
nah loh br sadar kan lu Kha klo Amel mmg sosok perempuan yg berbeda
novi²⁶
bagus Mel, orang itu emg gk pnya tata krama.. klo perlu, kamu injek tuh kakinya
novi²⁶
issshhhhh keterlaluan bgt sih tuh Sakha.. klo bicara jgn ngawur dong
mama Al
aku mampir kak Rasti
Rasti Yulia: makasih kak Mel😆
total 1 replies
mama Al
takdirmu di tangan othor
mama Al
Weh berantem terus
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!