Selesai membaca biasakan tekan LIKE ya.
Seorang perempuan cantik bernama Nindi harus menikah dengan pria pilihan orang tuanya yang tak lain adalah seorang pengusaha muda yang sukses.
Nindi tak bisa menolak permintaan sang papa dengan alasan balas budi, dia dengan terpaksa menerima pernikahan itu karena tak ingin membuat kedua orang tuanya bersedih.
Akankah hidup Nindi bahagia dengan pria pilihan orang tuanya itu atau justru berakhir dengan kesedihan??
Yuk simak kelanjutan kisah mereka berdua.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ismiati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
16
"Kenapa bukan Tristan sih," keluh Nindi berharap yang menghubungi dirinya adalah Tristan calon suaminya itu. Entah apa yang membuat Nindi mengharapkan Tristan menghubungi dia, mungkin dia terpengaruh ucapan kedua orang tuanya tadi, apakah Nindi melupakan kalau dirinya dulu menolak keras perjodohan ini.
Kring...
Kring...
Kring...
Ponsel Nindi tak berhenti berdering membuat Nindi semakin kesal.
"Ganggu banget sih, kenapa sih nih orang tidak berhenti menghubungi ku," gerutu Nindi.
Ponsel Nindi pun berhenti berdering membuat Nindi bernafas lega. Namun itu hanya sesaat.
Kring....
Kring....
Kring....
Karena ponsel Nindi kembali berdering. Nindi masih terdiam menatap ponselnya tanpa mau menjawab. Namun ponsel itu justru tak berhenti berdering, layar masih menyala menampilkan nomor yang dia benci.
Kring....
Kring....
Kring....
"Ish mau apa sih orang ini," kesal Nindi menatap garang ponsel yang sedari tadi tak berhenti berdering.
"Apa aku angkat aja ya, penasaran dia mau ngomong apa sama aku sampai dari tadi seperti penagih hutang yang meneror terus menerus," keluh Nindi dengan wajah keruh.
Nindi menghela nafas panjang sebelum mengambil ponsel dan menjawab panggilan telepon itu dan menempelkan ponselnya di telinga.
"Halo....." Jawab Nindi namun dengan nada ketus.
Pria di seberang sana langsung senang saat perempuan yang sedari tadi di tunggu-tunggu suaranya pun menjawab telepon darinya. Dengan tersenyum lebar pria itu menjawab ucapan Nindi.
"Halo, aku senang kamu masih mau mengangkat telepon dari ku," katanya dengan nada yang membuat Nindi muak.
"Dih terpaksa," batin Nindi.
Karena tak ada respon dari Nindi, pria itupun mulai bicara lagi.
"Apa kabar? Aku kangen banget sama kamu," kata pria itu dengan tak tahu malunya penuh percaya diri mengucapkan kata kangen.
"Hoeeekkk....." Nindi dengan lebay menirukan gerakan mual sambil menjauhkan telepon dan menaruhnya di kasur. Dia menatap jijik ke arah layar yang menampilkan tulisan buaya jelek.
"Ck PD banget sih pake bilang kangen bikin mual saja, kalau bukan karena penasaran alasan apa dia menghubungi ku lagi, aku tidak akan mau mengangkat telepon darinya, jujur aku males banget dengar suara dia," gerutu Nindi di dalam hatinya.
Nindi mengambil ponselnya dan menekan tombol Loudspeaker.
"Sudah jangan banyak bicara, cepat katakan kenapa kamu menghubungi ku? Apa kamu tidak takut si Ambar marah hah?" Kesal Nindi dengan emosi, entah mengingat pria itu pernah mengkhianati dirinya dengan Ambar yang tak lain musuhnya dari dulu membuat Nindi murka dan kesal.
"Aku cuma mau tanya, apa benar kamu akan menikah dalam waktu dekat ini?" Tanya pria itu dengan nada sendu.
Katakan pria ini munafik atau pengecut, dia masih mencintai Nindi namun dia terpaksa mengkhianati kekasihnya waktu itu atas desakan dari keluarga yang mengingkari calon menantunya dari keluarga kaya seperti Ambar. Ambar sering datang ke rumah pria itu untuk merayu keluarganya dengan membawa berbagai barang-barang mahal. Karena itu keluar pria itu terus mendesak pria itu agar bersama dengan Ambar dan meninggalkan Nindi waktu itu. Alasan yang lain tentu godaan dari perempuan bernama Ambar yang juga menawarkan jabatan dan kekayaan sehingga membuat pria itu buta dan meninggalkan kekasih sebaik Nindi. Saat itu Nindi yang dia kenal cuma anak pemilik restoran kecil dan sekarang dia menyesal saat tahu ternyata usaha keluarga Nindi berkembang pesat sampai memiliki beberapa restoran dan sebuah pabrik meskipun tidak sekaya orang tua Ambar yang mempunyai perusahaan yang cukup terkenal.
"Iya benar?" Jawab Nindi singkat tanpa basa-basi.
Pria di sebrang terdiam lesu mendengar jawaban dari perempuan yang namanya masih ada di hatinya itu.
"Eh tunggu-tunggu, aku merasa tidak mengundang mu," kata Nindi dengan heran karena seingatnya tak pernah mengundang penghianat itu di acara pernikahannya nanti.
"Ya memang kamu tidak mengundang ku tetapi aku mendengar itu dari temanku," jelasnya membuat Nindi mengangguk mengerti.
"Oh...."
"Kenapa kamu menikah dengan nya?" Tanya pria itu.
Nindi menyergit binggung mendengar ucapan pria yang terdengar aneh.
"Kenapa? Lagian itu bukan urusanmu karena kita tidak ada hubungan apapun," jawab Nindi begitu menohok.
Nyutttt..... Hati pria itu terasa nyeri mendengar ucapan dari wanita yang masih dia cintai. Katakan dia tak tahu malu masih berharap wanita itu masih mencintai dirinya.
"Apakah tidak ada cinta yang tersisa untuk ku," lirih pria itu dengan suara kecil namun masih di dengar oleh Nindi.
Nindi menganga dibuatnya, bagaimana pria itu bisa berbicara seperti itu.
"Hei apa kamu bermimpi, kamu sendiri yang dulu memutuskan ku demi wanita yang bernama Ambar itu. Apakah kamu lupa hah? Sekarang kamu tanya apakah masih ada cinta untuk mu," teriak Nindi murka. Dia begitu kesal, ingin rasanya dia memukul pria itu secara langsung agar pria itu sadar kalau cinta Nindi untuk dia sudah lenyap dengan kata putus yang keluar dari mulut pria itu.
"Maaf, aku menyesal. Tidak adakah kesempatan untuk ku,'' lirihnya masih mencoba untuk membujuk Nindi agar bisa kembali kepadanya lagi.
"Kembali..... Ha ha ha ha, apa kamu tidak waras hah. Aku tidak akan pernah kembali kepada mu. Ingat itu...." Kata Nindi begitu tegas agar pria itu tak mengoceh tentang sesuatu yang tak mungkin.
"Aku bisa memutuskan Ambar dan kita bisa menikah," bujuk pria itu.
"Aku tidak mau, aku mencintaimu calon suami ku dan aku tidak akan meninggalkan dia demi penghianat seperti mu," kata Nindi dengan kesal dan langsung menutup telepon secara sepihak.
Tut.......
"Ahhh ......" Kesal Nindi, ingin rasanya dia membanting ponsel miliknya namun niat itu diurungkan saat mengingat ponsel itu adalah hasil tabungannya selama bekerja.
"Dasar buaya, bisa-bisanya dia berbicara begitu. Apa dia tak punya kaca dirumahnya," gerutu Nindi masih mengomeli sang mantan yang tanpa ada angin ataupun hujan tiba-tiba berbicara ngelantur seperti tadi.
Nindi pun meletakkan ponselnya lagi dan menghela nafas panjang.
"Sabar Nindi, abaikan orang gila tadi," katanya mencoba menenangkan pikiran saat ini agar tidak emosi lagi.
Tak lama ponsel miliknya berbunyi.
Kring ....
Kring ....
Kring....
"Mau apa lagi hah!" Bentak Nindi dengan kesal.
"Halo ini aku Tristan," kata Tristan di sebrang sana dengan binggung karena tiba-tiba calon istrinya itu membentak dirinya tanpa tahu kesalahan yang dia lakukan.
Ya Nindi tanpa melihat si penelpon langsung saja menjawab panggilan telepon tersebut, Nindi mengira sang mantan masih tak menyerah membujuknya untuk kembali lagi padanya. Nindi merutuki kebodohannya karena telah membentak Tristan.
"Eh Tristan. He he he he maaf tadi ku kira teman ku," kata Nindi dengan kikuk tak tahu harus bicara apa. Nindi tak menyangka Tristan menghubungi dirinya saat ini.
Bersambung....
Hilihhh ngk usah kaget bgtu lann.. kau kan udah sahh jadi bini Kevin.. ya bobok bareng lahh🤣
Dihh yg udah sahhh main sosorrr ajaa....
selamat buat Wulan bar .bar udah solt out tinggal Vera dan Rita
alhamdulilah selamat yahh nin n Tristan 🥰🥰
dan sekarang g tingal ijapp sahhh😂😂
Ayahh Vera sakit tohhh😳
bgtu baraninya ancaman SE enkk nyaa🙄