Mata kecil itu berpendar melawan rasa bosan di tengah hiruk pikuk orang dewasa, hingga matanya berbinar melihat seorang gadis cantik, terlihat anggun dengan raut keibuan. Ini dia yang di carinya.
Kaki kecilnya melangkah dengan tatapan tak lepas dari gadis bergaun bercorak bunga dengan bagian atas di balut jas berwarna senada dengan warna bunga di gaunnya.
Menarik rok gadis tersebut dan memiringkan wajah dengan mata mengerjap imut.
"Mom.. Kau.. Aku ingin kau menjadi Mommyku.."
"Anak kecil kau bicara apa.. Ayo aku bantu mencari Ibumu.."
"Tidak, Ibuku sudah tiada, dan aku ingin kau yang menjadi Mommy ku."
"Baiklah siapa namamu?."
"Namaku Daren, Daren Mikhael Wilson aku anak dari orang terkenal dan kaya di kota ini, jadi jika kau menikah dengan Daddyku kau tidak akan miskin dan akan hidup senang."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenah adja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TW 15: Yang Sebenarnya
"Anda pasti sudah tahu, tujuan kami mengundang kalian malam ini." saat makan malam usai Willy bicara tanpa basa- basi, saat ini mereka tengah duduk di kursi santai.
Sudah jelas, tuan Simon tahu apa maksud Willy mengundangnya. Di rumah istrinya menjelaskan jika beberapa hari lalu putra tuan Willy memukul dan mendorong putra bungsu mereka Lucas hingga lututnya berdarah.
Awalnya dia juga bingung bagaimana bisa orang berpengaruh seperti tuan Willy mengundangnya, sedangkan perusahaannya sendiri tak bekerja sama dengan tuan Willy.
Tapi saat mendengar penjelasan istrinya yang mungkin ini berkaitan dengan putra mereka, Simon bergegas untuk memenuhi undangan dari tuan Willy tersebut.
Bukankah ini bagus, dia bisa memanfaatkan rasa bersalah tuan Willy untuk menanamkan modal di perusahaannya yang kini sedang di ujung tanduk.
"Anak- anak kita.."
Belum selesai Willy bicara tuan Simon menyela. "Masalah anak- anak tidak usah di pikirkan tuan Willy.. Kenakalan seperti itu sudah biasa di dunia anak- anak." Willy menyeringai, dia paling tidak suka pembicaraannya di sela dan tanpa tahu permasalahannya tuan Simon menyimpulkan apa yang akan dia katakan, sebelum mendengar perkataannya.
Willy mengangguk.. "Bagi anda itu sebuah kebiasaan, tapi bagi ku ini sebuah kesalahan anak yang harus kita luruskan sejak dini.. Karena jika tidak ini berdampak pada perilaku anak kita kelak."
Isa menatap nyonya Simon yang masih duduk anggun menatapnya penuh cibiran, mereka duduk di kursi berbeda tidak jauh dari tuan Willy dan tuan Simon, sehingga Isa masih bisa mendengar apa yang keduanya bicarakan, dan Isa yakin Nyonya Simon juga mendengarnya.
"Aku dengar kau baru menjadi calon nyonya Wilson." Isa menoleh dan tersenyum.
"Sepertinya nyonya Simon tahu banyak tentang keluarga ini melebihi aku yang bahkan akan segera menjadi anggota keluarga Wilson."
Nyonya Simon mendengus, namun tidak berkata apapun, hingga Isa kembali melihat ke arah tuan Willy dan tuan Simon.
"Ya, karena itu kami meminta Lucas untuk memaafkan Daren." Tuan Simon tertawa kecil, meyakinkan tuan Willy jika semua tidak masalah untuknya.
Willy mengangkat alisnya mendengar ucapan tuan Simon, rupanya tuan Simon tak tahu apa- apa tentang anaknya, atau justru pura- pura tak tahu.
"Benarkah.. Apa kau yakin akan memaafkan Daren begitu saja, kau tahu apa yang Daren katakan padaku?," Tawa tuan Simon terhenti, dia melihat tuan Willy yang semakin datar raut wajahnya.
"Aku sangat tersanjung jika kau memaafkan putraku, tapi jika aku jadi kau , aku akan berpikir ulang tentang apa yang kau katakan barusan." Tuan Simon merasakan bulu kuduknya berdiri saat melihat tatapan tajam yang di layangkan tuan Willy.
Dia mulai gugup dengan jantung yang berdebar- debat menanti apa yang akan tuan Willy katakan kembali.
Isa mengalihkan tatapannya kembali pada nyonya Simon yang menegang di tempatnya, mendengar apa yang tuan Willy katakan.
Willy mulai mengatakan apa yang Isa katakan padanya tentang perkataan Lucas pada Daren, dan membuat kedua pasangan suami istri itu nampak pucat pasi.
"Satu lagi, Daren bilang ayah Lucas adalah seorang pemain wanita yang brengsek dan jahat, karena itu ibunya mati meninggalkannya." Tuan Simon melihat ke arah istrinya yang juga tercengang.
Mereka jelas tahu apa yang tun Willy katakan bukan dialog yang harusnya di katakan Daren pada Lucas, karen jelas ibu Lucas masih ada dan dia berada bersama mereka.
"Ada apa denganmu, nyonya Simon?, kau terlihat pucat, kau sakit?" Isa tersenyum mendengus.
"Aku tak tahu apa yang kalian katakan pada Lucas, tapi anak itu jelas merekam semua dalam memorinya hingga perkataan itu terlontar dari mulutnya kepada Daren."
"Kau jelas tahu aku baru saja jadi calon ibu untuk Daren, tapi kau menyalahkan aku seolah aku sudah mengurusnya sejak lama." Isa tersenyum, namun kali Isa tersenyum sangat ramah "Kau lihat, aku bahkan hanya duduk di sini dan itu membuktikan jika aku masih belum di akui sepenuhnya, kau tahu.. Apa yang calon suamiku katakan." Isa menekan kata calon suami untuk membuat nyonya Simon semakin tertekan, dan benar saja raut wajahnya semakin pucat, seolah tak teraliri darah.
"Dia akan buat keluarga kalian bangkrut." bisik Isa sambil mencondongkan tubuhnya hingga dia bisa melihat tangan Nyonya Simon bergetar.
Keluarga mereka termasuk jajaran terkaya, tapi bukan tidak mungkin tuan Willy melakukan itu pada keluarganya, mengingat betapa arogannya tuan Willy, apalagi perusahaan mereka kini sedang terombang -ambing.
Harusnya dia lebih berhati- hati dalam berbicara di depan Lucas, hingga kini dia membawa masalah karena ucapannya sendiri.
Isa menepuk tangan Nyonya Simon yang bergetar, beberapa hari lalu hampir saja tangan itu menamparnya hanya karena Isa membela Daren, namun kepala sekolah mencegah untuk tidak melakukan kekerasan hingga Nyonya Simon menggeram marah dan hanya mengepalkan tangannya. "Tapi tenang saja, Willy tidak akan melakukan itu."
Nyonya Simon mendongak menatap Isa yang masih tersenyum.
"Aku hanya ingin, jika kalian punya masalah denganku, katakanlah.." Willy melipat tangannya di dada.
"Jangan libatkan anak- anak, apalagi ini urusan orang dewasa." kali ini tatapan Willy jatuh pada Nyonya Simon "Jika kalian memiliki dendam atau apapun padaku.. Katakanlah secara langsung." tuan Simon langsung mengikuti arah pandangan Willy, yang mengarah pada istrinya.
Keningnya mengeryit melihat istrinya sudah bergetar ketakutan, dengan raut wajah yang menunduk "Ada apa ini Istriku?." katanya bingung, dia benar- benar tak tahu apa yang terjadi, dengan ucapan tuan Willy tadi seperti perkiraannya mungkin bukan Daren yang bicara pada Lucas, melainkan sebaliknya.
Tapi dia masih tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi, karena dari yang istrinya katakan jika Darenlah yang pertama kali memukul Lucas.
"Suamiku.. Ini.." Nyonya Simon mulai mengatakan apa yang terjadi dari sudut pandangnya tentang Daren memukul Lucas "Aku sungguh tak tahu jika Lucas akan mendengar dan mengatakan itu pada Daren.. Sungguh." katanya masih dengan wajah yang dia tundukan, entah kemana wanita paruh baya arogan yang tadi menatap Isa dengan penuh cibiran.
"Aku hanya mengatakannya bersama teman- temanku.. Aku tak tahu jika Lucas akan menirunya. Dan juga kau tahu seberapa tergila- gilanya Luciana pada tuan Willy, aku ikut bahagia saat mendengar Luci menjadi kekasih tuan Willy, tapi hanya bertahan satu minggu, dia kembali di putuskan." Luciana adalah sepupunya, putri dari adiknya. sejak dulu Luciana menyukai tuan Willy, dan saat memiliki kesempatan berkencan Luci sangat bahagia, namun ternyata tak bertahan lama tuan Willy malah mencampakannya, dia bahkan merasa sedih saat Luciana depresi karena di putuskan Willy yang baru satu minggu bersedia kencan dengannya, dia di putuskan hanya karena Luci tidak bisa meluluhkan hati Daren.
Setelah mengunjungi Luci yang sakit usai di putuskan tuan Willy, dia terus mengumpat di dalam mobil, memaki dan berkata kasar tentang Willy. Dia tak mengira apa yang dia katakan di tiru oleh Lucas yang saat itu ada bersamanya.
Tapi dengan bodohnya dia berkata pada Lucas dengan jelas jika Lucas jangan berhubungan dengan Daren di sekolah, karena anak itu membawa keburukan.
Nyonya Simon yang sejak awal tak menyukai tuan Willy, semakin membenci pria itu menggebu- gebu.
"Jangan bicara pada Daren, dia sungguh pembawa keburukan, bagaimana bisa dia tidak suka Bibimu, dan berakhir hubungannya di akhiri ayahnya."
"Pria brengsek.. Bisa- bisanya dia mempermainkan wanita dan menyakiti Luci.."
....
Tuan Simon masih menunduk dengan gigi gemelutuk menahan amarah "Tidak seharusnya kau membenarkan apa yang anakmu lakukan hanya karena kau membenci orang tuanya." Dia malu sekali dengan apa yang istrinya lakukan.
Dengan percaya dirinya dia datang memenuhi undangan tuan Willy, tanpa tahu jika dia akan di permalukan oleh istrinya sendiri, dia tahu istrinya tak menyukai Tuan Willy, bahkan sejak Tuan Willy menikahi Joana.
Luciana sejak dulu memang tergila- gila pada tuan Willy, namun pria itu tak pernah menanggapi karena telah jatuh cinta pada Joana, hingga akhirnya mereka menikah, tapi Luciana tak pernah melupakan Willy hingga saat ini.
Dan yang membuat Istrinya tak menyukai tuan Willy adalah Tuan Willy dan Joana hidup bahagia sedangkan Luciana berkubang dalam patah hatinya, hingga Luciana mendengar kabar jika Joana meninggal dunia setelah melahirkan, harapannya kembali muncul untuk berjuang merebut hati Willy, perjuangannya selama hampir lima tahun tak pernah membuahkan hasil, tuan Willy sama sekali tak pernah melihat ke arahnya. Hingga dia terpilih menjadi salah satu teman kencan tuan Willy namun dia tetap bernasib buruk, hanya karena dia tak bisa meluluhkan hati Daren.
Isa terdiam sekarang dia tahu kenapa nyonya Simon terlihat sangat membencinya, mungkin dia mengira Isa merebut posisi yang harusnya di tempati Luciana.
Willy menghela nafasnya dia ingat Luciana adalah teman kencannya beberapa minggu lalu yang tak lulus seleksi karena memang Daren tak menyukainya.
Willy memang mengenal Luciana, karena beberapa kali mereka bertemu, namun dia tak tahu jika Luciana menyukainya sejak dulu, dimatanya hanya ada Joana, hingga dia tak pernah melihat sekitarnya dan tak peduli sama sekali.
Bukan berarti Willy menyesal mengabaikan Luciana, tidak. Menurutnya semua yang dia lakukan adalah keputusan yang tepat.
Jika sampai dia menikah dengan Luciana, dia tak yakin Luciana akan mencintai Daren dengan tulus, karena cinta Luciana hanya berputar padanya, bukan tidak mungkin Daren di abaikan.
Tidak bukan cinta yang dimiliki Luciana untuknya, melainkan hanya suatu ambisi..
....
Love untuk kalian semua😘