"Lepaskan aku , Jika kau tak bahagia bersama ku, maka aku pun sudah siap membebaskan mu dari segala tanggungjawab mu terhadap diriku"
Kalimat terakhir yang Asmara ucap sebelum dia benar-benar berpisah dari suaminya.
Sebongkah hati yang kini berubah menjadi sayatan kecil , menyisakan luka yang teramat mendalam.
Tidak ada alasan untuk dirinya tetap bertahan di tempat itu, karena ternyata tidak hanya dirinya yang tidak di terima oleh suaminya, Bahkan anak yang telah dia lahirkan pun tidak pernah di harapkan oleh Bima yang jelas-jelas merupakan ayah kandungnya.
Akankah Asmara mendapatkan cintanya ??..
Ataukah Asmara akan semakin terluka ??
Yukk Saksikan Terus Kisahnya ....
Selamat Membaca , Semoga Suka dengan Karya Baru saya
SENJA ASMARALOKA
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nabila.id, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 16. Berita Dari Pak Basuki
...Jadilah Pemaaf ...
...🍁...
Tidak butuh waktu lama, cukup 15 menit perjalanan mobil yang di kemudikan Loka telah terparkir di parkiran balai desa.
Loka sengaja memilih membawa mobil saja, meski jaraknya tidak jauh, hal itu karena dia tidak ingin mengambil resiko kehujanan dan semacamnya.
Malam semakin larut, Senja terlihat begitu bahagia, mencoba berbagai wahana dan permainan yang ada, hal ini tentu baru pertama kali Senja rasakan, selain karena tidak setiap hari ada, juga karena kesempatan Asmara mengajaknya keluar sangat lah langka.
Setelah kurang lebih 1 jam berputar diarena permainan senja terlihat sudah kelelahan. Beruntung sebelum berangkat ketiganya menyempatkan untuk makan, karena tentu setelah lelah bermain Senja akan tidur dengan pulas.
Semakin malam suasana semakin ramai, beruntung malam ini tidak hujan, hanya mendung dan kabut yang menambah suasana dingin.
Ketiganya memutuskan untuk kembali pulang, setelah Senja benar-benar sudah tidak dapat menahan kantuknya.
Belum juga Ketiganya samai parkiran mobil, senja telah lebih dulu Tertidur dalam gendongan Asmara.
"Biar aku menggendongnya" tawar Loka.
Menyadari Asmara terlihat begitu lelah setelah menemani sang putri , selain itu juga mengingat besok adalah hari Senin tentu Loka sangat paham bagaimana jam kerja seorang karyawan seperti Asmara .
Setelah tiba di parkiran, Loka kembali menyerahkan Senja dalam dekapan ibunya. Sementara dia bergegas menuju kemudi.
Sama seperti sebelumnya, ketiganya menempuh perjalanan yang tidak begitu jauh, kurang lebih 20 menit untuk sampai ke rumah.
Beberapa saat mobil yang di kemudikan oleh Loka telah terparkir di depan rumah Asmara.
Keluar dari mobil dengan menggendong tubuh kecil Senja, membuat Asmara kesulitan memutar kunci pintu, sehingga Asmara membutuhkan bantuan Loka untuk membuka nya.
Suasana rumah tampak sepi, karena sepertinya mbok Jum juga sudah istirahat di kamarnya, mengingat sebelumnya Asmara mengatakan untuk tidak perlu menunggunya, karena Asmara telah membawa kunci rumah.
Lagi pula sepertinya mbok Jum juga lebih tenang karena kepergian Asmara yang bersama Loka.
Belum juga Asmara sempat masuk rumah, keduanya di kagetkan dengan kedatangan pak Basuki.
"Bapak ?" Kaget Asmara.
Menyadari kedatangan Pak Basuki, yang tiba-tiba agaknya ada sesuatu yang penting untuk di bicarakan.
"Bapak duduk dulu, Asma bawa Senja ke kamar dulu"
"Iya Nduk"
Pak Basuki lantas menyusul masuk kedalam rumah , Sementara Loka berpamitan untuk membersihkan diri.
Dengan hati-hati Asmara menurunkan Senja dari pelukannya, bukan tanpa alasan ,tentu karena sedikit saja pergerakan makan akan membuat putri kecilnya terbangun kembali, sementara di luar sana pak Basuki sudah menunggunya.
Beberapa saat Asmara keluar kembali , menghampiri Pak Basuki dengan membawakan secangkir teh hangat untuk nya.
"Diminum pak" Asmara. Pak Basuki tampak menganggukkan kepala.
Asmara memposisikan duduk di samping pak Basuki, agaknya Memnag ada sesuatu yang akan di bicarakan dengan nya.
Setelah beberapa tegug teh masuk kedalam perut orang tua angkatnya, Asmara lantas bertanya
"Ada apa pak ?"
Mendengar itu pak Basuki pun menghela nafas dalam. Seolah tengah melakukan persiapan untuk mengatakan sesuatu pada Asmara.
"Begini Nduk "
"Sore tadi Bapak dapat telepon dari mertua mu, mantan mertua mu "Pak Basuki menjelaskan
"Tadi bapak sudah kesini, tapi kamu sepertinya sedang ke luar"
Asmara tampak mengerti arah pembicaraan yang kini tengah di bicarakan oleh pak Basuki, namun Asmara tetap diam dan mendengarkan.
"Ibu Mertuamu bilang sama bapak, kalau lusa dia mau datang, untuk menengok Senja"
"Beliau juga bilang kalau sudah sangat kangen sama senja"
Dengan hati-hati pak Basuki mengatakan tujuan kedatanganya, Pak Basuki jelas tahu bagaimana usaha Asmara untuk melupakan Mantan suami dan keluarganya.
Terlebih setelah sekian lama mereka baru akan datang berkunjung.
Asmara terlihat menghela nafas panjang dengan mata terpejam.
"Bapak tidak bisa menolak Nduk, kamu juga tahu sendiri , Senja juga merupakan cucunya"
Pak Basuki berusaha memberi penjelasan yang membuat Asmara memahami situasi dan kondisi saat ini.
"Iya pak Asma paham" lirih Asmara
Meski sejujurnya dia tidak begitu menginginkan, namun benar apa yang dikatakan pak Basuki , Senja bukan hanya milik nya saja, dia juga merupakan cucu dari mantan mertuanya.
Terlalu egois mungkin jika Asmara sampai melarangnya untuk bertemu.
"Kapan pak mereka akan datang ?"
"Lusa Nduk"
Mendengar jawaban pak Basuki tidak ada pilihan lain selain menganggukkan kepala.
Begitu juga pak Basuki yang merasa tidak bisa berbuat apa-apa, menyangkut kehidupan pribadi keponakannya, terlebih yang menyangkut masa lalunya.
Mungkin jika itu masa depan Asmara, makan pak Basuki akan berdiri paling depan, namun untuk masa lalu Asmara Rasanya pak Basuki tidak memiliki hak untuk sekedar ikut campur.
"Ohya satu lagi Nduk, Jembatan bawah sudah selesai di perbaiki, kalau bisa tolong kamu sampaikan ke nak Loka"
Asmara menganggukkan kepala sebagai jawabannya.
Jelas Asmara tahu jika saat ini pak Basuki tengah melindunginya dari gunjingan para tetangga, tidak baik memang menyimpan lelaki dalam rumah sementara keduanya tidak memiliki status apapun.
"Besok Asma, sampaikan ke mas Loka pak, sepertinya dia sudah tidur" ucap Asmara. Pak Basuki menganggukkan kepala.
Setelah menyesap sisa teh hangat buatan Asmara hingga tandas, pak Basuki lantas berpamitan untuk pulang.
Tanpa di sadari perbincangan antara Asmara dan pak Basuki sebelumnya di dengar oleh Loka yang kini tengah berdiri di balik tembok pembatas ruang tamu.
Setelah kepergian pak Basuki agaknya rasa kantuk yang sempat menyapa kini hilang sepenuhnya, Asmara seolah gusar dibuatnya.
Asmara hanya berusaha untuk tegar , meski sejujur ya dia tidak mampu, membayangkan pertemuan dirinya dengan sang mertua ditambah mantan suami dan tentu istrinya memuat kepala Asmara mendadak pusing.
Terlebih tidak mungkin mereka hanya akan singgah sejenak, tentu akan menginap barang 1 atau 2 hari.
Hal itu semakin membuat kepala Asmara berdenyut saja.
"Belum tidur ?"
Ucap Loka yang datang menghampiri Asmara
Asmara menoleh sekilas, meski dalam hatinya menyimpan kekesalan, namun dengan tamunya tersebut Asmara akan berusaha untuk tetap baik-baik saja, buktinya Asmara masih tetap bisa tersenyum di hadapan Loka meski hatinya sedang tersiksa.
"Mas sendiri kok belum tidur ?"
Bukan menjawab Asmara justru kembali melemparkan pertanyaan.
"Oh aku tadi haus, makanya ke dapur mau ambil minum"
Elak Loka yang sebenarnya dia tahu apa alasan Asmara berada di sana, dia hanya pura-pura tidak tahu saja untuk menjaga perasaan Asmara.
"Oh gitu, gimana udah jadi ambil ?"
"Mau Asma ambilkan ?" tawar Asmara
"Boleh-boleh, minuman dingin saja" pinta Loka.
Asmara bergegas beranjak dari duduknya, melangkah dengan kaki gontai menuju dapur.
Beberapa saat kemudian Asma keluar dan membawa 2 gelas penuh Orange juice , agaknya kurang cocok mengingat saat ini waktu menunjukan pukul 21.30 ,sejujur nya Orange juice bukan pilihan yang tepat, namun mengingat kepala Asmara yang rasanya juga ingin pecah, jadi itulah yang menjadi pilihannya.
***