Aisyah yang tak kunjung hamil membuat mama mertuanya memberikan dua pilihan paling berat. Aisyah harus memilih antara berpisah dengan suaminya atau tetap bersama tetap harus menerima jika suaminya menikahi wanita lain.
Sungguh hancur hati Aisyah. Dia tidak bisa memilih salah satu pilihan yang diberikan oleh mama mertuanya. Bagaimana bisa dia berpisah dengan suaminya, sementara Aisyah sangat mencintainya. Apalagi jika harus merelakan berbagi suami dengan wanita lain. Jelas saja Aisyah tidak sanggup.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon teh ijo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
"Assalamualaikum." Suara salam yang tidak asing membuat Adam yang tengah sarapan langsung membulatkan matanya dengan lebar. Mungkinkah Adam terlalu khawatir berlebihan atau memang itu memang suara Azam.
Tidak mungkin itu suara Azam. Lagian Azam kan tinggal di rumahnya gak mungkin juga dia bisa sampai disini.
"Mas Adam kenapa kok mukanya tegang seperti itu?" tanya Ais yang baru saja gabung di meja makan.
Lagi-lagi Adam dibuat terkejut dengan kedatangan Ais yang secara tiba-tiba yang kini telah duduk didepannya.
Belum sempat Adam menjawab akan pertanyaan Ais, suara salam beserta ketukan pintu kembali terdengar.
"Assalamualaikum." serunya lagi dari laur.
Ais yang mendengar ucapan salam ikut menautkan kedua alisnya. Dia pun merasa tidak asing dengan suara salam yang didengarnya. Dengan kedua alis yang menaut dia langsung menatap ke arah kakaknya.
"Mas, itu siapa sih, pagi-pagi udah datang? Temen Mas Adam? Soalnya itu bukan kayak suaranya Mas Hanaf," tanya Ais dengan penasaran. Jangankan Ais, Adam sendiri aja juga tidak tahu dengan tamu yang sedang mengucap salam diluar sana.
"Mas juga gak tahu. Perasaan Mas gak punya teman selain Hanaf deh. Apakah orang masjid lagi minta sumbangan ya? Tapi inikan masih pagi," celetuk Adam dengan penasaran.
"Coba buka sana, Mas! Ati-ati mana tau dia perampok, Mas!" Ais sudah sangat was-was dengan tamu tak diundangnya itu.
"Kamu benar Ais. Coba kamu cari apa sapu. Kali aja emang perampok yang datang!" titah Adam pada Ais.
Dengan anggukan kecil, Ais segera mengambil sapu. Meskipun tidak sekuat besi tetapi setidaknya mereka punya alat untuk melawan.
Kok suara itu kayak suaranya mas Azam ya? Tapi gak mungkin Mas Azam sampai sini. Dia kan lagi menikmati menjadi pengantin baru! Emangnya di dunia ini hanya mas Azam yang punya seperti itu! Ayo, Ais move on!
Ais mencoba untuk menepis semua perasangkanya dan tetap meyakinkan diri jika tamu yang ada didepan sana bukanlah Azam.
Karena ingin memastikan, Adam langsung mengintip siapa gerangan yang telah datang ke rumah pagi-pagi buta seperti ini.
"Siapa sih dia?" tanya Adam yang masih merasa penasaran dengan sosok tamu yang tengah berdiri membelakangi pintu rumahnya.
"Siapa, Mas?" tanya Ais yang melihat kakaknya baru saja mengintip.
"Gak tau siapa. Orangnya ngadep kebelakang."
"Ya udah buka aja, Mas! Nanti kalau beneran perampok, aku pukul dia!"
Adam pun mengangguk dengan pelan dan segera membuka pintunya. Saat dilihat, pria yang ada dibelakang belum berbalik untuk menatapnya.
"Maaf, kamu siapa ya? Apakah kamu orang dari masjid? Tapi ini masih pagi buta. Tidak bisakah kamu datang siang?" tanya Adam yang menganggap jika pria yang ada di depannya adalah seorang yang memang sengaja ditugaskan oleh masjid untuk mengutip sumbangan.
Seketika pria itu langsung membelikan padanya dan membuat bola mata Adam membulat dengan lebar. Ternyata dugaannya jika pria yang ada didepannya adalah seorang utusan dari masjid ternyata sangat besar, karena pria yang ada di hadapannya saat ini adalah Azam, mantan suami Ais.
"Ngapain kamu kesini? Pergi! usir Adam dengan lantang.
Ais yang sedang memegang gagang sapu merasa sangat terkejut dengan amarah kakaknya. Karena merasa penasaran, Ais pun langsung segera keluar untuk memastikan lebih jelas siapa tahu yang datang. Dan Ais menatap pria yang ada di hadapannya saat ini, tiba-tiba saja tubuh menjadi lemas tak berdaya.
Pria yang tak lain adalah Azam, segera mengalihkan pandangannya dari arah Adam kearah Ais.
"Ais ... apakah kamu baik-baik saja? Mengapa kamu tidak memberitahuku jika pindah kuliah? Aku sangat menghawatirkanmu, Ais," ujar Azam yang merasa lega karena bisa melihat sosok yang dirindukannya.
Astaghfirullahaladzim ... ternyata ini bukan mimpi. Dia benar-benar mas Azam. batin Ais yang merasa sangat terkejut dengan sosok Azam yang berada di depan matanya.
"Apakah kamu tidak mendengarkanku? Azam, pergilah! Aku jijik melihat wajahmu!" ujar Adam lagi dengan suara kerasnya.
...**...
tidak jelas...endingnya