Cerita hanya hayalan semata dan tidak menjiplak karya mana pun!
Julia hanya anak miskin yang di nikahi oleh Alan anak nya Juragan karet yang amat sangat kaya, Alan anak ketiga dalam keluarga ini dan semua nya tinggal satu rumah yang amat besar.
Persaingan antara menantu amat sangat ketat, hanya Julia yang tetap apa ada nya karena dia tak punya apa apa dalam hidup ini dan selalu kena marah oleh Warti.
hanya Karto sebagai mertua laki laki yang membela diri nya, bahkan lebih sayang mengalahkan Alan.
Bagai mana kisah mereka selanjut nya?
akan kah Julia larut dalam perhatian dan kasih sayang Karto?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon novita jungkook, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12. Ketahuan Selia dan maura
Alan heran karena istri nya bilang tidak bisa mau bertemu dengan diri nya alias masih mual, kalau melihat dan mencium bau Alan maka muntah nya semakin parah saja. tentu dia awal nya tidak percaya dan menganggap Julia sedang bercanda, namun setelah pintu memang tidak kunjung di buka kan maka Alan pun yakin Julia memang tidak mau bertemu dengan dia.
Sudah mencoba untuk mencari informasi di teman teman nya yang lain apa kah ada yang mengalami hal seperti ini, namun tanggapan mereka memang ada yang bilang sama dan ada juga yang bilang aneh, tapi setidak nya Alan tau bahwa itu memang ada mual melihat suami akibat bawaan si jabang bayi.
"Lah kalau gini terus nganggur lah aku." gumam Alan bingung juga lama lama.
Melihat muka saja mual, apa lagi mau sampai berhubungan badan, yakin sekali bahwa diri nya akan puasa dengan batas waktu yang tidak bisa mau di tentukan. mual muntah biasa nya akan hilang saat trimester kedua, namun kalau yang parah maka bisa ada sampai sembilan bulan.
Alan menelan ludah nya susah payah membayangkan dia harus puasa selama sembilan bulan, sekarang baru tiga bulan yang berarti dia masih harus menunggu enam bulan lagi lama nya. setengah tahun tidak menyentuh istri, otak Alan mutar mutar tidak karuan saat ini karena bingung.
"Sayang, Mas keluar dulu ya di pos ronda." pamit Alan di depan pintu kamar.
"Iya." jawab Julia singkat.
"Kamu menangis kah? kok suara nya sumbang begitu!" Alan takut pula Julia menangis sendirian.
"Enggak, ini akibat ingus pas aku muntah muntah saja." dusta Julia.
"Ya sudah, Mas pergi dulu karena sudah di tunggu itu sama warga lain. kamu nanti hubungi Mas saja ya kalau butuh sesuatu!" pesan Alan.
"Baik, Mas hati hati ya kalau misal mengejar maling." jawab Julia pula.
"Iya, sayang ku! semoga nanti Mas pulang, kamu sudah tidak mual lagi." harap Alan pada istri nya.
Julia semakin teriris iri rasa hati nya mendengar jawaban sang suami yang sangat lembut, walau pun Alan tidak pernah membela dia secara langsung, namun suami nya sangat baik dan tidak pernah marah pada Julia. Alan bisa di bilang suami yang baik, apa pun keadaan istri nya akan coba ia pahami sebisa mungkin.
"Maafkan aku, Mas! aku kotor, aku sangat hina karena ulah Ayah mu." isak Julia semakin pilu.
"Aku harus bagai mana, Ya Allah? tidak sanggup rasa nya aku terus begini dan membohongi suami terus. Karto tidak mungkin akan berhenti begitu saja, dia pasti akan datang lagi!" Julia benar benar bingung sekali.
Mau minta tolong pun pada siapa karena dia juga menyadari dari awal dia salah, karena menyerahkan tubuh hanya karena ingin pindah kerumah ini. sesakit itu menjadi menantu nya Warti, seluruh hidup terasa amat sangat menyiksa hati akibat di tindas habis habisan oleh mereka semua.
"Dukun? harus kah aku memang menyantet dia saja!" Julia punya ide yang cemerlang.
"Akan ku buat dia sakit dan tidak bangun lagi dari ranjang, maka dengan begitu dia tidak bisa mendatangi ku lagi kan?" Julia mulai berangan angan akan hayalan itu.
"Iya, aku harus bergerak apa bila ingin lepas dari pria biadab itu!" tekad Julia yang tidak mau terus terusan di perbudak.
Tekad nya sudah kuat untuk mencari dukun saja yang sakti agar bisa membuat santet, ingat di kampung nya ada seorang dukun yang amat sakti bahkan dia bisa membunuh tanpa harus foto dari sang korban karena dia memang sudah tau dari ilmu nya.
Namun untuk minta tolong maka dia harus pulang kampung dulu,sekitar satu jam perjalanan dan mungkin saja tidak akan ketahuan bila langsung pulang hari itu juga. Alan kan bila kerja akan seharian, jadi rasa nya akan mungkin bila dia pergi sendiri saja pulang kampung nya.
...****************...
"Kapan Bapak akan bicara dengan Ibu biar kami bisa segera pindah?" Jena menatap mertua laki laki nya.
"Sabar dulu, masa mau pindah nya cuma selang satu hari Kakak mu." sahut Karto sambil menghisap rokok.
"Ya tidak apa apa lah, Pak! kan kami juga punya rumah masing masing, tidak apa apa kalau pindah nya sekarang juga." desak Jena.
"Ibu nanti akan tambah marah besar, tunggu pikiran dia adem maka kamu bisa segera pindah dari sini." janji Karto membuat Jena kesal juga lama lama.
"Walau aku tidak dapat pindah sekarang, tapi aku tidak akan pernah melayani Bapak lagi." Jena berkata tak kalah tegas.
"Maka pindah nya kamu bisa batal." seringai Karto penuh kelicikan.
Jena terperangah karena dia tidak menyangka mertua nya akan sejahat ini, sudah di kasih sekali dan malah mau ingkar janji. di minta janji nya malah nanti nanti, sedangkan Jena butuh sekarang juga karena tidak tahan lah mau tinggal di sini terus.
Tapi ternyata orang yang menjanjikan kepindahan nya malah ingkar janji begini, bila terus terusan maka Jena juga tidak mau bila di pakai oleh Karto. walau dia seorang pelacur dulu nya, melayani laki laki tua membuat dia sangat geli dan mau muntah karena harus melihat wajah tua nan bangsat itu mengerang nikmat.
"Kau melakukan nya juga dengan Julia?" tanya Jena menatap Karto.
"Mana mungkin aku begitu pada menantu ku yang itu, kalau kau kan memang bisa di pakai jadi ya ku gunakan lah kesempatan ini." jawab Karto menutupi belang nya dengan Julia.
"Aku sudah bukan lonte lagi, aku istri anak mu!" Jena marah sekali rasa nya.
"Walau kau istri Malik sekali pun, apa itu bisa merubah masa lalu mu?" tanya Karto yang amat sangat licik.
Sudah tidak bisa lagi Jena mau berkata kata pada orang tua sialan ini, sungguh tidak di sangka kalau dia akan mengalami hal yang lebih parah. Julia masih di beri kepindahan, tapi Jena masih terkekang di rumah ini entah sampai kapan, karena kelihatan sekali Karto hanya janji palsu.
"Kau dengar itu, Maura?!" Selia yang bersembunyi di balik tembok menatap adik ipar nya.
"Gila, pelacur itu sama sekali tidak ada insaf nya!" Maura juga sangat kaget.
"Maksud ku ya Bapak mertua mu itu, dia juga mencicipi menantu nya!" Selia sungguh tidak percaya.
"Tidak bisa begini, aku akan secepat nya mengatakan pada Mas Amir agar pindah dari sini." Maura tidak tahan lagi dengan sifat mesum mertua nya.
Selia pun ikut ngeri membayangkan Karto menggagahi menantu nya, dari awal pembicaraan sampai habis mereka dengar semua, karena tadi memang mengincar Jena yang keluar dari kamar secara diam diam agar tidak ketahuan orang tentu nya.
Ayo di like dan di comen, ini udah mau masuk tahap konflik berat ya.
lanjut thor
lanjut thor 🙏