"kau iblis yang menyedihkan"
"ah bukan lebih tepatnya manusia berwajah malaikat dan bersifat iblis yang kejam, sangat menyedihkan"
"apa kau percaya tuhan"
"berhenti mengoceh dan ketuk saja pintu neraka mu" pria itu mengarahkan sebuah pistol ke kening sang lawan.
"baik lah sebelum aku mati, aku ingin bertanya satu hal"
"apa kau pernah jatuh cinta"
"ucapan omong kosong apa ini"
"HAHAHAA bahkan sang iblis dan malaikat pun akan kalah oleh perasaan itu"
"aku dan manusia yang nyawanya telah kau renggut, mengutukmu"
"JATUH CINTA LAH KEPADA GADIS YANG AKAN MENJADI MALAPETAKA NYAWAMU SENDIRI" teriak pria yang tersenyum sinis.
"sudah mengoceh" pria itu menarik ujung pistol membuat sang lawan tertembak tepat di kepala dengan mata merah menatap benci kepada sang iblis.
"bawak saja kutukan mu itu ke alam baka"
"karena aku memang sudah jatuh cinta kepadanya" tawanya mengelegar di tengah hutan, para bawahannya memalingkan wajah takut menjadi sasaran sang iblis.
manusia adalah mahkluk paling menjijikn
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ancan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bertemu kembali
"kalo gue bisa milih, gue lebih ingin terlahir normal tanpa banyak tuntutan dari segala sisi_raja
"Raja" panggil wanita berusia hampir 60 tahun, wanita dengan rambut bob pendek itu menghampiri cucu kesayangannya itu.
"Omma" ucap raja bangkit meraih tangan ommanya, wanita itu menepuk-nepuk tangan halus dengan jari-jari lentik yang menggenggam ke pada ke dua tangan keriputnya.
"Dulu tangan kamu sangat semungil ini" ucap omma meragakan tangan raja yang masih umur balita, tingkah ommanya membuat raja terkekeh, mereka berdua memilih duduk dekat kolam ikan milik sang mami.
"Omma ga capek bolak-balek terbang dari kota x ke sini" tanya raja melempari makanan ikan di dalam kolam
"Mana mungkin" ucap omma menghempas angin.
"Demi cucu kesayangan omma, pasti bakal omma tempuh sejauh manapun" ucap wanita yang menjadi tiang di keluarga raja.
Sedangkan raja hanya bisa menggaruk kepalanya dengan senyum malu.
"Omma, raja memiliki 6 saudara " ucap raja.
"Tapi kenapa omma terlihat seperti pilih kasih, gimana kalo mereka membully raja" tanya raja dengan tampang polosnya.
"No, no, no mereka sama sekali tidak akan berani membully sang penerus di keluarga kita" ucap omma dengan senyum manis di pipi keriputnya.
"Omma kenapa raja menjadi cucu terakhir sih, raja di ejek mulu anak manja sama teman-teman raja" ucap raja dengan wajah di tekuk.
Omma mengusap rambut cucunya yang lembut itu, wajah keriputnya tersenyum hangat kepada anak dari mendiang anak laki-laki kesayangannya.
"Apa raja ga punya saudara lain lagi, raja ga mau menjadi penerus perusahaan omma" ucap raja menatap wanita tua di sebelahnya.
Tatapan omma berubah datar, membuat raja langsung terdiam, ia telah melakukan kesalahan fatal dasar lagi-lagi mulutnya tidak bisa di rem.
"Jika tidak kamu yang meneruskan perusahan omma maka tidak ada siapapun yang bisa meneruskannya" ucap omma menatap cucunya.
"Kenapa harus raja omma" beo raja tidak paham dengan jalan pikiran dari ommanya itu.
"Karena memang harus kamu sang penerusnya" bales omma.
"Tapi raja tidak terlalu suka berbisnis, sedangkan abang dan kakak-kakak raja memiliki bakat berbisnis kenapa tidak mengambil salah satu di antara mereka" tanya raja.
"Meraka hanyalah tangga untuk kamu, maka sudah seharusnya mereka memiliki jiwa berbisnis untuk melindungin kamu" ucap omma.
"Bukan kah itu keterlaluan" tanya raja, membuat omma menggeleng.
"Kamu akan tahu jika tumbuh semakin dewasa nanti, bagaimana dunia bekerja untuk mereka yang sudah seharusnya menggenggam dunia"
"Tapi raja sungguhan tidak mau jadi penerus dari perusahan omma" raja menatap dengan tatapan mata tidak pernah tergiur menjadi pewaris perusahan besar dari ommanya itu.
"RAJAA" ucap omma dengan suara penuh penekanan.
"Mau tidak mau itu memang sudah milik kamu, sejak dulu sebelum kamu lahir semua aset omma adalah milik kamu, kamu penerusnya" ucap omma, sedangkan raja sudah mulai males dengan obrolan bersama ommanya.
"Apa omma tidak pernah mau bertanya kehidupan apa yang ingin sekali cucu omma ini jalanin, cita-cita apa yang ia inginkan" tanya raja membuat omma menatap lurus mencerna ucapan sang cucu.
"Kamu tidak berhak memilih kehidupan apa yang ingin kamu jalanin, dan cita-cita apa yang kamu inginkan, karena kamu telah di lahirkan menjadi penerus, ini dunia kamu, milik kamu" ucap omma membuat raja menatap datar air kolam di depannya.
"Raja tidak pernah ingin di lahirkan menjadi penerus manapun omma" ucap raja.
"Hentikan omong kosong kamu itu" bales omma tidak suka.
"Di luar sana banyak orang yang menginginkan terlahir seperti kamu" ucap omma dengan tatapan tajam.
"Dan di luar sana banyak hal yang ingin raja lakukan seperti mereka" bales raja bangkit beranjak berdiri dari tempat duduknya.
"Omma sampai kapan omma menekan raja dengan dalil mempisahkan mami dari raja" tanya raja.
"Tidak semua manusia ingin menjadi sang penerus yang hidupnya selalu di setir, tuntutan omma membuat aku mati perlahan sangat menyesakan" raja menatap omma yang hanya diam di tempat duduknya.
"Jika omma terus menuntut hidup ku maka aku akan memberontak dengan cara ku sendiri" raja berlalu pergi meninggalkan omma yang masih terdiam menatap lurus ke arah langit.
"Ha, dia sama seperti mu, singa kecil itu selalu ganas kepada sekitarnya yang mengusik dunianya" ucap omma menarik nafas kasar.
*****
Raja menatap suasana tengah kota di atas gedung hotel pencakar langit milik keluarganya, mata nya mulai menatap lurus warna sunset yang melengkung indah di langit sore.
"Ha" desahan kasar keluar dari bibir manisnya, tangan lentik itu mengambil sesuatu di dalam saku jaket kulit hitam yang ia kenakan, mengambil sebatang rokok mentol dan sebuah korek api elektronik.
Matanya berkelana menatap seluruh objek di depannya, bibirnya yang menghisap kuat rokok di tangannya.
"Aw" beo suara dari balik tumpukan kursi dari arah belakang raja.
Raja melirik ke arah sekitarnya pendengarannya cukup tajam seperti sang predator, hidung pria itu mulai mencium aroma wangi milik seseorang, namun wangi itu bercampur dengan aroma darah,
Raja berjalan mendekati aroma yang mengusik indra penciumannya, mata tajam itu menatap waspada kepada area sekitar.
"Eh" bibir raja keluh saat manik mata meraka kembali beradu, sudah hampir seminggu ia tidak melihat gadis itu, raja kira dirinya tidak akan pernah bertemu dengan gadis yang sedang menatap kepadanya dengan mata berkaca-kaca.
Raja mendekati gadis yang sedang meringkuk dengan wajah sedih, matanya menatap ke arah lutut milik bia.
"Kaka kenapa" tanya raja membuang rokok yang masih setengah.
"Sakitt" bales bia dengan lirih.
Raja berjongkong mendekati lutut bia yang terluka seperti habis jatuh.
"Kenapa bisa kaya gini" tanya raja menekan pelan lutut bia.
"Aw sakittt goblok" teriak bia dengan mata terpejam, raja menatap gadis itu dengan tatapan lekat.
"Jatuh dimana" tanya raja.
"Tangga darurat" bales bia.
"Kenapa bisa ke tangga darurat" raja mengambil sesuatu dari dalam sakunya.
"Tadi gue mau ikut kelas seminar, tapi lift nya lagi di perbaiki jadi gue naik tangga darurat, eh rupanya kepeleset terus ke gini deh" ucap bia menujukan lutut dan telapak tangan mungilnya, raja menarik sudut bibirnya membuka tutup botol kecil yang berisi akohol.
"Tahan ya" ucap raja membuat bia mengangguk ragu.
"Sakitt" tanya bia membuat raja menggeleng.
"Cuman pedih" bales raja.
"Ga, ga mauu" wajah bia mulai panik, gadis itu sama sekali tidak bisa tahan dengan rasa sakit.
"Bentar kok, habis itu langsung sembuh" ucap raja.
"Ga mauuu" bales bia.
"Kalo nanti lukanya infeksi gimana? Mau di bawak rumah sakit" tanya raja membuat bia menggeleng pasrah.
"Tangan" ucap bia meminta kepada raja, pria itu kebingungan namun kode mata dari bia membuat ia paham, dengan suka rela ia meyerahkan tangan kirinya.
Bia marai h tangan kekar itu masuk ke dalam mulutnya membuat mata raja membulat sempurna.
"Yuudh ayolk buluan oybitn" gadis itu mengatakan kalimat yang membuat raja hanya bisa terkekeh.
"Oke" bales raja sedikit membersihkan luka bia dengan hati-hati, gigitan di tangan raja mulai terasa setiap luka di lutut dan tangan bia tersentuh, namun sepertinya raja sama sekali tidak kesakitan walapun gadis itu menggigit tangannya dengan kuat.
"Selesai" ucap raja setelah mengikat luka di lutut bia dengan sapu tangan bercorak serigal berwarna hitam.
Bia melepaskan gigitan itu, mata gadis itu menatap lututnya dengan tenang, namun ia malah di kejutkan dengan bekas gigitan di tangan raja karena ulahnya.
"Eh tangan lu luka" ucap bia melihat bekas gigitannya sedikit mengeluarkan darah.
"Ga papa ga sakit kok" ucap raja mengusap-usap darah di tangannya.
"Serius" tanya bia ragu.
"Iya kaka, ga sakit sama sekali" bales raja dengan senyum, bia hanya bisa cengengesan tidak jelas.
"Ayok raja anter pulang, entar bang kairen khawatir" ucap raja.
"Ah sekarang gue ngekos" ucap bia membuat raja meminta penjelesan kepada gadis itu.
"Tempat les gue di daerah sini, jadi kalo gue balok-balek dari jalan sekar ke perumahan merak tenaga gue uda habis duluan" ucap bia membuat raja paham.
"Ya uda ayok raja anter ke kos nya" bales raja membuat bia mengangguk, gadis itu ingin beranjak bangkit.
"Aww" bia menahan perih saat lututnya di gerakan.
Raja dengan gerakan cepat menggendong bia bridal style.
"Eh" mata dan mulut bia seolah-olah terkunci karena gerakan raja mengejutkan hatinya.
"Gue berat ya" tanya bia saat mereka menurunin anak tangga satu persatu, raja menggeleng dengan senyum menatap gadis mungil dalam gendongannya itu.
Sedangkan bia di buat kagum, terkagum-kagumnya dengan tampak yang ga manusiawi dari raja.
Bia menatap lekat setiap polesan yang tercipta di wajah raja dengan sempurna, bia menggeleng-geleng membuang pikiran kotornya sedangkan raja hanya berulang kali menarik sudut bibirnya.
"Buset bibirnya pink menggoda" bisik hati bia yang bersorak riang.
"Kenapa" tanya raja tanpa menatap gadis yang sedan memperhatikannya.
"Gue gantengkan" ucap raja membuat bibir bia berkedut.
"Narsis lu sama banget ke kairen" ucap bia memuter bola mata males.
"Kenapa narsis kan emang ganteng" goda raja.
"Dih pede banget lu" bales bia menolak mengakuin pesona pria remaja yang beda 5 tahun darinya.