Istriku Selingkuhan Bapakku

Yanu pun mengantarkan Maria dan anaknya untuk pulang ke Surabaya. Sesampainya di Surabaya,Yanu dan Maria di sambut oleh Bu Wanda ibu Maria.

"Cucu uti datang."

"Ma,aku titip Mikha dulu ya selama aku kerja."

"Iya Mar,kamu yang tenang saja. Mikha di sini pasti baik-baik saja. Kamu semangat kerjanya buat Mikha. Ayo masuk dulu,ini siapa ?." Tanya Bu Wanda melihat Yanu.

"Ini mas Yanu ma,bossnya Maria."

"Owalah pak Yanu mari silahkan masuk. Kamu nginap disini dulu kan Mar ?."

"Ya ma cuma malam ini."

"Yasudah kamar kamu sudah mama bersihkan. Kamar tamu juga sudah rapi kalau pak Yanu mau istirahat."

"Panggil saya Yanu saja bu." Ucap Yanu kikuk.

"Iya silahkan masuk. Maria sudah lama kah bekerja dengan nak Yanu ?."

"Hampir satu bulan bu."

"Oh... Pa... Papa... Cucumu datang." Teriak bu Wanda memanggil Pak Herman suaminya.

"Halo sayang..." Ucap pak Herman sembari menggendong Mikha.

"Kalian sudah makan belum ? Ini juga sudah malam." Sambung Pak Herman.

"Belum pa."

"Waduh. Dirumah gak ada makanan itu. Kamu keluar sama adikmu sana cari makanan. Mumpung masih jam segini. Fir... Temani mbakmu cari makan." Ucap Pak Herman memanggil Safira adik Maria.

"Ya pa." Sahut Safira dari dalam menuju keluar rumah.

"Itu kunci motornya diatas meja tv sudah kamu ambil ?."

"Sudah pa. Ayo mbak."

"Ya Fir. Mas bentar ya,aku tinggal cari makan dulu untukmu."

"Gak pakai mobil saja biar aku bisa ikut gitu." Ucap Yanu lirih.

"Ribet mas kalau pakai mobil. Jalan disini sempit." Sahut Safira.

"Gak apa-apa,mas dirumah saja. Nanti biar di temani papa ngobrol. Ya kan pa ?."

"Iya nanti biar papa temani."

Maria berangkat meninggalkan Yanu mencari makan dengan Safira.

"Duduk sini Yan." Ucap Pak Herman memanggil Yanu.

"Njih pak."

"Yanu asli mana ?."

"Saya asli Klaten pak."

"Sudah lama bisnis di dunia aluminium ?."

"Ya sekitar kurang lebih dua tahun pak."

"Wah sudah lumayan lama ya."

"Ya pak."

"Yanu suka ya sama anak saya ?." Ledek Pak Herman mencairkan suasana.

"Eh anu... Emm gimana ya pak."

"Tidak usah bingung jawabnya. Bapak tau kok. Kalau kamu tidak suka dengan Maria anak bapak,tidak mungkin kamu mau mengantarkan nya sampai kemari. Apalagi status Maria cuma karyawanmu saja."

Yanu hanya tersenyum sembari menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Bapak dulu juga sama sepertimu Yan. Mengejar mamanya Maria sampai dapat. Apapun bapak lakukan asal mamanya Maria bahagia. Bahkan waktu mamanya Maria butuh buku untuk sekolah,bapak yang belikan. Karena bapak sama mama nya Maria itu beda 10 tahun tua bapak. Oh iya kalau boleh tau umurmu berapa ya Yan ?." Sambung Pak Herman.

"Saya sudah 40 tahun pak."

"Lah cuma beda 6 tahun dengan istri saya. Sama Maria jaraknya jauh sekali. Kamu mau dengan bocah ingusan gitu Yan ? Hahahahaha." Ledek Pak Herman.

"Iya pak beda 14 tahun. Tapi bagi saya umur bukanlah halangan pak. Saya lihat Maria itu perempuan yang tangguh,ceria,pantang menyerah,gigih dan pekerja keras. Itulah ya saya suka dari Maria."

"Ya memang Maria anaknya begitu dari dulu. Semangat berjuang untuk Maria ya." Ucap pak Herman sembari menepuk pundak Yanu.

"Iya pak."

Tak lama kemudian Maria dan Safira pun datang.

"Wah nampaknya asik banget nih ngobrolnya. Bahas apaan nih ?."

"Bahas kamu." Sahut pak Herman.

"Papa jangan bilang yang aneh-aneh loh ya."

"Memang kamu aneh kan. Sudah sana makan,ajak Yanu juga."

"Ih papa..."

"Makan Yan. Masuk sini,ini gubuk orang tua Maria. Tidak terlalu besar tapi cukup nyaman untuk bertempat tinggal." Ucap pak Herman tanpa menggubris Maria.

"Papa kalau udah ketemu temen ngobrol anaknya gak dihiraukan." Ucap Safira meledek.

"Kalian beli makanan banyak sekali."

"Tau tuh mbak. Duitnya banyak kayaknya."

"Ya nggak banyak juga. Masa iya aku beli makanan cuman buatku sama mas Yanu saja. Sedangkan dirumah ini ada mama,papa,kamu sama Mikha."

"Sudah... Sudah... Mari makan,Fir panggil mamamu! Ajak mamamu makan bersama disini."

"Ya pa."

Makan malam itu terasa begitu hangat. Pak Herman,Bu Wanda,Safira begitupun Maria dan Yanu sangat menikmati momen tersebut. Setelah makan,Maria dan Yanu berpamitan untuk istirahat di kamar mereka masing-masing.

Keesokan harinya,Maria dan Yanu berpamitan untuk kembali ke Klaten karena akan ada barang masuk.

"Ma,Maria pamit dulu ya. Nitip Mikha."

"Ya Mar,hati-hati dijalan."

"Nitip Maria ya Yan." Ucap pak Herman.

"Njih pak. Kalau begitu kami pamit dulu."

Maria dan Yanu pun pergi meninggalkan rumah orang tua Maria menuju Klaten. Di sela-sela perjalanan Yanu mencoba mencairkan suasana agar tidak mengantuk.

"Mar."

"Ya mas."

"Kamu mau tinggal dimana ?."

"Iya ya mas,aku kok gak kepikiran soal itu."

"Hahahaha... Benar kata papamu,kamu itu antik dan aneh."

"Ish papa itu. Pasti papa ngomong yang aneh-aneh sama kamu."

"Nggak kok. Papa ngomong yang baik-baik. Ini gimana pertanyaanku ? Kamu mau tinggal dimana ?."

"Aku belum tau mas."

"Gimana kalau cari rumah kontrakan dulu sampai urusan perpisahanmu dengan suamimu selesai ?."

"Lalu setelahnya ?."

"Aku menikahimu lalu kita beli rumah."

"Uhuk... Uhuk..." Maria tersedak saat minum mendengarkan ucapan Yanu.

"Pelan-pelan Mar minum nya. Gak ada yang minta."

"Maksud kamu gimana mas ?."

"Yang mana ?."

"Yang kamu menikahiku. Serius kamu sama ucapanmu ?."

"Memangnya kenapa ?."

"Ya tidak apa-apa sih. Aku cuma terkejut saja. Semudah itu kamu mengajakku menikah."

"Aku sudah nyaman sama kamu. Aku gak mau perempuan yang aku cintai jadi milik orang lain."

"Wao..."

"Kenapa Mar ?."

"Tidak apa-apa. Aku selesaikan urusanku dulu mas."

"Iya aku paham. Aku bakal tunggu kamu sampai semua urusanmu selesai dan kamu siap."

"Ya mas,terimakasih."

Yanu merasa sangat cocok dengan Maria. Karena Maria adalah sosok perempuan yang baik dan ceria. Dia juga tangguh dan pekerja keras. Itulah yang membuat Yanu semakin terpikat olehnya.

Bersambung....