Kisah sepasang CEO yang merintis bisnis mereka dari nol dan pernah berkecimpung di dunia bawah, keduanya memiliki masalah dengan keluarga dan hubungan toxic mereka masing masing sehingga mereka sulit untuk mempercayai orang orang di sekitar mereka.
Mereka menggunakan dua nama, nama untuk di dunia bisnis sebagai CEO dan nama untuk kehidupan pribadi mereka. Mereka juga memilih hidup sederhana dan mengerjakan pekerjaan yang menjadi hobi mereka. Namun keduanya ternyata tinggal di sebuah apartemen dan unit mereka persis bersebelahan.
Tanpa mereka sadari, mereka ternyata klik dan saling jatuh cinta, namun mereka memakai identitas kehidupan pribadi mereka, tanpa mengetahui sisi kehidupan bisnis mereka satu sama lain walau perusahaan mereka bekerja sama. Walau saling mencintai, keduanya menyimpan rahasia terhadap satu sama lain sampai terbongkar suatu hari nanti.
Akankah mereka bahagia atau malah sebaliknya ?
Genre : Urban, fiksi, komedi, drama, sedikit action, psikologi
100% dewasa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mobs Jinsei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 15
Keesokan harinya, Ethan dan Elena yang berboncengan naik motor akhirnya sampai di properti yang berada di daerah perumahan nyaman tanpa pagar berlokasi sedikit di pinggiran kota. Ketika sampai, seorang dua orang marketing real estate sudah menunggu mereka di beranda rumah yang ingin mereka lihat. Salah satu marketing wanita yang menoleh melihat mereka parkir di tepi jalan, langsung menghampiri mereka dengan wajah berseri, sedangkan marketing pria yang nampak seperti atasan nya, diam di depan pintu sambil menyilangkan lengannya dan mengamati dengan wajah masam.
“Selamat datang, perkenalkan nama ku Valerie, panggil saja saya Val, saya sudah menunggu anda,” ujar Valerie sopan dan ceria.
Ethan membuka helm nya dan mengusap rambutnya, wajah Valerie langsung menampilkan lima ekspresi dalam tiga detik, mulai dari kaget, serius melihat wajah Ethan, tidak percaya, malu malu dan terakhir kasmaran yang menampilkan senyum menggoda secara otomatis. Namun ketika Elena membuka helm nya dan mengibaskan rambutnya yang panjang agar jatuh ke bawah, wajah Valerie langsung menampilkan satu ekspresi, yaitu ekspresi gadis yang patah hati walau masih tersenyum.
Ethan dan Elena yang sudah turun dari motor, tertegun melihat Val yang diam saja di depan mereka, keduanya saling menoleh melihat satu sama lain, kemudian Ethan melihat Val dan mengibaskan tangannya,
“Ng....bu Valerie !” tegur Ethan.
“Oh iya, maaf, mari kita masuk,” balas Val yang kaget.
Ethan dan Elena akhirnya berjalan menuju beranda mengikuti Valerie di depan mereka sambil melihat sekeliling, ternyata rumah itu memiliki garasi yang cukup luas di sampingnya dan jika di lihat, lebar tanah nya sekitar delapan belas meter dengan garasi menelan sekitar sepuluh meter sendiri yang bisa menampung dua mobil di dalam nya. Di depan garasi ada carport yang cukup luas dan muat menampung dua mobil berdampingan. Rumah itu rupanya cukup besar dan jauh berbeda dari ketika mereka lihat di gambar.
Ketika sampai beranda, Valerie terlihat berbicara dengan marketing pria yang mengenakan setelan jas yang sepertinya atasan Valerie. Sang marketing pria melihat Ethan dan Elena yang mengenakan kaus santai di lapisi jaket dan celana jeans, wajahnya terlihat meremehkan dan menilai keduanya namun dia tidak berkata apa apa. Ethan dan Elena menyadarinya namun mereka juga diam saja. Mereka melangkah masuk ke dalam mengikuti Valerie yang mengajak mereka masuk ke dalam.
Setelah di dalam, Valerie bergeser ke samping mempersilahkan Ethan dan Elena melihat lihat bagian dalam rumah. Setelah melewati, ruang tamu di depan yang masih kosong, pintu menuju garasi dan kamar mandi tamu di lorong, mereka sampai di ruang tengah yang luas, memiliki perapian yang menempel di dinding, sebuah dinding jendela kaca dengan pintu yang juga terbuat dari kaca, membatasi dan memperlihatkan beranda di belakang juga halaman belakang yang luas. Di sebelah kanan ruang tengah ada sebuah pintu yang menuju ke sebuah kamar berukuran 4 x 3m2 dan masih kosong karena rumah baru.
Ketika menoleh ke dinding sebelah lorong, mereka melihat dapur yang di batasi dinding lorong dan ruang makan yang berada di ruang yang sama dengan ruang tengah yang luas. Ketika menoleh ke kiri, mereka melihat ada tangga untuk naik ke lantai dua dan turun ke basement. Keduanya tersenyum ketika berdiri di ruang tengah dan pikiran mereka masing masing mulai membuat rencana terhadap ruang ruang yang masih kosong di sekitar mereka.
“Ethan, aku mau lihat dapur terus kamar dulu ya,” ujar Elena.
“Ok, aku mau lihat basement nya,” balas Ethan.
Elena langsung berjalan ke arah dapur sedangkan Ethan ke arah tangga turun ke bawah. Ketika sampai di bawah, Ethan terpukau ketika melihat ukuran basement di bawah,
“Wow....ini bisa bikin tempat latihan menembak dan menyimpan senjata....astaga, kamu udah bukan agen dan hitman, kenapa juga mikir seperti itu,” gumam Ethan di dalam hati sambil menepuk keningnya.
Ethan tertegun memikirkan rencana untuk menggunakan space basement secara maksimal, dia melangkah mengelilingi basement yang luas dan terang di depannya. “Tap....tap,” terdengar suara langkah kaki menuruni tangga, Ethan menoleh melihat Valerie sedang berjalan menuruni tangga. Valerie langsung menghampiri Ethan dan menjelaskan ukuran basementnya, dia juga menjelasan fondasi rumah yang di buat anti gempa sehingga basement itu menjadi kokoh. Ethan hanya menangguk angguk mendengar penjelasan Valerie.
Setelah itu, Ethan kembali ke atas dan melihat lihat yang lain di lantai satu bersama Valerie yang mengikuti dirinya dari belakang dan terus memberi penjelasan tanpa di minta nya. Walau merasa risih karena di ikuti, Ethan berusaha keras mengabaikan nya,
“Kenapa dia mengikuti ku dan bukan Elena, aneh,” gumam nya dalam hati.
Ketika masuk ke dalam garasi melalui pintu di sebelah kamar mandi tamu, Ethan kembali terpukau melihat garasi yang lebih luas dari garasi bengkel nya.
“Suka ga sama garasinya ?” tanya Elena tiba tiba.
“Huh,” Ethan sedikit kaget ketika melihat Elena sudah berdiri di belakangnya tanpa dia ketahui dan Valerie tiba tiba sangat tertarik melihat keran yang berada di dinding belakang garasi.
“Kok...dia bisa di belakang ku tiba tiba dan tidak kusadari ? hmm tidak mungkin, masa iya insting ku sudah tumpul ?” tanya Ethan dalam hati sambil melihat Elena yang sedang berjala melihat lihat sekeliling.
“Hei Ethan, garasinya gede nih, kamu bisa buka bengkel kan disini,” ujar Elena yang sudah berada di depannya dan berbalik melihat Ethan dengan wajah ceria.
“Hmm iya sih, tapi mungkin bukan bengkel ya, aku ingin mengerjakan proyek mobil ku, kalau boleh hehe,” ujar Ethan.
“Tentu saja boleh, tapi aku mau pakai basement buat latih....ah maaf tidak jadi (huaaaah untung sadar....ampun deh, hampir aku bilang kalau basement yang baru saja ku lihat cocok buat latihan ninja, kamu sudah pensiun Elena, ingat),” balas Elena.
“Kamu mau pakai basement untuk apa ?” tanya Ethan bingung.
“Um...ng....untuk entertain kita...iya bener, untuk entertain, bikin arena games dan theater mini hahahaha,” jawab Elena grogi.
“Hah...kirain apa, aku baru tahu kamu penggemar game,” ujar Ethan.
“Iya....baru aja jadi penggemar haha,” balas Elena sambil berbalik dan berpura pura melihat garasi.
Setelah itu, mereka masuk kembali ke dalam rumah bersama Valerie yang mengikuti mereka dari belakang. Mereka langsung menuju ke lantai dua, ada empat buah pintu di lantai dua, pintu pertama menuju ke kamar kosong yang berukuran kecil, begitu juga pintu di sebelahnya yang juga sebuah kamar berukuran kecil. Di seberang dua kamar itu ada sebuah kamar mandi dan di pintu yang berada di ujung dan menghadap ke arah tangga adalah kamar utama yang luas dengan kamar mandi di dalam nya,
“Wow,” gumam Ethan dan Elena ketika melihat kamar utamanya.
Kamar itu sangat luas, memiliki dinding jendela, balkon, kamar mandi dengan bathtub dan bilik shower, ada tingkat dua partial di dalam kamar yang berukuran seperempat dari luas kamar dan sebuah tangga untuk memanjat ke atas. Ruang partial itu sangat cocok untuk membaca atau di jadikan kantor untuk bekerja.
“Ini menarik,” gumam Ethan.
“Iya, aku juga suka,” balas Elena.
“Ayo kita bicara sama marketingnya,” ajak Ethan.
“Ok yuk,” balas Elena.
Keduanya pun turun kemudian mengajak Valerie yang berada di bawah untuk turun ke lantai satu. Mereka kembali berkumpul di ruang tamu yang masih kosong dan marketing pria yang merupakan atasan Valerie ikut serta.
“Jadi bagaimana bu Elena ? apa ibu tertarik dengan rumah ini ?” tanya Valerie penuh harap.
“Kita tertarik, tolong siapkan surat perjanjian nya, kita perlu beri down payment berapa ?” tanya Elena.
“Tunggu sebentar,”
Semua mata langsung menoleh melihat marketing pria yang tiba tiba maju dan berdiri di sebelah Valerie.
“Oh iya, perkenalkan, ini bapak Steven, dia atasan dan supervisor saya,” ujar Valerie.
“Maaf saya memotong pembicaraan anda, saya hanya mau memastikan kepada bapak dan ibu, harga untuk rumah ini sudah naik menjadi $ 300.000,- dan tidak bisa negosiasi harga namun kita bisa memberikan jasa design interior nya dengan gratis, bagaimana kira kira bapak dan ibu ?” tanya Steven ramah dan tersenyum.
Ethan dan Elena menatap tajam wajah Steven yang sekarang tersenyum licik sedangkan Valerie menunduk dan mundur selangkah ke belakang dengan ekspresi wajah yang mengatakan semuanya kepada Ethan dan Elena.
