NovelToon NovelToon
Gadis Kecil Sang Mafia

Gadis Kecil Sang Mafia

Status: tamat
Genre:Teen / Fantasi / Mafia / Duda / Keluarga / Kaya Raya / Tamat
Popularitas:330.8k
Nilai: 5
Nama Author: DeLiani

Hallo readers. Selamat datang di cerita pertama author. Mohon dimaklumi kekurangannya ya.
__________

Kehidupan seorang gadis cantik berusia 18 tahun yang sering dipanggil Jeje. Hidup tanpa kasih sayang seorang ibu.

Namun dia memiliki sosok ayah yang sempurna. Kasih sayang dan perhatiannya tanpa batas. Dia sangat menyayangi putri bungsunya. Menjaganya bak berlian paling berharga di dunia.

Jeje juga memiliki seorang kakak laki laki yang melengkapi kebahagiaan hidupnya. Walaupun mereka sering bertengkar, tapi kasih sayang di antara keduanya tak dapat dijabarkan dengan kata kata.

Dibalik kebahagiaan itu semua, ada sisi gelap kehidupan yang dijalani daddynya. Tak jarang berbagai bahaya selalu mengancam keselamatan dirinya.

Bagaimana Jeje menghadapi setiap ancaman itu? Mampukah dia menjalaninya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DeLiani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

16. PESAN SOS

Jeje diantarkan oleh Harsen ke kampus. Di depan kampus sudah ada Riska, teman Jeje, menunggunya untuk memindahkan perlengkapan tugas yang dibawa Jeje ke mobilnya di sana, supaya nanti langsung pergi ke rumahnya dan tidak bolak balik rumah Jeje.

Setelah semua barang dipindahkan, Jeje berpamitan pada Harsen.

"Terima kasih dadd. Daddy tidak perlu menjemputku." pamit Jeje memeluk sekilas daddy nya.

"Iya sayang. Masuklah. Daddy akan pulang." ucap Harsen sambil tersenyum hangat.

Jeje melambaikan tangannya pada daddynya sampai mobilnya menjauh, kemudian masuk bersama Riska.

Hanya Riska yang tau dirinya adalah putri dari seorang Harsen Leonard. Beruntung tadi tidak ada yang melihat saat Jeje diantarkan oleh Harsen, karena memang mereka sengaja memilih tempat yang sepi. Jeje memang menyembunyikan identitasnya yang satu itu demi keamanannya. Itu juga perintah daddynya. Dan dia tidak masalah dengan itu.

"Aku tidak menyangka daddymu ternyata orang yang hangat. Aku hanya melihat di majalah majalah bisnis, wajah dinginnya dan ekspresi datarnya." ucap Riska merasa kagum.

Jeje hanya tersenyum menanggapinya. Kemudian mereka masuk kelas.

Saat kelas terakhir Jeje selesai. Jeje dan Riska langsung menuju mobil dan berangkat menuju rumah Riska untuk mengerjakan tugas kelompok mereka.

Kedua gadis cantik yang seumuran itu akhirnya sampai di sebuah rumah mewah, namun masih kalah jauh dibandingkan dengan istana Jeje.

Lumayan lama mereka berdua mengerjakannya, dan cukup menguras tenaga. Jeje akhirnya ikut makan malam di rumah Riska.

Orangtua Riska sedang melakukan perjalanan bisnis ke luar kota. Dan Riska adalah anak tunggal, jadi dia tinggal di rumah hanya dengan beberapa pelayan.

Setelah tugas mereka selesai. Rencananya Riska akan mengantarkan Jeje pulang. Beberapa kali Jeje menolak, karena merasa merepotkan. Namun Riska tak keberatan dan tetap mengantarkan Jeje.

Jeje mengirim pesan pada Harsen bahwa dia tak perlu menjemputnya, karena Riska sudah mengantarkannya.

Awalnya mereka melewati jalan raya, namun terjebak macet, mungkin karena ini jam jam para pekerja lembur yang baru pulang. Macet memang tidak pernah tau waktu di kota ini.

Riska berinisiatif mengambil jalan pintas. Mereka melewati jalanan cukup sepi. Hingga tanpa diduga ada 3 orang pria menghadang mobil mereka.

Jeje berpikir apakah itu kelompok orang orang yang waktu itu menyerangnya? Dia khawatir jika mereka membawa senjata. Riska mulai terlihat panik saat seseorang dari mereka mendekati pintu dan menggedor gedor kaca di sampingnya.

"Astaga, Je. Bagaimana ini. Siapa mereka. Apa kita akan dibunuh dan mati mengenaskan? Huaaa aku tak mau mati sekarang tuhan. Aku masih muda dan belum menikah." Riska kalang kabut karena mereka terus mencoba membuka pintu dengan paksa.

"Tenang, Ris. Jangan panik. Kita tidak boleh terlihat takut. Kita cari cara untuk pergi dari sini." jawab Jeje menenangkan temannya itu.

Jeje memasukkan tangan ke dalam tas mencari cari senjatanya mengantisipasi jika terjadi hal yang tidak terduga. Namun dia tidak menemukan benda itu.

Tanpa membuang waktu, dia meraih ponsel di dalam sana dan menekan satu tombol khusus, mengirimkan pesan pada seseorang untuk meminta bantuan.

Ketiga pria itu berhasil membuka pintu sopir dan menodongkan senjata tajam kepada Riska yang sekarang sudah menangis.

"Serahkan dompet, ponsel dan semua harta berhargamu lalu turun dari mobil ini. Cepat!" bentaknya pada Riska dan Jeje. Mereka mencari aman dan menuruti semua permintaan ketiga orang itu.

Jeje dan Riska masih duduk di dalam mobil. Setelah Riska mengeluarkan dompet dan ponselnya, dia mencopot gelang dan juga antingnya kemudian disimpan di dashboard mobilnya.

Para penjahat itu mencoba menarik Riska agar keluar dari mobil. Jeje terus mengobrak abrik tasnya mencari senjatanya, kenapa tidak ada.

Saat teringat sesuatu, tubuh Jeje membeku. Astaga, dia lupa. Setelah tadi pagi daddynya memeriksa pistol itu, dia meninggalkannya di meja. Bagaimana bisa dia ceroboh seperti ini, batinnya.

Sambil meringis menahan sakit karena tangannya ditarik seseorang, Jeje mencoba untuk tetap tenang agar Riska tidak semakin panik. Walaupun dia sudah nangis kejer karena ketakutan.

Beberapa menit kemudian, terdengar suara mobil berhenti tidak jauh dari posisi mereka. Kemudian turun seorang pria bertubuh tinggi kekar berjalan gagah mendekati mereka dengan wajah penuh emosi.

"BERANINYA KAU MENYENTUH PUTRI KU!!"

Itu adalah Harsen. Di belakangnya ada segerombol anak buah nya. Dia takut terjadi sesuatu pada putrinya disebabkan musuh musuh mereka. Tapi dia bersyukur, itu hanya begal kampung saja.

Harsen mengeluarkan senjata dari balik jas yang dikenakannya, lalu menodongkannya pada orang yang mencekal tangan kanan Jeje.

DORR...

"Aaakkkhhhhh.." jerit Riska karena terkejut sekaligus takut mendengar suara senjata yang ditembakan.

Berbeda dengan Jeje yang sedari melihat Harsen turun dari mobil terlihat sangat marah, tatapannya tidak dapat diartikan. Dia tidak terkejut sedikitpun saat mendengar suara tembakan itu. Apa daddy akan marah padaku nanti, ucapnya dalam hati. Kalimat itulah yang terus berputar dalam pikirannya. Ada rasa trauma yang muncul saat ini, tubuhnya gemetar, jantungnya berdetak kencang memikirkan jika hal itu sampai terjadi.

Harsen menembak tepat di sebelah kaki penjahat itu, sampai membuatnya terlonjak kaget dan takut. Pria itu kemudian melepaskan Jeje setelah melihat kedua temannya sudah diringkus dengan mudah oleh orang orang Harsen.

Jeje berlari ke arah daddynya dan memeluknya erat.

"Aku tidak akan mengampunimu." ucap Harsen menatap nyalang orang itu. Nada suaranya rendah dan dalam. Terdengar sangat menakutkan bagi yang mendengarnya terutama Jeje yang ada di pelukannya saat ini, dia memejamkan matanya dan mempererat dekapan tangannya.

Baru kali ini Jeje mendengar suara daddynya yang bisa membuat bulu kuduk semua musuhnya merinding ketika mendengarnya. Benar benar menakutkan.

Anak buah Harsen kemudian memegangi orang yang menarik Jeje tadi. Kemudian Harsen mengarahkan senjatanya ke kepala orang itu. Namun sebelum pelatuk nya ditarik, Jeje berbicara dengan suara pelan.

"Dadd.. dadd, sudah. Jangan membunuhnya. Biar polisi yang mengurusnya. Aku baik baik saja." pinta Jeje semakin memeluk erat tubuh kekar itu.

Jeje tau, para begal itu hanya mencari nafkah untuk keluarganya, namun caranya yang salah. Mereka hanya tidak tau jika perbuatan mereka itu tidak baik. Jeje ingin memberi mereka kesempatan. Dan tidak ingin daddynya membuat masalah baru.

"Pergilah ke mobil. Biarkan daddy mengurus mereka." jawab Harsen, tidak ingin mengampuni siapa saja yang sudah berani berani menyakiti putri kesayangannya.

"Tidak dadd. Tenangkan diri daddy. Mereka hanya begal biasa, bukan musuh daddy. Aku tidak ingin daddy terlibat masalah baru karena membunuh orang orang itu. Aku mohon dadd." ucap Jeje menenangkan daddynya yang sangat marah sampai urat di kedua pelipis nya terlihat jelas.

Jeje mengusap punggung kokoh daddynya perlahan. Sampai Harsen cukup tenang dan menunduk menatap putrinya. Dia merengkuh tubuh mungil itu dengan erat, tidak ingin kehilangannya.

"Baiklah. Daddy tidak akan membunuh mereka. Tapi mereka tetap harus mempertanggungjawabkan perbuatan mereka di penjara." jawab Harsen lirih dengan nada suara yang sudah berubah menjadi hangat pada Jeje.

Harsen kemudian menatap anak buahnya dan memberi perintah agar mengurus mereka bertiga ke kantor polisi.

Kemudian dia berbalik dan membawa Jeje menuju mobilnya.

Seseorang yang melihat pemandangan ayah dan anak itu tersenyum haru. Awalnya dia khawatir jika trauma Jeje kembali muncul saat melihat Harsen yang tengah marah. Namun, semua kecemasannya menghilang saat dilihatnya Jeje sudah bisa mengendalikan trauma nya itu. Dia sangat bersyukur dan senang untuk Jeje.

Tiba tiba Jeje berbalik, teringat dengan temannya, Riska. Dia khawatir dia pingsan atau syok dengan situasi ini.

"Tunggu dadd. Riska bagaimana?" tanya nya saat melihat Riska bersama anak buah daddy nya.

"Biar Axel yang mengantarkannya pulang. Tidak akan terjadi apa apa padanya. Ayo, kita pulang!" ajak Harsen sambil berjalan lagi.

"Baiklah. Aku hanya khawatir padanya." cicit Jeje kasihan melihat temannya tadi begitu panik.

Beruntung mobil dan semua harta berharga Riska masih utuh, karena kedatangan daddynya tepat waktu.

"Tidak apa apa sayang. Dia baik baik saja, oke. Kau seharusnya mengkhawatirkan dirimu juga." ujar Harsen.

Mereka masuk ke dalam mobil dan mulai melaju meninggalkan lokasi tersebut.

Jeje dan Harsen duduk di bangku belakang. Harsen benar benar panik saat mendapat pesan SOS dari putrinya tadi.

Saat itu dia sedang berada di markasnya bersama Axel. Ketika sedang mengobrol sambil merokok, tersengar sebuah notifikasi khusus. Ada pesan SOS masuk ke ponselnya. Dengan tergesa dia keluar dan memanggil semua anak buah yang berada di sana. Mereka segera pergi ke tempat orang yang mengirimkan pesan SOS itu.

Harsen bersyukur tidak terjadi hal buruk pada Jeje. Jika sampai dia terlambat sedikit saja, dia tidak akan memaafkan dirinya sendiri karena terlambat menyelamatkan Jeje.

Harsen terus memeluk tubuh ramping yang duduk di sampingnya sambil terus menciumi kepalanya.

"Daddy sangat panik dan cemas memikirkanmu." dikecupnya lagi kepala Jeje.

Ragu ragu Jeje bertanya, "Apa daddy marah padaku?"

"Tidak sayang. Kenapa daddy harus marah padamu?" tanya Harsen pelan.

"Karena aku tidak bisa menjaga diriku dan membuat daddy khawatir. Maafkan aku." lirih Jeje. Dia menyembunyikan wajah nya yang menahan tangis di pelukan Harsen.

"Sayang, dengarkan daddy. Daddy tidak akan pernah marah padamu. Itu semua bukan salahmu. Jangan berpikiran seperti itu. Semua baik baik saja." jawab Harsen lembut.

Dia mengusap usap punggung mungil itu, menenangkan sang putri yang terlihat sedikit gemetaran.

Jeje juga merasa takut dan sedikit panik tadi. Tapi dia mencoba tetap bersikap tenang demi membuat temannya tidak semakin takut.

Dengan terus memeluk tubuh daddynya Jeje merasa menyesal. Kalau saja dirinya tidak ceroboh dan meninggalkan senjatanya, dia akan mampu menghadapi para begal tadi dan tidak membuat daddynya khawatir lagi.

Juga, seharusnya dia lebih keras memaksa Riska agar tidak mengantarkannya pulang.

Tapi nasi sudah menjadi bubur. Kini Jeje hanya bisa mengambil pelajaran. Dia tidak akan bertindak ceroboh dan memastikan hal ini tidak akan pernah terulang lagi.

.

.

.

Bersambung.

1
Anonymous
thor udh lama g up
Shai'er
🥰🥰🥰🥰🥰
Shai'er
harus diceritain dong, Jeje 🥺🥺🥺
Shai'er
ini dia
Shai'er
nah loh🤔🤔🤔
Shai'er
setuju👍👍👍
Shai'er
🥰🥰🥰🥰🥰🥰
Shai'er
🤔🤔🤔🤔🤔🤔
Shai'er
bukan tidak ada, yang ada , Daddy, yang gak menyadari, bahwa musuh itu datang sendiri😮‍💨😮‍💨😮‍💨
Shai'er
😱😱😱😱😱😱😱
Shai'er
siapa nih, rival Daddy kah🤔🤔🤔
Shai'er
waduh😱😱😱
Shai'er
iyain aja😏😏😏
Shai'er
🥰🥰🥰
Shai'er
🤧🤧🤧🤧🤧🤧
Shai'er
ouhhhhhh🥺🥰🥰🥰
Shai'er
konangan cukk🤭🤭🤭
Shai'er
ooooo
Shai'er
👍👍👍
Shai'er
dikhianati , maksudnya gimana nih🤔🤔🤔
kan emaknya dah koit tuh, kapan menghianati nya 🤔🤔🤔
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!