Istri Dari Desa Milik Tuan Sagara

Seminggu berlalu, Aruna selalu di jemput oleh Nova sahabat Sagara. Dia mendapatkan ijin dari Sagara karena tau Nova mampu di andalkan, sedangkan Sagara begitu sibuk dengan pekerjaannya, juga waktunya bersama Elen.

Seperti saat ini, Elen sedang berada di kantor milik Sagara. Dia duduk manja dipangkuan kekasihnya, dan dia ingin memastikan sesuatu pada Sagara.

"Sayang, apa kamu memiliki saudara sepupu?" tanya Elen.

"Dari mana kamu tau? Ada, apa kamu ingin berkenalan dengannya?" tanya balik Sagara, dia tak menghindar pertanyaan kekasihnya karena pasti akan curiga jika dia terlihat gugup atau tegang.

"Benarkah boleh? Jika iya pertemukan aku dengannya, beberapa waktu lalu aku tak sengaja bertemu Yosi dan dia bilang padaku," jelas Elen.

"Tentu, ikut saja nanti pulang kerumah." Ajak Sagara, namun dia tak curiga kenapa Yosi memberitahu Elen.

"Benarkah? Kamu ini padahal anti sekali orang asing masuk rumah, tapi dengan sepupumu kamu mudah sekali."

"Tenang baby, kekasihku hanya kamu. Aku hanya sementara jadi walinya selama dia ada dikota untuk pendidikannya, jangan terlalu jauh curiga dan berfikir untuk cemburu padanya. Kamu akan lelah sendiri nanti," jelas Sagara, walaupun itu semua bohong.

"Baiklah, aku akan selalu mengerti dirimu sayang." Mulai membuat kecupan dan berubah jadi lumatan, Elen selalu berusaha menggoda Sagara dengan tubuhnya yang seksi.

Tapi seribu sayang Sagara bisa menahannya, karena dia memiliki prinsip yaitu menjaga kesucian wanitanya hingga waktunya tiba, dan di waktu yang pantas.

Itu yang membuat Elen geram, dia sendiri tak bisa menahan hasrat dan nafsunya. Tapi Sagara selalu lolos dari godaannya, sampai Elen pernah bertanya pada Sagara tentang ke normalan nya. Dan jawabnya membuat Elen merasa aneh, karena hal itu jarang terjadi pada setiap pria.

"Aku akan kabari sepupuku biar tak pulang telat, dan dia bisa menyiapkan hidangan untuk kamu. Karena Bibi masih belum kembali, jadi beberapa hari ini gadis itu yang memasak."

"Apa masakannya enak? Aku tak mau di buat kecewa oleh makanannya," kata Elen, selalu ingin terlihat berkelas.

"Kamu bisa mencobanya nanti, aku akan menyelesaikan pekerjaanku dulu. Duduk atau tidurlah dengan manis," titah Sagara.

Elen hanya bisa memanyunkan bibirnya, dia harus bersabar menunggu jam kerja demi kekasihnya. Jadwal hari ini Elen kosong, jadi dia sempatkan untuk bersama Sagara.

......***......

Aruna menerima pesan dari Sagara, dia membaca pesan itu di kelasnya. Setelahnya hanya membalas singkat, lalu memasukkan kembali ponselnya.

"Sepertinya aku harus belanja dulu sepulang kuliah, beberapa bahan dirumah juga sudah habis." Ucapnya sembari menatap ke arah luar jendela, walaupun diruangan kelasnya banyak teman tapi Aruna lebih suka menyendiri.

Hana datang ke kelas Aruna, mengajak gadis itu ke kantin karena dia merasa lapar.

"Aruna, kita ke kantin yuk." Ajak Hana.

"Baiklah, aku sedari tadi menunggumu."

"Kenapa tidak pergi dengan temanmu?" tanya Hana.

"Mereka sibuk sendiri, dan ada kepentingan. Jadi tak mungkin aku memaksa mereka bukan," kata Aruna.

Hana mengangguk, lalu Aruna bangkit dan mereka berdua keluar dari kelas menuju ke kantin. Saat ditengah perjalanan keduanya bertemu dengan Arya, yang memang menjadi salah satu dosen di universitas tersebut.

"Kalian hendak ke kantin?" tanya Arya.

"Iya Kak." Keduanya menjawab serentak.

"Oh iya, mungkin hari ini semua mahasiswa akan di pulangkan cepat. Rektor mengadakan rapat dadakan." Jelas Arya.

"Ternyata begitu, baiklah tak apa Kak. Aku juga ingin keluar belanja kebutuhan," kata Aruna.

"Apa kamu sudah mengabari Sagara?" tanya Arya.

"Dia yang menyuruhku, kekasihnya akan datang kerumah. Jadi dia memintaku untuk memasak untuk mereka."

"Bukankah itu keterlaluan, biar aku nasehati dia." Arya tak suka Sagara menyuruh Aruna seperti pelayan, padahal mereka saudara dan kenapa tak membeli makanan dari luar.

"Tidak usah Kak, aku tak masalah juga. Ya sudah, kami pergi dulu Kak." Aruna pamit mengajak Hana, namun sebelum mereka benar-benar pergi Arya berpesan pada Hana.

"Hana, temani Aruna. Aku mengandalkanmu, pergilah dan hati-hati."

"Baik Kak."

Arya mengangguk, dia menggelengkan kepalanya karena merasa heran pada Sagara. Bisa-bisanya akan membawa Elen me rumah selagi ada Aruna, bukankah sangat tidak baik jika Aruna melihat kemesraan mereka berdua.

"Sagara, kamu benar-benar." ucapnya lirih, setelah kepergian dua gadis itu.

Setelah dari kantin Aruna dan Hana segra menuju ke halte bus, mereka akan menuju ke tujuannya masing-masing. Hana tak bisa menemani Aruna berbelanja, karena dia ditelfon oleh bosnya tempat dia bekerja paruh waktu, Aruna harus naik bus atau taxi untuk menuju pusat perbelanjaan.

"Aruna, aku sangat minta maaf karena tak bisa menemani kamu. Bosku yang ini memang sangat sangat menyebalkan, maafkan aku yang tak bisa menepati janjiku pada Kak Arya," kata Hana penuh penyesalan.

"Tak apa, selagi pekerjaan itu berarti bagimu, dan bosmu masih membutuhkanmu karena kinerjamu. Berarti kamu dihargai olehnya, kamu di butuhkan olehnya. Selagi kamu tak direndahkan olehnya," jelas Aruna seolah memberikan nasehat pada Hana.

"Kamu terlalu dewasa, tapi terimakasih atas nasehatnya. Bus tujuanku sudah sampai, aku pergi dulu. Kamu harus mengabariku setelah sampai ya," pinta Hana, dia pamit karena bus tujuannya sudah sampai dan harus pergi.

Aruna mengangguk, Hana naik dan melambaikan tangannya pada Aruna. Lalu bus itu segera pergi, kini hanya Aruna sendiri tak ada seorang pun di halte tersebut.

Mobil mewah tiba-tiba berhenti didepan Aruna, gadis itu sudah mengenali mobil itu jadi dia tak khawatir. Jendela kaca mobil turun, dan menampakkan sosok pria didalam sana.

"Jangan menatapku seperti itu, ayo naik." Ajak Nova yang selalu menyempatkan waktunya untuk menjemput Aruna, atau mengantarnya ke kampus.

Aruna segera masuk kedalam mobil, Nova dengan begitu lembut padanya, juga perhatian. Mobil mulai jalan, mereka segere pergi dari area kampus.

"Bagaimana Kak Nova ada di sini? Seharusnya jam segini di kantor," ujar Aruna mulai pembicaraan.

"Arya mengirimi ku pesan, dan katanya kamu akan belanja. Karena dia tau Hana bekerja paruh waktu, pasti sulit untuk menemanimu. Jadi aku segera menjemputmu," jelas Nova.

"Kita ke pasar tradisional bisa Kak? Aku ingin mencari sesuatu yang segar disana," pinta Aruna.

"Baiklah, kita kesana."

Mobil melaju dengan kecepatan sedang mengarah ke pasar tradisional, Aruna ingin membeli banyak hal yang berhubungan dengan kebutuhan di dapur. Nova sangat antusias menemani gadis pujaan, dia rela meninggalkan pekerjaan demi Aruna. Walaupun begitu, dia pria yang suka menyelesaikan pekerjaan lebih awal ketika ada sesuatu yang di tuju.

Jadi tak khawatir jika Ayahnya mengetahui dirinya tak ada di kantor, karena semua pekerjaan sudah Nova selesaikan lebih awal. Setelah beberapa puluh menit akhirnya mereka sampai di lokasi, ini kali pertama Nova pergi ke pasar tradisional. Setelah turun dari mobil mereka segera mencari yang di butuhkan, Aruna sangat senang melihat bahan-bahan pokok yang terpampang jelas dimatanya.

"Seperti di desa, semua sayur, buah, hasil laut, juga lainnya segar-segar." Kata Aruna.

"Aruna, apa kamu bisa memasak abalon?" tanya Nova.

"Bisa, apa Kak Nova mau aku masakkan?" tanya Aruna menawarkan diri.

Nova dengan kesadaran penuh pun mengangguk riang, dia bisa memiliki kesempatan untuk lebih dekat, juga lebih lama dengan Aruna. Tentu dia akan membantu gadis kecil itu memasak, walaupun tidak ahli tapi setidaknya dia bisa membantu hal-hal kecil yang bermanfaat.