Kembali Hidup Untuknya

'Plakk...!'

Suara tamparan keras itu menggema di udara, mengundang beberapa orang di sekitar dua rang yang kini tengah berdiri berhadapan untuk menoleh dengan pertanyaan yang tidak bisa mereka utarakan setelah melihat siapa yang tengah terlibat masalah.

Tepat sebelum tangan Ryder menyentuh pipi Ariana, tangan Ariana reflek menangkap tangan Ryder dan mendaratkan tamparan keras di wajah pemuda yang sempat ia puja.

"Ariana... Kamu... Berani menamparku!" Ryder menggeram marah, merasakan sensasi panas pada pipi yang kini berada di bawah tangannya.

Bukan rasa sakit itu yang membuat Ryder marah, melainkan di mana dirinya saat ini ketika Ariana menamparnya. Beberapa mahasiswa yang sempat melihat apa yang terjadi mulai berbisik di sekitar mereka dengan pandangan tertuju pada keduanya tanpa mendekat.

"Ya, aku memang menamparmu. Kenapa? Merasa harga dirimu jatuh?" ledek Ariana.

"Kasar!" desis Ryder.

"Maaf saja, itu adalah reaksi defensif yang akan dilakukan oleh semua orang ketika mereka merasa terancam, dan aku hanya memberikan serangan balasan karena kamu mencoba untuk menamparku," jawab Ariana tanpa beban.

"Lagipula, apa yang aku katakan adalah benar. Kenapa kamu marah?"

"Sejak kamu bersama dengan mahasiswa baru itu, kamu berubah. Apakah kamu menjalin hubungan dengannya?" tanya Ryder.

"Apakah itu penting bagimu? Sejak kapan kamu peduli padaku?" Ariana balas bertanya.

"Aku yang bertanya Ariana!" sergah Ryder.

"Kamu belum mengenalnya dengan baik. Siapa yang tahu apa yang akan dia lakukan padamu,"

"Lalu kenapa? Kenapa kamu harus peduli? Jika kamu bisa bersama dengan Sienna, kenapa aku tidak bisa bersama Kael?" balas Ariana.

"Dan kamu perlu tahu, Kael bukan orang seperti yang kamu pikirkan,"

Kedua tangan Ryder terkepal. Entah mengapa hatinya memanas saat mendengar Ariana lebih membela lelaki lain di depannya. Terutama setelah melihat perubahan besar pada diri Ariana.

Ariana yang kini berdiri di depannya seakan berubah menjadi primadona kampus yang memiliki banyak penggemar. Apakah itu dalam bidang akademik ataupun dari segi penampilan. Bahkan, banyak mahasiswa dari progam study berbeda mengagumi sosok Ariana yang sekarang.

"Itu hanya berdasarkan pemikiranmu saja. Dia belum tentu baik untukmu," ucap Ryder setelah beberapa saat terdiam.

"Lalu katakan padaku! Orang seperti apa yang baik untukku? Sepertimu? Yang akan menggunakan segala cara untuk mendapatkan apa yang kamu inginkan? Termasuk memanfaatkanku?" tandas Ariana.

"Kamu bahkan mengubah penampilanku menjadi culun dalam waktu lama,"

Ryder kembali diam, tidak menemukan kalimat yang bisa ia ucapkan sebagai sanggahan. Dalam benaknya, ia tidak rela melepaskan Ariana yang sudah mencintainya sejak dulu, ia tidak terima Ariana lebih memilih barsama lelaki yang baru Ariana kenal. Hingga ia mengulurkan tangan untuk meraih pergelangan tangan Ariana dan menariknya kasar.

"Lepas!" sentak Ariana.

"Ikut aku!" ujar Ryder.

"Tidak mau!"

Ariana memutar tangannya dengan gerakan halus, mengubah posisi tangannya sendiri hingga berbalik mencengkram pergelangan tangan Ryder dan membalas apa yang Ryder lakukan padanya dengan memutar tangan Ryder ke punggung pemuda itu sekaligus menguncinya.

"Akhh... Ariana! Lepas!"

Ryder meringis, segera membenturkan punggungnya sendiri ke belakang dengan hentakan kuat yang mengakibatkan kepala Ariana membentur punggung Ryder hingga membuat Ariana terdorong mundur lantaran tidak siap menerima serangan mendadak yang Ryder berikan.

Ariana terhuyung, kehilangan keseimbangan tubuhnya sendiri sampai sepasang tangan kokoh menangkap Ariana sebelum tubuhnya menyentuh tanah.

"K-Kael..."

Ariana mendongak, menemukan wajah Kael tengah memberikan sorot khawatir.

"Apakah kamu terluka?" tanya Kael.

"Tidak," Ariana menggeleng, lalu menegakkan tubuhnya. "Terima kasih sudah menolongku," imbuhnya kemudian.

Kael tersenyum, detik berikutnya beralih pandang pada Ryder dengan sorot mata berbeda. Kedua tangannya terkepal, melangkah maju setelah memastikan Ariana baik-baik saja dan mendaratkan pukulan keras pada wajah Ryder tanpa ragu.

Sebelum Ryder sempat beraksi, keseimbangan tubuhnya goyah, lalu tersungkur di tanah disertai suara erangan pelan dari pemuda itu sembari memegangi pipinya.

"Apa yang kau lakukan, breng*sek!" umpat Ryder segera berdiri.

"Lebih tepatnya apa yang kau lakukan terhadap Lyra?" balas Kael dingin.

"Cih..! Lyra?" Ryder berdecih, meludah, lalu menyeka darah yang keluar dari sudut bibirnya.

"Kau bukan siapa-siapa! Kau pikir hanya karena Ariana menghabiskan waktu bersamamu selama beberapa hari membuatmu merasa Ariana menyukaimu?"

"Ariana mencintaiku sejak lama. Kau hanya orang asing yang baru saja datang ke dalam kehidupan Ariana. Dia bersamamu hanya untuk memperalatmu agar aku yang datang pada Ariana. Kamu tahu apa artinya itu bukan?"

"Sepertinya kamulah yang tidak menyadari apapun di sini, Rye," Ariana menyela.

Entah dari mana keberanian itu muncul, Ariana melangkah maju, berdiri di depan Kael untuk berhadapan langsung dengan Ryder yang kini tengah menatap dirinya.

"Siapa yang mengatakan jika Kael bukan siapa-siapa bagiku? Kamu-lah yang bukan siapa-siapa di sini. Aku bahkan sudah mengenal Kael jauh sebelum aku bertemu denganmu. Jadi, harusnya kamu sadar siapa yang orang asing di sini," ucap Ariana.

"Mustahil!" bantah Ryder.

"Aku tidak peduli apakah kamu percaya dengan ucapanku atau tidak. Satu hal yang aku ingin darimu hanyalah... Menjauh dariku!" tegas Ariana.

Ariana meraih tangan Kael sekaligus menarik tangannya untuk pergi meninggalkan tempat di mana Ryder masih terpaku di tempatnya berdiri dengan pandangan tak lepas dari Ariana.

"Breng*sek!"

Ryder mengumpat, mengepalkan kedua tangannya dan berbalik pergi ke arah berlawanan dengan arah yang Ariana ambil. Ia bahkan mengabaikan Sienna yang memanggil namanya ketika dirinya melewati gadis itu.

Di dalam setiap langkah yang Ryder ambil meninggalkan tempat pertengkaran dirinya bersama Ariana, kemana langkah itu akan membawanya, kedua tangan Ryder terkepal, hatinya kembali memanas ketika melihat bagaimana Ariana menarik Kael di depan matanya. Ia tidak tahu mengapa hatinya terluka melihat wanita yang dulu begitu mencintainya kini mulai membentang jarak dengannya.

. . . .

. . . .

To be continued...

NOTE :

- Defensif

Adalah sikap atau perilaku yang ditunjukkan untuk melindungi diri sendiri dari serangan, kritik atu perasaan tidak nyaman lainnya.