Setelah sekian lama Nathan berusaha menghindari Nadira—gadis yang melukai hatinya. Namun, pada akhirnya mereka dipertemukan kembali dalam sebuah hubungan kerjasama yang terjalin antara Nathan dan Rendra yang merupakan atasan Nadira di Alfa Group.
Sebuah kecelakaan yang dialami Davin dan Aluna dan menyebabkan mereka koma, membuat Nathan akhirnya menikahi Nadira demi untuk melindungi gadis itu dari bahaya yang mengancam keluarga Alexander.
Siapakah sebenarnya yang mengintai nyawa seluruh keluarga Alexander? Mampukah Nona Muda Alexander meluluhkan hati Nathan? Atau justru ada cinta lain yang hadir di antara mereka?
Simak kisahnya di sini.
Jangan lupa follow akun sosmed Othor
Fb : Rita Anggraeni (Tatha)
IG : @tathabeo
Terima kasih dan selamat membaca gaes
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rita Tatha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
16
"Iya, Tuan Jonathan. Apa Anda tidak tahu kalau restoran ini milik Tuan Jonathan?" tanya wanita itu mendesak. Nadira menggeleng cepat.
"Kalau begitu silakan dimakan, Nona. Anda juga harus menghabiskannya. Karena Anda harus menjaga janin yang sedang tumbuh di rahim Anda." Mata Nadira terbuka lebar mendengar ucapan wanita itu. Wanita yang tadi membawa nampan, segera menyerahkan makanan yang dibawanya.
"Selamat menikmati dan kami permisi dulu, Nona." Nadira hanya mengangguk lemah. Kedua wanita itu pun kembali masuk ke restoran. Nadira menatap makanan yang kini berada di tangan. Nasi dengan sepotong ayam pedas manis dan jus alpukat. Bibir gadis itu tersenyum simpul saat melihat makanan yang sangat ia sukai berada di tangannya.
"Ternyata kamu tahu sekali makanan kesukaanku." Nadira segera melahap makanan itu. Dirinya memang kelaparan karena sedari siang belum makan apa pun. Rasa ayam pedas manis itu benar-benar enak, persis seperti buatan mommy-nya. Nadira menghentikan kunyahannya saat teringat kedua orang tuanya. Namun, dia kembali meneruskan makannya saat melihat Nathan keluar dari restoran dengan dua orang wanita tadi.
Tepat saat Nathan sampai di samping mobil, Nadira baru saja menghabiskan makanan itu dan meminum jus alpukatnya sampai tandas. Bibir Nathan tersenyum sangat tipis bahkan senyum itu sampai tidak terlihat jika tidak diamati dengan lekat. Dia menyuruh kedua wanita itu untuk mengambil bekas makan Nadira dan dia sendiri segera masuk ke dalam mobil.
Sebelum mobil Nathan keluar dari area restoran, Nadira membaca nama restoran tersebut. "Kenapa nama restorannya NN? Apa artinya?" tanya Nadira karena sangat penasaran.
"No Name," sahut Nathan dengan cuek. Dia kembali fokus pada jalanan. Sementara Nadira mulai menguap karena rasa kantuk yang datang menghampiri setelah dirinya merasa begitu kenyang.
Nadira pun duduk bersandar dan mencari posisi yang paling nyaman. Lama-kelamaan gadis itu mulai memejamkan matanya dan tertidur dengan sangat lelap. Bahkan tidak berapa lama, Nathan bisa mendengar dengkuran halus dari Nadira. Dia tersenyum lebar sambil menggeleng berkali-kali.
Nathan menghentikan mobilnya di tepi jalan, lalu melepas jaket yang dikenakanya. Dia menyelimuti tubuh Nadira dengan jaket itu. Bibir Nathan semakin tersenyum lebar saat melihat wajah teduh Nadira yang sedang terlelap dalam tidurnya.
Tanpa berbicara, Nathan mengecup kening Nadira dengan sangat lembut. Gadis itu sama sekali tidak terganggu. Masih saja mendengkur halus. "Dasar kebo!" kata Nathan seusai puas mencium kening Nadira. Dia kembali melanjutkan perjalanan yang masih cukup jauh.
Hampir satu jam perjalanan, Nadira membuka mata saat mendengar Nathan membunyikan klakson. Nadira mengusap kedua matanya saat melihat gerbang menjulang tinggi berada di depannya.
Nadira tertegun saat melihat jaket Nathan menutupi tubuhnya. Pantas saja dia tidak merasa kedinginan. Nadira terdiam saat melihat seorang berpakaian satpam keluar dari sudut gerbang, lalu mendorong gerbang itu hingga terbuka lebar. Mobil Nathan pun masuk ke area rumah itu. Rumah yang sangat megah. Dengan taman luas di depannya.
Alis Nadira terlihat saling bertautan saat mobil Nathan berhenti di depan pintu utama. "Ini rumah siapa, Kak?" tanya Nadira penasaran.
"Rumah kita. Lebih tepatnya rumah yang saya berikan sebagai maskawin untuk Anda, Nona Muda." Nathan keluar dari mobil, sedangkan Nadira hanya duduk melongo.
"Mari kita turun, Nona Muda." Nathan membuka pintu mobil depan. Nadira menatap Nathan yang masih memegang pintu mobil itu.
"Tapi Kak ... aku hanya membawa beberapa baju ganti. Bahkan pakaian kantorku masih di apartemen," kata Nadira sambil melepas sabuk pengamannya.
"Anda tenang saja, karena di rumah ini sudah ada baju ganti untuk Anda termasuk pakaian kantor. Karena saya membeli rumah ini lengkap dengan isinya." Nathan berkilah. Nadira sontak terkejut, tapi kemudian dia hanya mengangguk mengiyakan. Turun dari mobil dan mengikuti langkah Nathan masuk ke rumah.
"Arum!" panggil Nathan berteriak. Seorang wanita muda berjalan dengan tergopoh-gopoh mendekati mereka.
"Iya, Tuan." Arum membungkuk hormat.
"Bawakan koper Nona Muda, ada di dalam bagasi." Mendengar perintah Nathan, wajah Arum terlihat begitu semringah.
"Wah, inikah Nona Muda yang Anda rahasiakan? Selamat datang, Nona Muda." Arum kembali membungkuk hormat di depan Nadira.
"Terima kasih, Mbak." Nadira tersenyum simpul.
"Selamat, Tuan. Setelah dua bulan mengosongkan rumah ini, akhirnya saya bisa tahu wujud Nona Muda. Ternyata sangat cantik," kata Arum memuji. Nadira mengerutkan alisnya, sedangkan Nathan menatap tajam ke arah Arum yang langsung menunduk takut karena sudah keceplosan. Arum segera berpamitan untuk mengambil koper milik Nadira.
"Kak, maksud Mbak Arum apa?" tanya Nadira curiga.
"Ayo kita istirahat, Nona Muda." Nathan tidak menjawab, dia berjalan begitu saja meninggalkan Nadira menuju ke kamar utama. Sementara Nadira segera menyusul Nathan dengan berbagai pertanyaan yang menghinggapi hatinya.
________________________________________________
Apa kabar hari ini? Semoga sehat selalu.
Nih, udah Othor kasih triple up. Jangan lupa dukungannya 😊😊
sm anak kambing saya...caca marica hay..hay