NovelToon NovelToon
Larasati & Pak Bupati

Larasati & Pak Bupati

Status: tamat
Genre:Romantis / Komedi / Tamat / Perjodohan
Popularitas:18.3M
Nilai: 5
Nama Author: Mak Nyak

Ayu Larasati, seorang dokter spesialis kejiwaan yang lebih senang tidur di rumah sakit daripada harus pulang ke rumahnya. Ada sebab nya dia jarang pulang ke rumah. Apalagi jika bukan drama ibunya yang menginginkannya menikah dan segera memberikannya cucu.
Ibunya memaksa ingin menjodohkan dirinya dengan seorang laki-laki.
Duta Wicaksana, seorang bupati yang amat disegani di kota Magelang. Dia amat pintar mengelola kota nya sehingga kota nya bisa menjadi kota maju. Tapi sayangnya belum memiliki pendamping. Dirinya pasrah ketika akan dijodohkan oleh orang tuanya dengan seorang perempuan.
Mereka dipertemukan dalam ta'aruf. Mungkinkah cinta mereka akan bersemi?
Atau mungkinkah bunga cinta itu akan layu sebelum waktunya?
Mari kita simak perjalanan kisah cinta mereka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mak Nyak, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Maaf Menyentuhmu

Duta memandangi Laras tanpa bersuara.

"Laras kasih kabar ke umi dan mamah dulu kalau kita terjebak hujan. Mana hp abang minta nomornya mamah"

Duta merogoh saku nya dan menyerahkannya ke Laras. Laras segera mengirim pesan ke mamah Aini dan Umi nya. Dia lalu menyimpan ponselnya kembali.

"Ay" panggil Duta.

"Ya?" jawab Laras.

"Kamu merasa ilfeel melihat abang begini?"

"Tidak, justru aku kasihan dengan abang. Trauma abang itu besar sekali. Abang menangis hingga begitu"

"Apa saja yang kamu tahu saat abang kamu hipno?"

"Laras hanya tahu abang mengucapkan maaf membuatnya tiada, ada keluarga nya yang menuntut abang. Dia siapa bang? Kalo aku boleh tahu"

Duta menarik nafasnya. "Dia adalah mantan tunangan abang. Namanya Dini, abang mengalami kecelakaan dengannya saat pulang dari foto prewed, dia langsung meninggal di tempat, abang mengalami kebutaan" jelas Duta kepada Laras.

"Lantas, siapa yang menuntut abang? Bukankah ini kecelakaan? Jadi mengapa abang perlu dituntut?"

"Kakak lelakinya, menurutnya abang sengaja melakukannya"

"Orang gila! Mana ada yang mau kecelakaan bang! Itu musibah!"

"Itu pemikiran kita Ay, berbeda dengan pemikiran yang lainnya. Kakak lelakinya mengira abang melakukannya agar tidak jadi menikah dengannya"

"Apakah rasa abang terhadap almarhumah mbak Dini masih sama?"

"Percuma jika rasa itu masih sama Ay, dia tak kan kembali. Tak akan pernah bisa"

"Trauma abang bisa mengganggu kesehatan mental abang. Datanglah ke rumah sakit dan berkonsultasi dengan psikiater"

"Kenapa harus ke rumah sakit jika aku tahu rumahmu? Bisa bantu abang untuk melupakannya?"

"Sure, datanglah jika memang butuh teman cerita. Istirahatlah dahulu. Nanti kalau hujannya sudah agak reda kita lanjutkan lagi perjalanannya"

"Abang parkirkan mobil ke situ dulu" Duta segera duduk dan memarkirkan mobilnya di bawah pohon rindang agar tak mengganggu lalu lintas.

Duta kembali merebahkan tubuhnya dan memejamkan matanya. Laras juga ikut merebahkan sandaran kursinya dan merebahkan tubuhnya. Memejamkan mata mengikuti Duta.

Trauma yang bisa menjadi bom waktu kapan saja

"Jangan ngebatin Ay" ucap Duta dengan tangan bersidekap dan mata masih terpejam.

Laras segera mambuka matanya kaget, dia mengubah posisinya menyamping. "Bang, abang nih punya kemampuan khusus apa gimana siih, tahu aja aku ngebatin"

"Hahhaaha, mungkin"

"Ishhh, dasar! Udah tidur"

"Kepala abang sakit"

"Gara-gara tadi?"

"Gara-gara mencoba baca apa yang kamu batin"

"Ih abaaannnggg" Laras mencubit perut Duta.

"Aaawww, sakit Ay, hahhaa, berani ya pegang abang. Lepasin gak?"

"Gak, biarin sakit!"

Laras tidak mau melepaskan cubitannya di perut Duta. Membuat tangan Duta memegang tangan Laras. Seketika mata Laras melotot. Dia ingin menarik tangannya tapi digenggam oleh Duta dengan kuat.

"Bang, lepasin!" pinta Laras. Mereka beradu pandang. Duta melepaskan tangannya.

"Maaf" ucap Duta.

"Gak papa"

Entah mengapa jantung mereka berdua berdebar tak beraturan.

"Kamu punya minyak angin atau apa Ay? Kepala abang beneran sakit" tanya Duta kepada Laras yang diam.

"Gak punya"

Duta memijat kepalanya dengan tangannya sendiri, tak mungkin dia meminta Laras. Pegang tangan nya aja Laras sudah marah, apalagi kalau minta pijat kepalanya.

Laras melihat Duta yang memijat kepala nya sendiri. Entah angin apa yang membuat Laras berani. Dia ikut memijat kening Duta. Duta sampai terkejut.

"Maaf menyentuhmu, tidurlah, biar aku yang pijit. Istirahatlah" pinta Laras kepada Duta.

Duta memejamkan matanya bukan tidur. Melainkan menikmati pijatan itu. Ya Allah, aku juga lelaki biasa. Dengan menyentuhnya saja aku bergetar. Astaghfirullaaah.

Duta menikmati pijatan itu dan tertidur. Laras menghentikan pijatannya dan bermain ponsel. Dia melihat chat yang masuk dari Ais.

Ais : Assalamualaikum, Ras, kamu lagi jalan sama pak Bupati ya? Foto kamu ada di Magelang hari ini tuh. Coba buka IG nya, pasti ketemu

Me : Waalaikum salam, iya kak, Laras lagi jalan. Bentar ya cek IG dulu.

Laras segera membuka IG nya dan mencari IG Magelang hari ini. Matanya melotot menangkap gambar dirinya yang sedang menemani Duta melakukan kunjungan proyek pagi tadi. Caption yang tertulis adalah, siapa kah dia? Mungkinkah kekasih Bupati? dan ditandai hashtag bupatigopublic.

Laras juga membaca komentar netizen yang masuk. Ada yang mencerca katanya hanya setingan agar naik pamor alias lagi pansos, ada yang mendoakan semoga sampai pernikahan dan maut memisahkan. Ada yang memuji kecantikan Laras. Macam-macam.

"Ya Allaaaaah, baru juga tadi pagi, jam segini udah 3 ribu komentar yang masuk. Ini nih pada heboh sendiri deh"

Laras menscroll komentar-komentar itu. Jika ada yang lucu Laras akan tertawa. Membuat Duta terbangun dan heran menatapnya.

"Apa sih Ay? Ada yang lucu?" tanya Duta terbangun karena Laras tertawa lepas.

"Eh, maaf, abang jadi kebangun. Nih lihat bang"

Duta melihat yang ditertawakan oleh Laras. Dia tersenyum.

"Abang gak mau konfirmasi gitu?"

"Biarin aja, memang abang ingin mengenalkan kamu sama warga Magelang kok"

"Diiihh, PD amat sih bang, Laras kan belum bilang kalau mau apa gak jadi istri abang"

"Udah ketahuan kok, mau, pasti mau. Kan kamu sendiri yang bilang kalau abang ganteng dan keren"

"Ishhh, itu lagi. Klarifikasi kek bang"

"Klarifikasi apa? Memang benar kan kita sedang dekat, udah gak usah dipikirin. Kalau ada yang nyinyir ya biarkan saja"

"Terserah kamu aja lah bang"

"Balik yuk, hujannya sudah mulai reda"

"Ayo, biar Laras aja yang setirin"

"Gak usah, abang masih bisa. Tidur aja gih"

"Ya sudah kalau abang maksa"

Duta kembali melajukan mobilnya. Laras memejamkan matanya dan tertidur. Cukup lama Laras tertidur hingga sudah sampai rumah Abi pun dia masih memejamkan mata. Duta sengaja tak membangunkannya. Dia melihat dan menikmati wajah cantik Laras.

"Adem banget sih kalau lihat kamu Ay" ucap Duta.

Abi yang mengetahui kedatangan mobil Duta segera menghampirinya dan mengetuk pintu mobilnya. Duta turun dan menyalami Abi.

"Assalamualaikum bi, Laras ketiduran dan Duta gak enak kalau mau bangungin" ucap Duta sambil menyalami Abi.

"Waalaikum salam, dia itu kalau tidur pules Duta. Kalau gak dibangunin ya bisa tidur di mobil. Biar Abi yang bangunkan. Masuk dulu" jawab Abi.

Abi membuka pintu mobil dan membangunkan Laras.

"Ras, bangun. Sudah sampai rumah" ucap Abi menggoyangkan bahu Laras.

Laras mengerjapkan mata nya, dan melihat Abi di sampingnya. Kemana bang Duta?

"Duta ada di dalam. Bikinin minum gih" ucap Abi sambil berlalu meninggalkan Laras.

Laras segera turun dan masuk ke dalam rumah. Duta sudah terlebih dahulu berada di dalam rumah dan sedang melaksanakan sholat maghrib. Laras melihat jam dan waktunya hampir habis. Dengan cepat ia mengambil wudhu dan mengenakan mukena nya. Dia menepuk bahu Duta menandakan Duta menjadi imamnya. Laras ketinggalan 1 rakaat, saat Duta sudah salam Laras masih harus berdiri lagi.

Laras sudah menyelesaikan sholatnya, Duta masih berdzikir. Laras menyodorkan tangannya ke samping tubuh Duta. Duta bingung, Duta menyodorkan tangannya dan diraih oleh Laras. Laras mencium punggung tangannya.

"Astaghfirullah" pekik Laras. "Maaf, Laras kira Abi"

Duta sudah menduga nya. Dia hanya menahan tawanya dan melihat muka Laras sudah merona kembali.

.

.

.

Like

Vote

Komen

Tip

Mbak Laras nyawanya belum kumpul apa gimana?

1
Erna M Jen
suka ceritanya
Erna M Jen
semoga jodoh dokter laras sama pak bupati
Erna M Jen
mampir juga
Julia Juliawati
mampir
budak jambi
enak y ngomong nybrama tu.coba dia yg di posisi mm aini apa rela jg dia kl duta yg meninhgal .dasr dak punya otak rama...coba dia alami kecelakaan dan yg meninggal ank ny gama apa bisa shila terima itu kecelakaan
budak jambi
otak dak di pakai kyk gitu la si arjun egois
Len's Sky
seruu..
Acha Askhatalah
Kecewa
Acha Askhatalah
Lumayan
Gina Savitri
Ngakak sih pas adegan ini 😂😂😂
Gina Savitri
Rena malu klo diledek laras punya hubungan sama mantan musuh
😂😂😂
Gina Savitri
Klo di jawa yg keluar terakhir sulung ya, jadi yg cowok sulung..
Gina Savitri
Sulungnya cewek malah cowok bontot
Gina Savitri
Emang kadang orang tua jadi penghancur rumah tangga anak sendiri gara2 omongan 🙄
Gina Savitri
Mau nyogok cuma 30rb 😂😂😂 buat makan 1 keluarga sehari aja kagak cukup apalagi buat beli suara selama 5tahun..wkwkwk
Gina Savitri
cie..cie..mas ari jodohnya dateng sendiri ke rumahnya tanpa harus di cari 😁
Gina Savitri
Mana ada sibuk sampai lupa sama acara 4 bulanan 🙃
Gina Savitri
Nina menghindar karna punya rasa sama dirga kayanya, bnr kata nina gak ada pertemanan antara perempuan dan laki2 pasti salah satunya ada yg suka lebih dulu atau sama2 suka 😁
Gina Savitri
Kirain arjun mantan nya dini 😂 ternyata ada 2 orang berbeda yg ngasih teror
Gina Savitri
Jangan2 arjun mantan pacarnya dini, masa bisa kenal dan tau klo abang duta dulu pacar dini..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!