Clara Adelin, seorang gadis bar bar yang tidak bisa tunduk begitu saja terhadap siapapun kecuali kedua orangtuanya, harus menerima pinangan dari rekan kerja papanya.
Bastian putra Wijaya nama anak dari rekan sang papa, yang tak lain adalah musuh bebuyutannya sewaktu sama sama masih kuliah dulu.
akankah Clara dan Bastian bisa bersatu dalam satu atap? yuk simak alur ceritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Martha ayunda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bimbim yang manis
Bima yang memperhatikan Clara gugup dan salah Tingkah justru keluar sifat jahilnya, mi, jangan lupa beliin buat papi juga ya!." bisiknya sambil tersenyum menggoda.
"apa sih!." Clara bergegas menuju kasir tanpa melihat berapa banyak dia mengambil pakaian di toko tersebut.
Sambil menunggu kasir menghitung barang belanjaannya mata Clara jelalatan memperhatikan keluar toko pakaian tersebut, tiba tiba dahi Clara mengernyit.
(itu kan wanita yang sama Bastian waktu itu.) batin Clara.
"totalnya satu juta delapan ratus kak." ujar kasir tersebut.
"pake ini saja mbak." Bima yang berdiri di belakang Clara langsung menyodorkan kartu miliknya, sementara mata Clara masih memandangi Hellen yang berjalan dengan kedua temannya.
"tokonya mau tutup, apa kamu masih mau berdiri disini?." Bima menegur Clara yang masih sibuk dengan penglihatannya.
"eh maaf, jadi berapa mbak?." Clara berbalik menghadap mbak kasir tadi.
"sudah di bayar sama suaminya mbak, terimakasih sudah berbelanja di toko kami." Jawab kasir tersebutlah sembari mengatur kedua tangannya di depan dada.
"ha? Suami?." Clara menoleh ke arah Bima yang sudah menenteng dua paperbag di tangannya sambil menaik turunkan alisnya menggoda Clara.
"ayo, apa masih mau belanja lagi?." ajak Bima.
"ih kok kamu yang bayarin sih! Bikin malu saja." Clara menghambat Bima yang sudah berdiri di dekat pintu keluar.
mbak kasir itu tersenyum melihat tingkah pasangan muda tersebut, Clara yang merasa malu menoleh kearah mbak kasir lalu tersenyum sambil mengangguk.
"lain kali jangan lancang begitu, mana nomor rekeningmu biar aku ganti." ucap Clara setelah keluar dari toko.
"nggak usah mi, papi ikhlas membelanjakan ini untuk mami, itung itung membahagiakan istri."
"plak!." tabokan yang lumayan kencang mendarat di punggung Bima.
"mami papi, istri istri apaan!." mata Clara melotot tajam.
"hehehe... Nggak apa apa kan kita cosplay jadi pasangan suami istri kalau lagi jalan bareng."
"iya deng, boleh juga ide kamu!." sambut Clara yang tanpa Susah paya membujuk Bima untuk menjadi kekasih jadi jadiannya.
"nah gitu dong, duh manisnya istriku." Bima langsung merangkul leher Clara hingga gadis itu melet melet sambil memegangi lengan Bima yang melingkar.
"kok kamu main kdrt sih!." ujar Clara yang terpaksa ikut naik ke lantai atas karena Bima tidak mau melepaskan rangkulannya.
"ini tuh bentuk rasa cintaku sama kamu sayang." ucapnya sambil cekikikan.
pria berhidung mancung itu tak memperdulikan Clara yang sibuk meronta ronta, dia membawa Clara memasuki sebuah toko tas branded yang isinya barang barang baru dengan harga bikin meringis kaum mendang mending.
"ngapain kita kesini?." tanya Clara.
"aku mau minta bantuan kamu buat nyari tas untuk cewek."
"kamu punya cewek? Kayaknya kamu pernah bilang kalau....
"ck! Udah ayo bantuin aku." Bima menarik tangan Clara.
"selamat datang di toko kami, silahkan barangkali ada yang bisa kami bantu." sapa pegawai toko dengan senyum ramah.
"ehem! Saya cari tas untuk cewek modalan kek dia, kira kira yang cocok yang seperti apa ya? Oh ya, yang model dan kualitas terbaik." ujar Bima sembari menunjuk ke arah Clara.
"kok aku sih?." Clara menatap Bima dan pegawai toko itu bergantian dengan mimik wajah bingung.
"oh mari ikut saya, kebetulan ada barang baru dan produk ini di buat terbatas."
Pelayan toko itu langsung mengambil tas yang ia maksud kan, Bima memperhatikan 3 buah tas yang di pajang di toko tersebut.
"sayang, menurutmu mana yang paling bagus?." Bima menarik tangan Clara lalu merangkul pundak gadis itu.
"ehmm... Yang ini bagus sih menurut aku." ucap Clara sembari menunjuk tas warna maroon dengan model yang cukup bagus untuk kaum sosialita masa kini.
"pilihan yang bagus Nona, tas ini memang yang terbaik." ucap sang pegawai.
"oke, saya ambil ini." ucap Bima.
Baik, mari silahkan ke bagian kasir." ajak wanita itu sembari membawa tas pilihan Clara.
"kamu ngapain nggak ngajak cewek kamu langsung saja, bagaimana kalau dia tidak cocok dengan pilihanku, aku kan nggak seberapa ngerti fashion."
"santai saja, dia pasti suka kok." jawab Bima sambil tersenyum lalu mengeluarkan kartu kecil dari dalam dompetnya.
mata Clara membulat saat melihat harga tas tersebut.
(48 juta? gila, katanya dia pengangguran?.) batin Clara.
(special banget pasti tuh cewek sampe sampe si Bimbim rela ngeluarin duit sebanyak itu cuma buat sebiji tas doang.) Clara terus membatin sembari menunggu Bima menyelesaikan transaksinya.
"yuk."
Tiba tiba Bima sudah merangkul pundaknya lalu mengajak Clara keluar dari toko tas tersebut.
"cla, kamu capek nggak?." tanya Bima sambil melihat jam tangannya.
"ya capek lah, orang aku baru pulang kerja, memangnya kenapa Bimbim?." tanya Clara, gadis cantik itu mendongak menatap Bima.
"Bimbim? kamu kira aku vokalis band Slank?." Bima menghentikan langkahnya lalu membalasnya tatapan mata bulat Clara.
"hehehe... anggap saja ini panggilan sayangku buat kamu." ucap Clara dengan mata berkedip kedip menjadikan ekspresinya makin menggemaskan.
"hemm... boleh juga, tapi kamu hati hati ya!."
"kenapa? Takut pacar kamu marah ya?." tanya Clara sedikit kecewa.
"bukan.... Aku takut kamu beneran sayang sama aku."
"ih! Bimbim! bikin kesel deh!." geram Clara.
"loh ini kan yang katanya tunangannya Bastian itu ya?." seorang wanita berpakaian sexi mendekat Clara lalu mendorong pundak gadis itu.
"he yang sopan ya!." tegur Bima langsung pasang badan melindungi Clara.
"kamu siapanya dia? Pacar? Selingkuhan?." Hellen berkata lalu tersenyum mengejek.
"siapa saya itu bukan urusan kamu!." ucap Bima tegas.
"udah Bim gak usah di ladenin, yuk pergi." ajak Clara.
"he kamu! Kamu sudah merebut Bastian dariku, gara gara kamu dia jadi dingin sama aku!." bentak Hellen
"loh he! apa hubungannya sama aku? Mana aku tau kamu itu pacarnya dia!." balas Clara.
"makanya sekarang aku kasih paham! jauhi Bastian kalau kamu ingin hidup tenang!." ancam Hellen.
"kalau aku nggak mau bagaimana?." tantang Clara, bukan Clara namanya kalau mau di tindas begitu saja.
"kamu!.....
"Hellen!." suara bariton menghentikan tangan Hellen yang hendak melayang ke wajah Clara.
"Bastian." wajah Clara langsung berubah tegang.
"siapa dia?." tanya Bima berbisik.
"tunanganku." jawab Clara singkat.
"ooow...!" Bima manggut manggut sambil memperhatikan pria yang sedang berjalan mendekati mereka.
"Tian, lihat tuh tunangan kamu, dia selingkuh sama pria lain, mereka itu dari tadi aku perhatikan mesra banget!." adu Hellen yang langsung mendekati Bastian lalu menggamit lengan kekar pria tampan itu.
"kamu punya bukti berani menuduh kami selingkuh?!." bentak Bima.
Mau bukti apa lagi ha? Bukannya bukti itu sudah nyata di depan mata?." balas Hellen sembari tersenyum licik.
"lalu apa bedanya aku sama dia? Lihat itu, kau gandeng lengannya saja dia diem diem aja tuh!." Clara menunjuk tangan Hellen yang lengket di lengan Bastian.
"eh!." Bastian reflek menepis tangan Hellen.
"Tian!." Hellen tak terima dia di perlakukan seperti itu.
"cla, kita perlu bicara." ucap Bastian tanpa menggubris protes dari Hellen.
"cla, sebaiknya kamu selesaikan dulu masalah kamu sama dia, ayo aku antar pulang, aku harus bertanggung jawab mengantarkan kamu pulang dengan selamat." ucap Bima.
"dia tanggung jawabku!." Bastian berkata dengan suara datar.
"aku yang membawanya kesini, jadi aku harus memastikan dia pulang dengan selamat!." Bima tak mau kalah.
"aku tunangannya!."
"aku... Aku.... Aku temannya!." Bima masih saja mencari alasan.
"sudah sudah! ayo antar aku pulang, dan kamu, kalau mau bicara silahkan datang ke rumah!." Clara menggamit lengan Bima lalu melengos pergi.
"cla!." Bastian hendak mengejar tapi Hellen dengan gesit langsung meraih tangannya.
"Helen, tolong jaga sikap kamu, gara gara ulah mu Clara marah sama aku!."
"ya sudah kamu tinggalin aja, aku masih menunggumu Tian, aku nggak mau kamu jalan sama dia, sampai kapan pun aku akan jadi bayang bayang kalian kalau sampai kamu nekat ninggalin aku."
"cukup Hellen! hubungan kita sudah usai bahkan sebelum aku bertemu dengan Clara!." bentak Bastian sembari melepaskan pegangan tangan Hellen lalu segera berlalu pergi.
"Tian! Aku tidak akan membiarkan kamu bahagia bersama wanita lain!." teriak Hellen yang tak mempedulikan pengunjung mall yang tengah memperhatikan dirinya.
Sementara Bima sudah menyusuri jalanan kota menuju rumah Clara, Bima lebih banyak diam setelah bertemu dengan Bastian.
(apa aku kerja saja ya, biar Clara suka sama aku, tapi kok berdosa banget rasanya kalau aku berniat merebut tunangan orang.) batin Bima.
(tapi mereka kan masih tunangan, kayaknya gak dosa dosa banget deh, aku suka tipe cewek seperti Clara, tegas, mandiri dan nggak matre.)
(aku nyaman jalan bareng dia, ada rasa yang sulit untuk di jabarkan saat aku dekat dengannya, senyumnya, bawelnya, bahkan saat sedang ngupil pun aku suka.) Bima terus membatin sambil mengendarai motornya.
"Bimbim, kamu mau kemana?." tanya Clara sambil menepuk nepuk pundak Bima, sontak saja Bima langsung tersadar dari lamunannya.
"eh, apa?." tanyanya gugup.
"kamu lupa alamat rumahku?." teriak Clara di telinga Bima.
"eh loh iya, yaampun Cla kamu kok nggak bilang sih!." Bima akhirnya memutar Balik motornya.
"kamu saja yang nglamun!." ujar Clara.
Tak lama kemudian mereka sudah sampai di depan rumah Clara yang terlihat sepi, mobil papanya pun tidak ada di halaman rumah.
"makasih ya Bimbim, aku seneng banget hari ini." ucap Clara sembari melepaskan helmnya.
"sama sama cla, aku juga seneng meskipun harus ada insiden tadi, maaf ya semoga tunangan kamu nggak marah sama kamu." jawab Bima.
"itu urusanku, kamu nggak usah khawatir, oh ya jangan lupa kamu kirim nomor rekening, aku mau balikin uang kamu tadi, dan ini belanjaan kamu tadi." Clara memberikan satu paperbag yang dari tadi dia yang pegang.
"kan aku dah bilang tadi, aku ikhlas bayarin kamu, dan tas ini juga aku beli buat kamu kok." ucap Bima seraya menepis uluran tangan Clara.
"ha, ini tas mahal loh, katanya tadi buat cewek kamu?." Clara kebingungan sambil memegangi paperbag berisi tas mahal itu.
"nggak ada tuh aku bilang tas itu buat cewek aku, aku cuma bilang mau beli tas buat cewek, dan cewek itu adalah kamu." jawab Bima lagi.
"ta-tapi Bimbim, tas ini terlalu mahal buat aku, belum lagi aku tadi beli baju ngawur kamu yang bayarin." ucap Clara merasa tak enak hati.
"udah jangan dipikirin, yaudah aku pulang dulu, kalau ada waktu entar kamu chat aku ya!." pamit Bima sembari menghidupkan mesin motornya.
"oke Bimbim, makasih ya, bye bye... Hati hati." Clara melambaikan tangannya sambil tersenyum.
"bye." balas Bima seraya membalas lambaian tangan Clara.
Sepeninggalan Bima, Clara berjalan masuk ke dalam rumah sambil berpikir keras.
(dia nggak kerja, tapi kok belanjain aku sebanyak ini? Apa ini duit hasil malak ortunya ya?.)
(aku nggak mau seneng seneng diatas penderitaan ortunya dia, besok aku harus memastikan hal ini ke dia.) batin Clara sambil melangkah menaiki anak tangga.