Aluna tiba-tiba diceraikan oleh suami nya Wardana, tepat saat anniversary pernikahan mereka yang ke 7 tahun. Padahal malam itu dijadikan Luna sebagai momen untuk membagi kabar bahagia, kalau ia telah sembuh dari sakit kanker yang menyerangnya selama 4 tahun terakhir.
Wardana mengatakan ingin menikahi Anita Yang sedang hamil anak kakak nya, Tapi fakta baru terungkap, keluarga Wardana menginginkan kematiannya, dapatkah Luna mengungkap tabir misteri yang keluarga Wardana sembunyikan?
Yuuk dukung karya terbaru aku.. jangan lupa subscribe nya ya..
karena subscribe kan kalian sangat berarti untuk menambah imun biar lebih semangat lanjutin cerita nya❤️🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sanayaa Irany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
Aluna memutuskan untuk kembali ke rumah nya dengan Wardana, tujuan utama nya tentu untuk mengungkap dalang di balik semua keganjilan yang menimpanya selama ini.
Rencana itu akan ia laksanakan esok hari, mengingat saat ini hati sudah sangat malam, jika Wardana saja bisa memainkan peran yang begitu epik untuk menipu diri nya. Kenapa dia tidak bisa melakukan hal yang sama? Pikir Delisa dalam hati.
“Jadi kau akan tetap kembali kesana, Lun?” tanya Aji disaat yang lain sudah kembali ke kamar masing-masing, dan keluarga Bintang juga sudah pulang.
“Iya mas! Aku harus segera tahu siapa sebenar nya musuh Abah selama ini!” jawab Aluna.
“Baiklah.. Soal gugatan mu, mungkin dua hari lagi akan dikirim ke alamat kalian, apa tidak apa-apa saat gugatan itu masuk kau masih disana?” Aji bertanya lagi, dia khawatir kalau Luna akan kenapa-napa, karena baginya Wardana itu seperti punya dua kepribadian, terkadang ia melihat kalau suami dari Aluna itu begitu mencintai nya, tapi disisi lain.. Wardana bisa menjadi monster yang mengerikan.
“Mereka memulai sandiwara untuk melenyapkan aku pelan-pelan! Jadi aku akan memainkan hal yang sama, Lagian Bintang akan memberi ku obat agar aku tidak selemah itu lagi! efek obat yang diberikan keluarga mas Wardana benar-benar bagus dan sesuai harapan mereka, hanya 4 botol yang masuk ke dalam tubuh ku, reaksi nya sudah sehebat itu! Bagaimana kalau seluruh obat yang aku konsumsi itu obat dari mereka semua, mungkin sekarang aku sudah mati!” kata Aluna memandang arah jalanan dari balkon atas rumah keluarga Aksaka.
“Jangan katakan itu! kelemahan mu hanya akan membuat mereka senang, kalau memang kau yakin dengan misi ini, maka aku ada disamping kamu, Aluna! Aku akan mendukung diri mu, baik itu senang maupun sedih!”
“Apa ini alasan mu membuat aku menjauhi Bintang? Apa orang itu juga mengincar Bintang?” Aluna menatap manik mata kakak nya Gita dengan penuh tanya. Namun Aji langsung menghindar.
Ia menarik nafas nya berat, mata yang semula memandang Aluna, kini juga ikut memandangi jalan, melihat lalu lalang orang yang sedang lewat. Membuat hati nya sedikit membaik.
“Salah satu nya iya! Aku tidak ingin orang itu mencelakakan Bintang, meskipun aku tidak akur dengan nya, tapi adikku mencintai dia!” kata Aji akhir nya, awal bertemu Aluna dia sangat ingin menjauhi wanita itu, tapi rasanya tidak bisa. Apalagi saat ini gadis itu dalam situasi yang sulit. Semakin bertambah empati dalam diri Aji untuk Aluna.
Aluna menoleh lagi dan menatap Aji lekat, benarkah yang ia dengar saat ini? Gita menyukai Bintang?
“Jadi Gita menyukai Bintang? Sejak kapan mas? kenapa aku tidak tahu selama ini?”
“Sudah sangat lama! Lupakan soal itu, intinya jika kalian terus terlihat bersama, orang-orang itu akan melakukan hal yang sama pada keluarga Bintang berpuluh-puluh tahun yang lalu! Itu kata papa, jadi aku takut kalian kenapa-napa!”
“Tunggu! Kenapa semakin kesini banyak sekali fakta yang baru aku ketahui! kejadian apa lagi yang tidak aku ketahui, mas?” Aluna bingung, setelah ia tahu fakta kalau ternyata dirinya itu keturunan Ningrat, sekarang ia juga baru tahu kalau dulu ada kejadian yang sampai melibatkan keluarga nya Bintang? kejadian apa lagi?
“Pelan-pelan saja Aluna, kelak seiring berjalan nya waktu, kalau benar memang lewat dirimu lah penjahat sesungguh nya itu akan terungkap, kau akan tahu semua, kau akan tahu semua rahasia yang orang tua kita sembunyikan! Mungkin bukan sengaja disembunyikan, melainkan untuk keselamatan kita semua!”
*
*
Pagi hari Aluna sedang bersiap-siap. Hari ini rencana nya akan dimulai. Memang Aluna sedikit gugup ingin menghadapi Wardana lagi, tapi semoga saja semua berjalan sesuai rencana mereka, kebetulan Kampus juga memberi waktu cuti selama seminggu. Setelah itu ia baru mulai mengajar lagi.
Mungkin satu minggu sudah lebih dari cukup untuk membuka kedok penjahat dingin itu.
“Kau sudah siap?” tanya Aji saat melihat Luna yang tengah bersiap di depan meja rias.
“Sudah!”
“Bagus, kalau begitu aku antar kamu ke rumah sakit!”
Aluna melempar senyum nya, ia berjalan beriringan dengan Aji menuju parkiran. Sebelum mereka tiba di sana, rupanya Pak Rima dan Bu Dona sudah menunggu mereka di depan, bersama dengan Gita. Melihat Gita pagi ini, Aluna kembali ingat soal Aji yang mengatakan kalau dirinya menyukai Bintang sejak lama, senyum Aluna kembali terbit. Iya membayangkan bagaimana kalau dua sahabat nya itu bersatu di pelaminan.
“Aluna sayang, kamu harus semangat ya, ingat kami selalu ada dibelakang mu, Tante dan om, juga Tante Soraya dan Om Zaki kami akan semaksimal mungkin menjaga kamu,” kata Dona memberi pelukan hangat anak dari sahabat baik nya itu.
“Kamu tetap hati-hati, dan tenang.. Karena orang-orang kepercayaan om dan Om Zaki juga Aji ada disekitar kamu, tanpa kamu sadari!” pak Zaki menambahkan, Aluna mencium tangan mereka satu persatu. Lalu masuk kedalam mobil nya Aji.
Begitu sampai dirumah sakit, Aluna langsung menemui Bintang, sedang Aji langsung pergi ke kantor nya.
Hasil lab obat yang Bintang periksa pun telah keluar, dan hari ini rencana nya Bintang juga akan memeriksa sampel obat yang ia dapat Dari Aji semalam.
“Lun, hasil obat yang aku periksa tadi malam, benar kalau ada senyawa yang bisa membuat syaraf-syaraf berhenti berfungsi. Kandungan racun didalam nya juga bisa membuat orang terdeteksi kanker! Benar-benar biadap suami mu itu!” Bintang melempar kertas hasil lab yang keluar pagi ini ke lantai. Aluna memungut dan membaca nya. Meskipun ia tak paham, tapi ada beberapa yang bisa ia baca.
“Tenang lah, Bi! Kita mulai rencana nya sekarang!”
“Oke, aku sudah menyiapkan ruang rawat untuk mu,sebentar lagi aku akan menelpon Wardana, kau gantilah dengan baju rawat sekarang juga, aku sudah mengkonfirmasi ini pada seluruh staff dirumah sakit, juga para dokter yang lainnya!”
“Bagus!! kau telepon saja mas Wardana sekarang juga, sambil menunggu aku ganti baju!”
“Oke!”
Luna pergi ganti baju, sedang Bintang langsung memulai aksinya. Iya menelpon Wardana.
“Halo, Dan.. Kamu dimana?” tanya Bintang pura-pura cemas.
[Aku sedang di kantor,kenapa kau menelpon ku sepagi ini?]
“Aluna, Dan! Dia ada disini, tadi malam teman ku sesama dokter menemukan Aluna tergeletak dipinggir jalan, dengan tidak sadarkan diri, untung saja teman ku itu langsung membawa nya kemari,”
[Apa?? Jadi Aluna sudah ketemu? Alhamdulillah]
“Apa?? Apa maksud mu kalau Aluna sudah ketemu? Apa dia menghilang tadi malam?” tanya Bintang pura-pura tak tahu.
[Eeemmm, bukan begitu! tadi malam aku dan Aluna ada cekcok sedikit, terus dia pergi dari rumah tanpa memberi tahu ku lebih dulu, sejak semalam aku mencari nya, Alhamdulillah sekarang sudah ketemu, terimakasih banyak, Bi!]
“Enggak masalah, kau segera lah ke sini! Sejak tadi malam dia mengigau dan memanggil nama mu terus!”
[Aku akan kesana, segera Bi!]
“Oke!”