NovelToon NovelToon
Di Nikahi Duda Anak 1

Di Nikahi Duda Anak 1

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Nikah Kontrak / Beda Usia / Pengasuh
Popularitas:7k
Nilai: 5
Nama Author: Nur Sabrina Rasmah

Kirana Larasati, gadis yang baru saja lulus SMA, harus menghadapi kenyataan pahit. Adiknya menderita sakit kanker, namun masalah ekonomi membuat adiknya terpaksa dirawat di rumah sendiri. Kirana ingin bekerja dan membantu orang tuanya. Suatu hari, tetangganya bernama Lilis menawarkannya pekerjaan sebagai pengasuh anak.
Kirana bertemu dengan Bastian Rajendra, seorang duda yang memiliki satu anak perempuan bernama Freya Launa.
Awalnya, Kirana hanya berniat bekerja untuk mendapatkan uang demi pengobatan adiknya. Namun, kedekatan Kirana dengan Freya, serta tanggung jawabnya yang besar, membuat Bastian mengambil keputusan tak terduga. Bastian menawarkan sebuah pernikahan kontrak dengan janji akan menanggung seluruh biaya pengobatan adiknya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Sabrina Rasmah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Demi Luki: Masuk ke Kandang Singa

Kirana mengaduk kopi pahit itu dengan gerakan tak beraturan, persis seperti pikirannya yang sedang semrawut. Tiba-tiba sebuah ide konyol muncul di otaknya. Dengan keberanian yang tersisa, ia membawa cangkir kopi itu kembali ke kamar Bastian.

Ia meletakkan kopi itu di meja kerja Bastian dengan tangan yang sedikit gemetar. "Ini kopinya, Pak. Tanpa gula, sepahit hidup saya sekarang," gumam Kirana pelan.

Bastian melirik kopi itu, lalu kembali menatap Kirana. "Sudah dipikirkan?"

Kirana menarik napas panjang. "Kenapa harus saya, Pak? Kenapa nggak sama Mbak Lilis saja? Dia kan sudah lama kerja sama Bapak, sudah tahu sifat Bapak, sudah dekat juga sama Freya."

Bastian menghentikan aktivitasnya, ia menatap Kirana dengan dahi berkerut, seolah-olah Kirana baru saja mengatakan bahwa bumi itu kotak. "Kamu gila, Kirana? Lilis sudah menikah dan punya suami. Kamu mau saya jadi pelakor versi pria?"

Kirana tertegun, lalu menepuk jidatnya keras-keras. "Oh... iya! Astaga, saya lupa! Maaf, Pak, otak saya agak korslet mendadak gara-gara Bapak ajak nikah tadi," sahut Kirana dengan wajah polos yang campur aduk antara malu dan ingin menghilang.

Bastian hanya menghela napas panjang, tampaknya ia mulai terbiasa dengan kepolosan Kirana yang di luar nalar. "Makanya, gunakan otakmu untuk memikirkan tawaran saya, bukan memikirkan istri orang lain."

"Tapi Pak, saya masih 18 tahun. Masih mau main, masih mau kuliah kalau ada uangnya nanti. Masa tiba-tiba jadi ibu sambung dan istri Tuan?" protes Kirana lagi.

Bastian menyesap kopi pahitnya, matanya menatap tajam ke arah Kirana. "Kuliah? Saya bisa kuliahkan kamu di tempat terbaik sambil kamu menjalankan tugas sebagai istri. Saya tidak melarangmu belajar. Yang saya butuhkan hanyalah komitmenmu di rumah ini."

Bastian berdiri dan berjalan mendekat, membuat Kirana otomatis mundur hingga menabrak pintu. "Ingat, Kirana. Waktumu cuma tiga hari. Setiap detik yang kamu buang untuk berpikir adalah detik yang berharga bagi kesehatan adikmu. Besok, saya ingin melihat perkembangan keputusanmu."

Kirana hanya bisa melongo. "Gila, ditawarin nikah sekaligus beasiswa kuliah," batin Kirana. "Kelinci Gede ini bener-bener pinter bikin jebakan batman!"

Dengan perasaan kalah telak, Kirana segera keluar dari kamar itu. Malam itu, ia duduk di pojok kamar Mbak Lilis sambil memandangi foto adiknya di ponsel. "Luki... kakak harus gimana? Harus gigit balik atau malah harus mau dinikahi Kelinci Gede itu demi kamu?" gumamnya bimbang.

Kirana mematung di ambang pintu. Matanya kembali disuguhi pemandangan dada bidang Bastian yang masih basah dengan handuk yang melilit pinggangnya. Namun, kali ini Bastian sama sekali tidak terkejut. Pria itu justru bersedekap, menatap Kirana dengan tenang seolah sudah tahu gadis itu akan datang sepagi ini.

"Bagaimana, Kirana? Tawaran saya semalam?" tanya Bastian dengan suara berat khas bangun tidur, matanya mengunci mata cokelat Kirana.

Kirana segera memalingkan wajah, menutup matanya rapat-rapat. "Aduhh! Tuan ini hobi banget ya nggak pakai baju?! Pakai baju dulu, Pak! Saya mau ngomong serius, bukan mau liat pameran otot!" seru Kirana dengan wajah memerah.

Bastian hanya mendengus geli, sebuah respon yang jarang sekali ia tunjukkan. Ia mengambil kemeja santainya dan memakainya tanpa mengancingkannya sepenuhnya. "Sudah. Sekarang katakan."

Kirana membuka matanya perlahan, lalu menarik napas panjang. Ia mencoba memasang wajah setegar mungkin meski jantungnya berdisko. "Saya... saya mau. Saya terima tawaran Tuan untuk menikah. Demi Luki."

Bastian mengangguk pelan, tidak terlihat terkejut. "Keputusan yang cerdas."

"Eits, tunggu dulu! Ada syaratnya!" potong Kirana cepat sambil mengangkat jari telunjuknya.

Bastian menaikkan satu alisnya, terlihat tertarik. "Syarat? Katakan."

"Pertama, Tuan harus bawa Luki ke rumah sakit terbaik di kota ini hari ini juga. Saya nggak mau tunda-tunda lagi," ucap Kirana tegas. "Kedua, ini pernikahan kontrak kan? Saya mau kita tetap punya privasi masing-masing. Dan ketiga..." Kirana menggigit bibir bawahnya, "Tuan dilarang bersikap dingin dan cuek di depan keluarga saya. Saya nggak mau Ibu saya sedih liat saya punya suami modelan kulkas."

Bastian terdiam sejenak, menatap Kirana dengan intens hingga membuat gadis itu salah tingkah. Bastian kemudian melangkah mendekat, berhenti tepat di depan Kirana hingga aroma sabun maskulinnya tercium jelas.

"Syarat pertama dan ketiga, saya terima. Saya akan urus kepindahan adikmu siang ini," ucap Bastian rendah. "Tapi soal syarat kedua..." Bastian menyunggingkan senyum tipis yang terlihat sangat berbahaya. "Tidak ada kontrak, Kirana. Di mata hukum dan agama, kau akan jadi istri saya sepenuhnya. Dan soal privasi? Kita lihat saja nanti sejauh mana kau bisa menjaga jarak dariku."

Kirana meneguk ludah. "Waduh, kok gue ngerasa masuk ke kandang singa ya, bukan kandang kelinci?" batinnya panik.

"Jadi, deal?" Bastian mengulurkan tangannya.

Kirana menatap tangan besar itu, lalu menatap wajah Bastian yang tampan namun misterius. Demi nyawa Luki, Kirana akhirnya menyambut uluran tangan itu. "Deal. Tapi awas ya kalau Tuan gigit saya duluan!"

Bastian terkekeh pelan, teringat ucapan Freya. "Saya tidak akan menggigitmu, Kirana. Kecuali kalau kau yang memintanya."

"ANJIRRR! MESUM!" teriak Kirana sambil lari terbirit-birit keluar dari kamar Bastian, meninggalkan sang "Kelinci Gede" yang kini tersenyum penuh kemenangan.

1
Sri Wahyuni Abuzar
kenapa siih harus ada kata² umpatan B2
di bab sblm nya jg gitu aku masih diem..eeh ini ketemu lg..kesel sm majikan boleh² aja tp g mesti ngebatin dengan kata² kotor.
Nur Sabrina Rasmah
bener bener posesif banget ya , mas Bastian ke Kirana🤭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!