Karena ulah wanita yang ia cintai kabur saat usai akad nikah, Letnan Harley R. A Navec tidak sengaja tidur dengan wanita yang berbeda, gadis yang sebenarnya sudah menjadi pilihan orang tuanya namun ia merahasiakan hal besar ini. Harley Navec hanya menganggap Pranagita Kairatu Inggil Timur sebagai adik, apalagi gadis itu adalah adik dari sahabatnya sendiri. Disisi lain, jiwa petarung dan jiwa bebas Harley masih melekat dalam dirinya.
Sakit hati yang mendalam ia lampiaskan di setiap harinya pada Gita hingga gadis lugu itu hamil. Sebenarnya perlahan sudah terbersit rasa sayang apalagi setelah tau Gita hamil namun kakunya Letnan Harley membuatnya kabur hingga bertemu kembali dengan seorang pria yang dulu pernah berkenalan dengannya tanpa sengaja, Letnan Herlian Harrajaon Sinulingga.
Pernikahan Letnan Harra dan Gita pun terjadi, rintangan silih berganti menghampiri hingga hadir istri titipan karena.....
SKIP bagi yang tidak tahan KONFLIK
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bojone_Batman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
15. Usaha agar tidak stress.
Bang Harra terus menatap Gita yang sedang menghabiskan sepiring siomay padahal istrinya itu baru saja menghabiskan semangkok bakso sembari sesenggukan.
"Sekarang kau mau percaya Abang atau si Bang Ke??" Tanya Bang Harra menahan rasa kesalnya.
"Bang Ke....."
"Abang restui, ikut kau dengan si Bang Ke itu. Biar kau di racun sekalian. Tak tanggung-tanggung kau buat sakit kepala, Abang." Ujar Bang Harra.
"Katanya Abang sayang sama Gita."
"Ya Ampun, anak Tuhan satu ini." Bang Harra menepak keningnya. "Memangnya kau rasa apa selama ini??? Abang tidak sayang???"
"Iya." Jawab Gita.
Bang Harra yang geregetan sampai menggigit kecil bibirnya. Ia pun menyentil kening Gita. "Kau mau di sayang macam mana, Gita sayang???"
"Bukankah pertanyaan Gita sudah jelas. Kenapa Abang mnghindari Gita."
Kini tatapan mata Bang Harra berubah menjadi serius. Ia menarik napas dalam-dalam, berusaha meredam emosinya yang sudah di ubun-ubun. Ditatapnya Gita dengan lekat, berusaha menyalurkan ketulusan hatinya lewat tatapan mata.
"Gita," ucap Bang Harra dengan suara yang lebih lembut dari biasanya, meski logat seberangnya masih kental terasa. "Kau harus tau, Abang menikahi kau bukan karena terpaksa, bukan karena kasihan. Abang menikahi kau karena Abang sayang sama kau, sayang sama anak yang ada di kandunganmu itu."
Gita masih terdiam, menatap Bang Harra dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Abang tau, nada bicara Abang memang kasar, kadang bikin kau sakit hati. Tapi Abang ini tak sampai hati memarahimu, Gita. Abang tidak mungkin menyakiti perempuan yang Abang sayang." Bang Harra meraih tangan Gita, menggenggamnya erat. "Dengarkan Abang, tolong jangan pernah salah paham dengan setiap jawaban dari Abang." Sejenak Bang Harra kembali menarik nafas.
"Abang sengaja menjauhi kau bukan karena Abang tidak suka, bukan juga karena tidak sayang, tapi karena Abang menghormati kau, menghormati 'bapaknya', menghormati anak yang ada di kandunganmu. Abang mau menjaga kau dan anak kita ini sampai waktu persalinan tiba."
Gita sempat ternganga mendengar jawaban Bang Harra.
"Abang baru bisa menyentuhmu, memelukmu sebenar benarnya sebagai seorang suami setelah kau melahirkan, Gita. Karena anak yang kau kandung itu bukan benih dari Abang, tapi benih bapak kandungnya.. Harley. Abang tidak mau menyakiti hati siapapun, termasuk Harley, termasuk kau, dan termasuk diri Abang sendiri. Kalau kau tanya, tidak inginkah Abang mendekatimu.. Jelas bohong kalau Abang tidak ingin, Abang tahan kuat sampai kepala mau pecah hanya demi Gita seorang, bukan karena Abang belok."
Mata Gita mulai kembali berkaca-kaca mendengar penjelasan Bang Harra. Bibirnya mencebik sedih. Ia mulai menyadari betapa besar cinta dan pengorbanan Bang Harra untuknya.
"Abang ikhlas menikahi perempuan yang sedang mengandung anak laki-laki lain, ikhlas menahan diri untuk tidak menyentuhmu sampai kau melahirkan. Apa itu kurang bukti kalau Abang sayang sama kau, Gita?"
Air mata Gita akhirnya tumpah. Ia terisak, menyesali prasangkanya selama ini pada Bang Harra.
"Maafkan Gita, Bang," ucap Gita di sela tangisnya. "Gita sudah salah sangka sama Abang. Gita bodoh, Gita sudah menyakiti hati Abang."
Bang Harra tersenyum lembut, lalu mengusap air mata di pipi Gita. "Sudah, jangan menangis lagi. Abang sudah memaafkanmu. Yang penting sekarang, kau percaya sama Abang, ya? Abang kan sudah pernah bilang sama kau, Abang cintaa kau sejak pertama kita jumpa. Sebenarnya dimana kau pasang telinga, kenapa tidak di dengar????" Sampai panjang lebar Bang Harra memberi pengertian pada istrinya.
Mata Gita mulai berkaca-kaca mendengar penjelasan Bang Harra. Ia mulai menyadari betapa besar cinta dan pengorbanan Bang Harra untuknya.
"Abang janji, setelah anak ini lahir, Abang akan mencintai dia seperti anak sendiri. Abang akan berusaha menjadi Ayah yang baik untuknya, dan suami yang baik untukmu."
Gita semakin terisak mendengar janji Bang Harra. Ia tidak bisa membayangkan betapa bahagianya hidupnya bersama Bang Harra dan anak mereka kelak.
" Terima kasih sudah menerima apa adanya Gita. Gita salah, Gita sadar sudah tidak tau diri."
Seketika Bang Harra menyentil bibir Gita. "Abang tidak suka mendengarnya. Abang pilih kau jadi istri Abang berarti Abang sadar kau yang terbaik. Lagipula yang kau alami hanyalah sebuah accident, bukan karena kau sengaja melakukannya."
...
Malam hari, Gita mulai siap dan lebih percaya diri. Ia menatap pakaian kebesaran istri anggota yang akan di pakainya besok sebagai syarat prosedur pengajuan nikah.
"Ada apa dengan pakaiannya? Kenapa terus saja kau pandangi?" Tanya Bang Harra.
"Tidak apa-apa, Bang. Gita hanya merasa bagian bawahnya sedikit sempit."
Bang Harra tersenyum tipis mendengarnya. "Mungkin dulu pinggang Mama lebih kecil dari pinggangmu, makanya kurang masuk. Di tambah lagi sekarang ada isi di perutmu."
Seketika Gita menoleh mendengarnya. "Gita gendut????"
"Bukaaann..!!" Bang Harra sampai panik mendengarnya. "Papamu tinggi gagah, pasti ada gen nya Papa turun di badanmu, bongsor kau jelas dari Papa."
Gita masih mengarahkan pandang ke arah Bang Harra tanda tidak percaya. Jelas sekali tinggi tubuhnya sama sekali tidak bisa di banggakan untuk mendapat gelar bongsor.
"Iyaa.. iyaaa.." Bang Harra sedikit tidak nyaman dengan tatapan mata Gita.
"Apa??"
"Dua properti kelapa ijo di depan sama.. dua semangka di belakang, yang buat nggak cukup." Jawab Bang Harra.
"Iiihh.. Abaaaang.. Kenapa nggak bilang?????" Gita melayangkan tangan tapi Bang Harra terus menghindar.
"Aduuuhh.. Jurus siluman lengan seribu."
"Abaaaaanngg..!!!! Gita maluuu..!!" Teriak Gita kesal. Ia masih menepakan tangan kesana sini sampai Bang Harra menangkap tangannya.
Mata keduanya saling menatap, lekat, hangat, bagai cinta yang mengikat.
Tanpa banyak kata, hanya sebuah sentuhan kecil, Bang Harra menarik Gita ke dalam dekapannya. "Jika tidak di depan suami, lantas kamu berikan pada siapa rasa malu itu. Kelak, hanya Abang saja yang akan melihatnya dari ujung rambut hingga ujung kaki." Wajah itu mulai mendekati wajah Gita, nafasnya mulai memburu hingga bibir saling menyentuh, sesaat merasakan basah dan lembut tapi kemudian Bang Harra tersadar. Ia mengusap perut Gita dan menarik diri.
Sejenak Bang Harra mengatur nafasnya, ia pun berjongkok di depan perut Gita dan mencium perut sang istri yang masih datar. "Ayah minta maaf, Ayah tidak sengaja." Ucapnya pelan kemudian kembali berdiri. Ia memejamkan mata sembari menitipkan satu kecup sayang pada kening Gita.
Tak ingin terbawa perasaan, Bang Harra menjauh dari Gita.
Gita pun diam terpaku, masih ternganga merasakan hangatnya kecup Letnan Harra Sinulingga. Pria dari seberang yang tiba-tiba mencuri hatinya.
~
Bang Harra mengusap wajahnya, hatinya sungguh gusar dan gelisah. "Aseeem.. Macam mana kalau tak kuat-kuat mentalku, bisa nubruk kiri kanan lah si maung. Lihat Gita putar bahu saja, tegang panas sekujur tubuh." Gerutu Bang Harra sepanjang jalan. "Aahh.. Cantik kali kau, dek. Rasa tak sanggup Abang pikirnya."
.
.
.
.
konfliknya makin komplek, mantapp💪💪