NovelToon NovelToon
Accidentally Wedding

Accidentally Wedding

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: Kunay

Berawal disalahpahami hendak mengakhiri hidup, kehidupan Greenindia Simon berubah layaknya Rollercoaster. Malam harinya ia masih menikmati embusan angin di sebuah tebing, menikmati hamparan bintang, siangnya dia tiba-tiba menjadi istri seorang pria asing yang baru dikenalnya.

"Daripada mengakhiri hidupmu, lebih baik kau menjadi istriku."

"Kau gila? Aku hanya sedang liburan, bukan sedang mencari suami."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kunay, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Anak Nakal

Hari-hari Green berjalan sedikit lambat karena kehadiran Rex di rumahnya. Setelah bekerja satu minggu full tanpa libur, Green akhirnya mendapatkan sedikit waktu senggang karena kafe tempatnya bekerja memberikan setengah hari libur untuknya. Green memutuskan untuk keluar dari rumah pagi-pagi sekali.

Membawa sebuah kantong keresek berwarna putih di tangannya berisi beberapa barang, Green duduk di kursi taman yang cukup jauh dari apartemennya, sengaja untuk menghindari Rex.

Setiap kali keduanya bertemu, mereka hanya akan bertengkar dan berdebat tanpa henti. Terakhir kali mereka bertengkar karena Rex sengaja mengerjai Green.

Rex tiba-tiba mengiriminya pesan saat sedang bekerja, kalau pria itu menginginkan apel untuk dimakan dan stok di rumah sudah habis. Awalnya, Green sempat menolak karena dirinya sedang bekerja tapi suaminya justru menjatuhkan ancaman yang tidak bisa Green bantah.

Rex mengatakan kalau hasil visum yang dilakukannya baru saja dikirimkan oleh Antonio pagi itu. Green tahu maksudnya. Rex sedang mengancam. Akhirnya, mau tidak mau dirinya meminta izin setengah hari dan pulang demi membawakan Rex satu kantong penuh apel untuknya.

Dug!

Green sedikit terperangah saat sebuah bola mengenai pundaknya, ternyata sejak tadi ia melamun. Green mengernyit seraya meraih bola yang jatuh di sampingnya dan melihat seorang anak berusia sekitar 4 tahun berlari ke arahnya dengan tatapan tajam.

“Lemparkan bola itu padaku!” Bocah tersebut berhenti berlari beberapa langkah dari Green dan berteriak dengan posisi siap menerima bolanya.

Green memiringkan kepalanya saat mendengar hal itu. Dia segera meletakkan kembali bolanya di samping karena sikap tidak sopan bocah laki-laki yang entah siapa namanya.

“Hei, bocah! Apakah ini bolamu?”

“Betul.”

“Ambil sendiri dan minta maaflah padaku.” Green berkata dengan acuh tak acuh lalu mengabaikan anak itu dan mengambil minuman kaleng dari kantong keresek yang dibawanya tadi.

Anal laki-laki tersebut terlihat kesal tapi dia belum bergerak melangkah ke arahnya.

“Apakah kau ingin mencuri bolaku?” tanya bocah itu dengan suara keras. Green hanya melirik tidak peduli.

Balita itu terlihat kesal dengan sikap Green yang mengabaikannya, lalu berteriak pada seseorang di belakangnya. Tidak lama, seorang pria memakai kaos hitam melangkah ke arahnya.

“Nona, maaf sebelumnya. Bisakah Anda memberikan bola itu?”

Green meliriknya dan menaikkan sebelah alisnya. “Apakah kau ayah anak itu?” tanyanya.

Pria itu segera melambaikan tangan. “Bukan, bukan, saya hanya pengawalnya saja,” jawabnya menjelaskan. “Pengasuhnya, sedang membeli makan siang jadi dia bermain bola di sini.”

Green masih tidak bergerak untuk memberikan bola. Dia malah berkata, “Panggil bocah itu kemari dan katakan padaku untuk meminta maaf. Kau tahu, kalau aku baru saja terkena bola yang ditendang olehnya dan itu sangat berbahaya.” Green menegur, meski pria di hadapannya memiliki badan besar, dia sama sekali tidak takut bahkan setelah pria itu mengatakan dia hanya pengawal. Anak itu pasti bukan orang sembarangan. “Kau harus mengajarkannya sopan santun.”

Pria yang mengaku pengawal sedikit ling-lung. Dia menggaruk lehernya dan menoleh pada anak di belakangnya yang sudah terlihat sangat kesal.

“Nona—“

“Kalau kau tidak menginginkan bolanya, maka terserahlah!”

Pengawal itu mengalah, dia berbalik dan menghampiri anak yang diasuhnya. Beberapa saat kemudian, keduanya mendekat tapi bukannya mendengar kata maaf, Green justru mendengar teriakan kesal balita itu.

“Tante, apakah kau penjahat? Kenapa kau tidak memberikan bolaku?”

Pengawal di sampingnya yang juga mendengar itu sedikit panik tapi dia diabaikan begitu saja.

Green menoleh pada anak itu. Dia sama sekali tidak peduli anak siapa ini lalu berkata. “Aku bukan tantemu. Kalau aku adalah orang jahat, lalu apakah kau monster?”

“Apa maksudmu?”

“Kau menuduhku penjahat hanya karena tidak mau memberikan bola ini, padahal aku tidak melukaimu. Sedangkan kau, tadi menendang bola hampir mengenai kepalaku. Bagaimana kalau aku gegar otak?”

Entah anak itu paham atau tidak apa yang dikatakan Green, dia hanya terdiam memikirkan ucapannya yang menyebutkan dirinya monster. Matanya sudah berkaca-kaca dan siap untuk menangis. “Aduh, Tuan Muda jangan menangis.” Pengawal sedikit kebingungan dan panik. “Nona, saya mewakilinya meminta maaf, tapi bisakah saya meminta bolanya?”

Green menatap anak itu dan mendengkus. “Huh... tidak menyenangkan.” Ia akhirnya mengalah dan memberikan bolanya. “Lain kali, perhatikan dia dan jangan sampai melukai orang lain.”

Kali ini, Green berbicara pada pengawalnya karena memang dia juga bersalah karena tidak mengawasi dengan benar.

“Baiklah, Nona.”

Green yang merasa sudah terganggu ketenangannya, akhirnya memutuskan untuk pergi dari taman itu, apalagi dia mendapatkan panggilan dari teman kerjanya.

“Ada apa?”

[Green, aku punya pekerjaan untukmu. Gajinya juga lumayan.]

“Pekerjaan apa?” tanya Green, berhenti melangkah. Itu adalah salah satu temannya yang sama-sama hanya seorang pekerja paruh waktu.

[Seorang konglomerat mengadakan jamuan makan malam di St. Regis Manor Hotel untuk menyambut kedatangan cucunya dari luar negeri. Aku mendapatkan tawaran untuk jadi pelayan. Apa kau mau? Bayarannya jangan ditanya, cukup untuk satu bulan uang makanmu.]

“Sepakat!”

Green menyetujui tanpa berpikir. Selama dapat menghasilkan uang, ia akan melakukannya dengan senang hati. kapan lagi akan mendapatkan uang dalam sehari setara dengan ia bekerja satu bulan?

Setelah itu Green benar-benar meninggalkan taman dan ingin menemui temannya yang memberikan pekerjaan.

Setelah Green pergi, anak itu akhirnya benar-benar menangis dengan keras, sang pengawal semakin bingung untuk membujuknya karena pengasuhnya belum kembali juga untuk membeli makan siang mereka.

Tidak lama kemudian, seorang pria mengenakan setelan jas rapi dengan sepatu pantofel hitam menghampiri dan bertanya.

“Apa yang terjadi?”

“Tuan.”

“Ayah.”

Anak itu segera memeluk kaki pria yang baru datang, yang tak lain adalah ayahnya sendiri.

Pengawal yang sejak tadi berjongkok untuk menghiburnya akhirnya berdiri. “Itu, Tuan, tadi Tuan Muda sedang bermain bola. Tapi karena tidak mau bermain di sana.” Pengawal itu menunjuk lapangan yang sedikit luas dan banyak juga anak-anak yang bermain bola. “Jadi, bolanya mengenai perempuan itu.”

Pria yang baru saja datang segera menoleh ke arah kepergian Green yang ditunjuk pengawal anaknya, wanita itu sudah tidak terlalu jelas terlihat karena banyak pohon-pohon rindang sepanjang jalan yang menghalanginya. Keningnya sedikit berkerut saat melihat postur tubuhnya, sedikit familiar tapi karena anaknya terus menangis dia hanya bisa mengalihkan pandangan dan menggendong balita tersebut.

“Lalu kenapa dia menangis?”

“Nona itu memarahinya karena tuan muda tidak mau meminta maaf.”

”Tentu saja, kamu memang pantas mendapatkannya. Seharusnya kalau kamu melakukan kesalahan segera meminta maaf. Kalau orang lain tetap memerahimu, itu memang haknya karena kau hampir melukainya. Sudahlah, jangan menangis lagi. Nenek sudah menunggu di rumah. Uncle Chester juga sudah pulang.”

Anak itu mengangguk dan tangisnya mulai mereda karena dia akan bertemu dengan nenek dan paman kesayangan yang selalu membawakan banyak mainan.

Sebelum melangkah pergi, pria itu memberi instruksi. “Bisakah membantuku untuk mencari seseorang?”

“Silakan, Tuan.”

“Aku akan mengirimkan detailnya. Kau hanya perlu mengatakan padanya untuk datang ke St. Regis Manor Hotel.” Pria itu menyerahkan satu undangan padanya.

“Baik, Tuan.”

 

1
BCuan
maksa kali, Rex🤣🤣🤣
Fera Susanti
kasian juga green..
Fera Susanti
iya peluk aja yg erat biar ga kabur..😁
Fera Susanti
sampe part ini blm terbongkar kan alasan green sampe menjauh dr keluarga nya??..
Fera Susanti
ayo cepat terbongkar nona muda Anderson
hasatsk
greenidia belum menerima pernikahannya dengan Rex, sementara Rex menganggap pernikahannya tidak bisa di sebut konyol karena sudah tercatat secara agama dan catatan sipil ..
Fera Susanti
masih meraba raba..
hasatsk
Haha...Rex kena juga dikerjain greenidia....
Fera Susanti
apa???..🤭
Fera Susanti
teka teki silang
hasatsk
jadi greenidia keluar dari rumahnya karena disalahkan oleh ibunya atas kematian ayahnya......
hasatsk
mungkinkah itu Rex?
Fera Susanti
iiih siapa dia??
hasatsk
mau mengerjain eh malah dikerjain🤣🤣🤣
Fera Susanti
😁
hasatsk
haha..kamu kena jebakan Rex lagi, greenidia.....
hasatsk
kau benar, pada akhirnya akulah yang tertipu...haha
malam pertama Rex jadi merawat greenidia....
Fera Susanti
up
hasatsk
mulai terkuak .....
Fera Susanti
masih meraba raba..
semangat trs Thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!