Menikah dengan pria usia matang, jauh di atas usianya bukanlah pilihan Fiona. Gadis 20 tahun tersebut mendadak harus menerima lamaran pria yang merupakan paman dari kekasihnya sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sept, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Putus
Arga sudah tiba di rumah sakit, dia langsung bergegas ke rumah sakit setelah Bu Sasmita mengatakan di mana Fiona dirawat.
"Sampai terjadi sesuatu yang buruk pada Fiona, aku tidak akan diam saja."
Arga menatap pintu di mana Fiona telah berbaring di ruangan tersebut. Fiona masih belum sadar setelah operasi.
Sebenarnya Arga ingin menaikkan suaranya, hanya saja ini rumah sakit. Saat dia marah, dia cuma bisa menekan nada bicaranya itu.
Dengan tatapan matanya yang memendam kemarahan, dia meminta penjelasan sang mama atas apa yang terjadi. Apalagi sampai fatal begini, janin yang masih sangat muda dan tak berdosa sampai harus hilang begitu saja.
"Katakan yang sebenarnya sekarang!"
"Dia tidak sengaja jatuh, Mama ikut prihatin atas kejadian ini. Ini pure ketidaksengajaan."
Arga menatap tak percaya. Tidak mungkin jatuh begitu saja. Pasti ada sebabnya.
"Jatuh di mana? Sebelum Arga memeriksa semua CCTV yang ada, Arga kasih kesempatan terakhir agar Mama bicara jujur!" Arga bertahan dengan tatapan tajam dan mengandung ancaman.
Bu Sasmita jelas langsung gelagapan. Ia tahu pasti akan ketahuan pada akhirnya. Tidak mau memperkeruh suasana, ia akhirnya membela diri dan melakukan apa saja agar mengurangi kemarahan sang putra tersebut.
Dengan perlahan dan lembut, Bu Sasmita meraih tangan Arga.
"Maafkan Mama ... Mama benar-benar tidak sengaja. Ini salah Mama. Mama cuma mau menakut-nakuti anak itu agar mau jauh dari kamu, Arga."
"Lalu Mama mendorong nya, begitu?" tuduh Arga.
Bu Sasmita menggeleng keras. "Bukan! Demi Tuhan Mama tidak akan mengotori tangan Mama untuk melakukan tindakan seperti itu."
"Lalu bagaimana dia bisa jatuh begitu saja? Dia bukan anak kecil yang mudah begitu saja terjatuh! Pasti Mama melakukan sesuatu padanya. Kalau Mama tidak bicara jujur sekarang, terpaksa Arga bawa ke kantor polisi!" Arga menepis tangan sang mama.
"Arga!! Jangan! Tunggu .... Tunggu. Bagaimana kalau media tahu? Oke! Oke. Mama akan jujur."
Bu Sasmita lantas menceritakan kronologi yang sebenarnya di restauran. Ia menjadikan saudaranya sebagai tumbal. Lepas tangan dan mengatakan tidak bermaksud mencelakai Fiona.
Arga semakin murka, ia langsung menelpon sekertaris nya. Selain diperintah mencari keberadaan Davin sebelumnya, kini tugas pun ditambah. Mencari Bu Agatha dan meminta wanita paruh baya itu untuk menanggung perbuatannya.
"Sekarang Mama pergi dari sini, ini terkahir kalinya Mama ikut campur urusan keluarga Arga! Ini terakhir kalinya juga Mama menyentuh istri Arga. Jika kedepannya Mama berani menyentuh Fiona lagi, Mama tidak akan membayangkan apa yang akan terjadi."
Setelah sang mama jujur, Arga pun melepaskan nya. Bukan berarti membiarkan begitu saja, tapi sejak malam itu juga, ia mungkin akan menjaga jarak dengan keluarga besarnya. Si mulai dari sang mama, hubungan mereka mungkin akan mulai putus malam ini. Karena tindakan ceroboh sang mama yang membuat Arga juga kehilangan calon anaknya.
Hanya bisa menerima keputusan Arga saat ini, Bu Sasmita pun tidak bisa menolaknya. Syukur-syukur dia tak diamuk parah oleh anaknya itu. Untuk saat ini, sepertinya dia tak akan mengusik Arga dulu, karena situasinya sangatlah rawan dan begitu bahaya.
"Mama pulang sekarang," pamit Bu Sasmita.
Pamitan itu tidak dibalas. Arga cuma diam lalu balik badan dan masuk ruangan di mana Fiona masih tak sadarkan diri.
Bu Sasmita menatap sang anak, sedikit ada penyesalan, tapi kemudian wajahnya berubah tenang tanpa beban.
(Syukurlah ... Dia masih bisa kontrol diri. Aku kira aku terlampau khawatir atas responnya. Untuk sementara, lebih baik aku tak menemui nya. Tunggu sampai kondisi kondusif dan amarahnya mereda)
Bu Sasmita pun meninggalkan gedung rumah sakit, sementara di dalam sana, Arga yang melihat kondisi Fiona, ia melampiaskan kemarahannya dengan memukul dingin tembok. Sampai tangannya memar dan merah.
Emosinya tidak tertahankan, sementara tidak mungkin dia akan memukul ibunya sendiri, alhasil tembok lah yang jadi pelampiasan kemarahan lelaki tersebut.
BUGH
Lebih dari sekali dia menghantam tembok beton itu. Dengan mata yang tertuju pada Fiona. Kemarahan yang tak tersalurkan, rasanya marah sekali. Marah yang tidak bisa diluapkan.
...----------------...
Sepanjang malam Arga menjaga Fiona, sampai pria itu tertidur dengan kepala di atas pinggiran tempat tidur rumah sakit.
Fiona terbangun, matanya terasa berat, ia melihat sekitar, nuansa serba putih dan aroma obat menyeruak. Di sebelahnya ada pria yang tertidur, dari postur dan wanginya, dia tahu kalau itu adalah Arga.
Tangannya terasa berat, ia akan menggerakkan tangan itu, tapi rupanya digenggam oleh Arga, dilihatnya tangan pria tersebut. Ada bekas memar.
Badan Fiona terasa kaku, ia pun bergerak sedikit, hal itu membuat Arga terbangun dan langsung mengangkat kepalanya.
"Kamu sudah bangun?"
Fiona mengangguk.
Arga langsung mendekat dan memeluknya. Kemudian terdengar suara lirih dan serak dari bibir Fiona.
"Anak itu ... Sepertinya aku sudah kehilangannya."
Arga semakin memeluk erat, suara Fiona membuat matanya perih. Jarang-jarang ada hal yang membuat hati pria itu jadi sehancur ini. Meskipun belum lahir, tetap saja dia merasa pernah memiliki anak tersebut.
"Tidak apa-apa, yang penting sekarang kamu baik-baik saja."
Fiona terdiam, masih dalam pelukan Arga. Hingga detik berikutnya, bibirnya kembali bergumam.
"Anak itu sudah pergi ... Mari kita bercerai."
...****************...
mau sedot sedot aja ooommmm 😂
udah kau bobol sieee
🤣
mlendung fiiiii
😂
pikiran mu liar sekali Tarrrr
😂🙆♀️
😃
kang buaya
beresiko kembung 9 bulan 🤣🤣🤣🤣😂
😃
kejadian 😱
Taraaaa gak usah dipikirin 😃
hiiiiiiiiiiiiiii fio...
semoga tidak kenapa2