NovelToon NovelToon
KAIL AMARASANA

KAIL AMARASANA

Status: sedang berlangsung
Genre:Sistem
Popularitas:727
Nilai: 5
Nama Author: Yusup Nurhamid

Di negeri Amarasana, tempat keajaiban kuno disembunyikan di balik kehidupan sederhana, Ghoki (17), seorang anak pemancing yatim piatu dari Lembah Seruni, hanya memiliki satu tujuan: mencari ikan untuk menghidupi neneknya.
Kehidupan Ghoki yang tenang dan miskin tiba-tiba berubah total ketika Langit Tinggi merobek dirinya. Sebuah benda asing jatuh tepat di hadapannya: Aether-Kail, sebuah kail pancing yang terbuat dari cahaya bintang, memancarkan energi petir biru, dan ditenun dengan senar perak yang disebut Benang Takdir.
Ghoki segera mengetahui bahwa Aether-Kail bukanlah alat memancing biasa. Ia adalah salah satu dari Tujuh Alat Surgawi milik para Deva, dan kekuatannya mampu menarik Esensi murni dari segala sesuatu—mulai dari ikan yang bersembunyi di sungai, kayu bakar ya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yusup Nurhamid, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Badai di Pintu Nexus

​Pelarian dari Danau Sunyi adalah ujian yang berat. Fitria menggunakan seluruh kemampuannya untuk menjaga keseimbangan atmosfer di sekitar Ghoki, Kaelen, dan Lysandra, melindungi mereka dari serangan Magister Varna dan Toran. Setelah beberapa jam, mereka berhasil lolos dari zona pertempuran dan mencapai perbatasan hutan yang berdekatan dengan Nexus.

​"Aku tidak bisa ikut lebih jauh," kata Fitria, kelelahan, Esensi Keseimbangan di sekitarnya berkedip. "Kekuatan Varun di Nexus terlalu pekat. Ia akan segera mengetahui kehadiranku."

​"Terima kasih, Fitria," kata Ghoki tulus, merasakan koneksi spiritual yang mendalam dengan Nomaden itu. "Kami akan mengabarimu setelah ini berakhir."

​"Kau memiliki enam alat yang Esensinya bertentangan di satu gada, Ghoki," peringat Fitria. "Itu akan memberimu kekuatan besar, tetapi juga ketidakstabilan. Varun akan berada di dekat Cermin Kebenaran. Cermin itu akan menunjukkan kepadanya Kelemahanmu."

​Fitria menghilang menjadi kabut halus, meninggalkan mereka.

​Mereka tiba di Nexus saat malam hari. Kota itu diselimuti suasana tegang. Penjaga Kota, yang kini dipersenjatai dengan lencana Sekte Lapis Lazuli, berpatroli dengan agresif. Visio-Sonar Ghoki berteriak: Esensi Ketakutan dan Penindasan begitu tebal hingga hampir bisa disentuh.

​"Kita tidak bisa masuk melalui gerbang utama," kata Kaelen.

​Lysandra mengamati bayangan. "Ada saluran pembuangan air lama di bawah gerbang utara. Itu sempit, tapi setidaknya kita bisa menghindari patroli awal."

​Ghoki memutuskan untuk mengambil risiko terbesar yang pernah ia ambil: menggunakan Ethereal Shroud dari Jubah Eter yang kini tertanam di Aegis-Manta.

​Ghoki memejamkan mata dan fokus pada Aegis-Manta. Aku memancing... Esensi Kehampaan dari diriku.

​Sekelompok kabut ungu tebal menyelimuti Ghoki, Lysandra, dan Kaelen. Mereka tidak menjadi sepenuhnya tidak terlihat, tetapi mereka menjadi buram, seperti distorsi panas di udara. Mereka telah menyerap Esensi Cahaya dan Suara di sekitar mereka.

​"Ini aneh," bisik Lysandra. "Aku tidak merasakan bayanganku sendiri."

​Mereka menyelinap melalui saluran pembuangan, yang terasa dingin dan kotor, dan berhasil masuk ke bawah dinding benteng Nexus tanpa terdeteksi.

​Di Bawah Istana Varun

​Setelah menelusuri lorong bawah tanah, Aether-Kail membimbing mereka ke pintu baja yang terkunci di bawah Istana Dewan Tertinggi.

​"Di baliknya adalah Ruang Takdir, tempat Varun menyembunyikan Cermin itu," bisik Ghoki. "Kaelen, bisakah kau membukanya?"

​Kaelen mencoba mendorong, tetapi pintu itu dilindungi oleh Esensi Perlindungan Ajaib yang tebal.

​Ghoki meraih Aether-Kail. Ia tidak punya waktu untuk memancing kunci atau menghancurkan pintu.

​Aku memancing... Esensi Kerentanan pada pintu ini.

​Ia menarik. Seketika, Esensi Perlindungan pada pintu itu runtuh. Kaelen mendorong pintu itu, dan pintu baja tebal itu terbuka dengan bunyi gesekan yang keras.

​Mereka memasuki ruangan batu yang gelap. Di tengahnya, berdiri di atas pedestal kristal, adalah Alat Surgawi terakhir: Cermin Kebenaran. Cermin itu bundar, memancarkan cahaya putih yang kuat, dan tidak menunjukkan pantulan, melainkan menunjukkan Kebenaran Sejati dari siapa pun yang berdiri di depannya.

​Tiba-tiba, lampu obor menyala, menerangi ruangan itu.

​Lord Varun, Chancellor Amarasana, berdiri di ujung ruangan. Di sebelahnya adalah Kapten Penjaga yang melacak Ghoki di Nexus.

​"Selamat datang, Ghoki Limana," kata Varun, suaranya licin dan penuh ejekan. Varun mengenakan jubah hitam mewah dan memiliki aura Esensi Ambisi Absolut yang mengerikan.

​"Aku tahu kau akan datang. Kau adalah benang takdir yang paling menarik, Ghoki. Kau mengumpulkan mainan-mainanku untukku." Varun tersenyum licik. "Kau memiliki enam alat di gada perisaimu, Ghoki. Tapi aku punya yang paling penting di tanganku."

​Varun menunjuk Cermin Kebenatan. "Dengan Cermin ini, aku akan melihat Simpul Takdir Amarasana yang sesungguhnya. Dan dengan enam Alat Surgawi darimu, aku akan memotong simpul itu dan menulis ulang Amarasana sebagai milikku. Kapten!"

​Kapten Penjaga maju. "Bawa anak itu padaku. Dan ambil kembali artefak yang telah dicurinya!"

​Kaelen dan Lysandra melompat maju, siap bertarung. Ghoki tahu ini adalah pertarungan terakhir dan paling berbahaya.

​"Lindungi aku!" teriak Ghoki. Ia tahu satu-satunya cara untuk menang adalah dengan mengamankan Cermin itu, dan satu-satunya cara untuk mengamankan Cermin itu adalah dengan memancingnya.

​Ghoki melepaskan Aegis-Manta (yang kini memancarkan Esensi dari enam alat), lalu meraih Aether-Kail dengan kedua tangan.

​Ghoki mengayunkan kailnya, mengincar Cermin Kebenaran.

​Aku memancing... Cermin Kebenaran!

​Benang Takdir melesat. Varun tertawa, "Kailmu tidak akan bisa menarik Cermin yang aku lindungi dengan mantra Esensi!"

​Varun merentangkan tangannya, melepaskan gelombang Esensi Perlindungan. Tetapi Ghoki tidak menarik Cermin itu secara langsung. Ia menarik Esensi Kekuatan Tarik Diri dari Cermin itu sendiri.

​Cermin Kebenaran adalah alat yang harus menunjukkan kebenaran. Ia memiliki keinginan untuk menunjukkan realitas. Ghoki memancing keinginan itu.

​Cermin itu bergetar hebat, mencoba melepaskan diri dari Varun, didorong oleh kekuatan Aether-Kail. Varun berteriak kesakitan, Esensi Perlindungannya runtuh.

​Namun, sebelum Cermin itu sempat dilepaskan, Varun menoleh ke Ghoki. "Jika aku tidak bisa mendapatkan Alat-Alat itu, maka aku akan menghancurkan Penenunnya!"

​Varun mengaktifkan mantra gelap. Sebuah pusaran Esensi Kegelapan murni melesat ke arah Ghoki.

​Ghoki tahu ia tidak bisa memblokir serangan itu. Ia harus mengorbankan artefaknya.

​Ia menarik Cermin Kebenaran dengan kekuatan terakhir, dan sebelum serangan Varun mengenainya, Ghoki meraih Aegis-Manta dan mengarahkan Cermin itu ke Gada Perisai.

​Cermin Kebenaran menyatu dengan Gada. Dalam ledakan cahaya putih yang menyilaukan, Tujuh Alat Surgawi menyatu, menciptakan Gada Takdir yang lengkap.

​Pusaran kegelapan Varun menghantam Ghoki, tetapi Gada Takdir mengeluarkan perisai energi yang tak tertembus, memblokir serangan itu.

​Ghoki, yang kini memegang Gada Takdir yang lengkap dan Aether-Kail, berdiri tegak, memancarkan aura Esensi yang luar biasa. Pertarungan sebenarnya dengan Varun baru saja dimulai.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!