Christian Edward, seorang yatim piatu yang baru saja menginjak usia 18 tahun, dia harus keluar dari panti asuhan tempat ia di besarkan dengan bekal Rp 10 juta. Dia bukan anak biasa; di balik sikapnya yang pendiam, tersimpan kejeniusan, kemandirian, dan hati yang tulus. Saat harapannya mulai tampak menipis, sebuah sistem misterius bernama 'Hidup Sempurna' terbangun, dan menawarkannya kekuatan untuk melipatgandakan setiap uang yang dibelanjakan.
Namun, Edward tidak terbuai oleh kekayaan instan. Baginya, sistem adalah alat, bukan tujuan. Dengan integritas yang tinggi dan kecerdasan di atas rata-rata, dia menggunakan kemampuan barunya secara strategis untuk membangun fondasi hidup yang kokoh, bukan hanya pamer kekayaan. Di tengah kehidupan barunya di SMA elit, dia harus menavigasi persahabatan dan persaingan.sambil tetap setia pada prinsipnya bahwa kehidupan sempurna bukanlah tentang seberapa banyak yang kamu miliki, tetapi tentang siapa kamu di balik semua itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BlueFlame, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15. Kemenangan Termanis
Babak kedua dimulai. Suasana di aula berubah. Babak pertama penuh dengan kecepatan dan adrenalin, tapi babak kedua, "Strategic Problem Solving", membutuhkan ketenangan dan kedalaman pemikiran.
Tim Bara, yang sebelumnya penuh percaya diri, kini terlihat kusut. Bara terus-menerus menatap laptopnya, lalu ke arah tim Edward dengan tatapan was-was. Teman-temannya mencoba menenangkannya, tapi kepanikan Bara malah menular pada mereka.
Sebaliknya, tim Edward adalah pilar ketenangan. Edward duduk dengan tenang, tangan di bawah dagu, matanya menatap layar besar yang menampilkan soal pertama. Felix memantau log jaringan di laptop tersembunyi di bawah meja, sementara Sarah sudah mulai membuat diagram alir di tabletnya.
Soal-soal pertama berjalan lancar. Kedua tim berhasil menyelesaikannya dengan baik. Tapi di balik ketenangannya, Felix memberikan kode pada Edward. 'Dia bergerak lagi.'
Edward mengangguk pelan. Dia tahu Bara akan mencoba menggunakan programnya lagi, mungkin kali ini untuk soal yang lebih sulit.
"Soal terakhir babak kedua!" seru pembawa acara. "Ini adalah soal bonus, bernilai 50 poin! Soal ini akan menentukan siapa yang memimpin menuju babak final!"
Layar besar menampilkan sebuah skenario kompleks tentang logistik dan rantai pasokan. Sebuah perusahaan harus mendistribusikan bantuan kemanusiaan ke 5 daerah terpencil dengan kendala waktu, biaya, dan kondisi geografis yang sulit.
"Tim akan diberikan waktu 15 menit untuk memberikan solusi paling efisien!"
Semua tim langsung sibuk. Tim Bara, setelah beberapa saat berdiskusi, langsung mengetikkan jawaban mereka dengan cepat. Mereka terlihat sangat percaya diri. Jelas, mereka mendapatkan "solusi" dari program Bara.
Di meja Edward, suasana berbeda.
"Solusi yang paling jelas adalah rute A-B-C-D-E," kata Sarah cepat. "Tapi itu terlalu mudah. Ada jebakannya."
Edward menatap peta di layar. "Felix, coba cek log jaringan Bara. Apakah ada akses ke database eksternal selain server juri?"
Felix mengetik cepat, matanya melebar. "Ada! Dia mengakses sebuah server cloud pribadi sesaat sebelum soal muncul. Server itu mengirimkan data ke laptopnya."
"Mereka dapat jawaban tadi dari program itu?" kata Edward. "Tapi jawaban dari program hanya seefisien algoritmanya. Program tidak bisa berpikir di luar kotak."
Edward menatap Sarah. "Apa yang tidak terlihat dari soal ini?"
Sarah mengerutkan kening, lalu matanya berbinar. "Cuaca! Soal ini menyebutkan 'kondisi geografis sulit', tapi tidak spesifik. Tapi kalau kita cross-check dengan data cuaca satelit dari arsip yang kita punya... ada badai tropis yang diperkirakan akan melewati jalur logistik utama ke daerah C dalam 6 jam ke depan. Jalur itu akan ditutup!"
"Bagus," kata Edward. "Solusi mereka akan gagal total di dunia nyata. Kita akan membuat solusi yang berbeda. Solusi yang tidak hanya efisien, tapi juga tepat."
Mereka bekerja dengan kecepatan penuh. Edward merumuskan strategi baru, Sarah menghitung ulang semua variabel, dan Felix mempersiapkan presentasi mereka.
"Waktu habis!" teriak pembawa acara. "Tim Bara, silakan presentasikan solusi kalian!"
Bara berdiri dengan sombong. "Solusi kami adalah rute A-B-C-D-E. Ini adalah rute terpendek dan paling hemat biaya berdasarkan perhitungan algoritma standar. Selesai." Dia terdengar sangat percaya diri, seolah-olah sudah memenangkan kompetisi.
Juri-juri mengangguk-angguk. "Solusi yang logis."
"Sekarang, giliran tim Edward!"
Sarah yang maju untuk presentasi. "Solusi kami berbeda. Kami memilih rute A-D-B-E-C."
Ada desahan di antara penonton. Rute itu terlihat lebih panjang dan tidak logis.
"Kenapa memilih rute yang lebih panjang?" tanya salah satu juri.
"Karena solusi standar mengabaikan satu variabel krusial yaitu cuaca," jawab Sarah dengan percaya diri.
"Berdasarkan data satelit terkini, jalur utama ke daerah C akan terkena badai dalam 6 jam. Meskipun rute kami terlihat lebih panjang, tapi ini adalah satu-satunya rute yang memastikan semua bantuan sampai tepat waktu dan aman. Kami memprioritaskan keberhasilan misi, bukan sekadar efisiensi di atas kertas."
Seluruh aula terdiam. Juri-juri saling pandang, kagum.
"Luar biasa!" kata ketua juri. "Analisis yang sangat mendalam dan berpikir jauh ke depan! Tim Edward mendapat poin penuh untuk soal bonus ini!"
Skor di layar berubah drastis.
Tim Bara Setiawan: 135 poin
Tim Christian Edward: 180 poin
Tim Edward kini memimpin dengan selisih yang signifikan.
Wajah Bara menjadi pucat. Dia tidak hanya kalah, dia juga dipermalukan. Solusi "pintar" yang dia dapatkan dari programnya ternyata adalah solusi yang dangkal dan gagal total dihadapan analisis yang sesungguhnya. Dia tidak tahu harus bereaksi bagaimana.
Edward tidak menatapnya. Dia hanya menatap lurus ke depan, wajahnya tenang seolah-olah dia hanya menjawab soal matematika sederhana.
Di tribun, Aurora tersenyum lebar. Ini dia. Cekmate yang sempurna. Edward tidak menuduh Bara curang. Dia hanya membuktikan bahwa kecerdasan asli jauh lebih unggul daripada kecurangan yang dibeli. Dia menghancurkan Bara dengan menggunakan satu-satunya hal yang tidak Bara miliki yaitu kecerdasan.
***
Suasana aula kompetisi terasa tegang. Semua peserta dari berbagai sekolah kini menatap layar besar di depan mereka. Lampu ruangan diredupkan, hanya menyisakan cahaya biru dari monitor yang berbaris rapi di setiap meja tim.
“Selamat datang di babak final,” suara juri utama bergema melalui pengeras suara. “Kali ini, bukan soal cepat tepat seperti sebelumnya. Di babak ini, kalian akan dihadapkan pada tantangan membobol sebuah program keamanan tingkat tinggi. Kalian harus bekerja sama dengan tim untuk menemukan celah sistem dan menembusnya dalam waktu 30 menit. Siapa yang berhasil lebih dulu, dialah pemenangnya.”
Seluruh peserta langsung fokus. Jari-jari mereka siap di atas keyboard, napas ditahan, mata menatap layar dengan serius.
Di sudut ruangan, tim Edward—yang terdiri dari Edward, Felix, dan Sarah—sudah bersiap. Mereka saling menatap, memberi anggukan kecil.
“Targetnya sistem enkripsi tiga lapis,” kata Sarah cepat sambil membuka jendela kode. “Aku urus pemetaan jalur datanya.”
“Aku tangani firewall-nya,” sahut Felix, tangannya mulai bergerak cepat di keyboard.
Sementara itu, Edward hanya tersenyum kecil. Tatapannya tenang, berbeda dari tim lain yang terlihat panik. Ia menatap kode di layar seolah sudah tahu celahnya sejak awal.
“Ada sesuatu di matamu, Ed,” ujar Sarah, setengah curiga. “Kau kelihatan... Terlalu santai.”
Edward menatap layar dan berkata datar, “Karena aku sudah tahu di mana titik lemahnya..”
Felix mendongak. “Kau serius?”
Edward mengangguk pelan. “Percayakan padaku. Kita ambil jalan pintas.”
Suara ketikan mulai mendominasi ruangan. Beberapa tim mulai panik—kode mereka gagal, sistem tidak mau terbuka. Waktu terus berjalan, 20 menit tersisa.
Sementara itu, layar tim Edward menunjukkan progres pesat.
Sarah berkata cepat, “Lapisan kedua sudah terbuka!”
Felix menambahkan, “Firewall stabil—aku amankan jalur masuk!”
“Bagus,” ujar Edward. “Sekarang tinggal satu langkah terakhir.”
Tiba-tiba layar mereka berkedip. Program utama mulai melawan, menampilkan peringatan merah bertuliskan ACCESS DENIED.
Sarah menegang. “Gawat, ada sistem anti-intrusi aktif!”
Edward tersenyum tipis. “Tenang. Itu cuma mekanisme umpan balik. Aku tahu caranya.”
Ia mengetik serangkaian kode panjang tanpa jeda. Layar kembali berkedip—dan dalam hitungan detik, tulisan merah itu berubah menjadi hijau dengan suara beep yang khas.
[ACCESS GRANTED]
Program berhasil dibobol.
“Waktu tersisa 14 menit 38 detik,” kata juri dengan suara penuh takjub. “Tim Edward—selesai lebih cepat dari waktu yang ditentukan!”
Sorak dan tepuk tangan memenuhi aula. Para peserta lain menatap layar mereka dengan campuran kagum dan kecewa.
Felix menepuk bahu Edward. “Kau benar-benar gila, bro. Aku kira tadi kita bakal meledakkan sistemnya.”
Sarah tertawa lega. “Aku bahkan belum sempat minum airku.”
Edward hanya tersenyum dan bersandar di kursinya. “Yang penting... Kita menang.”
Juri naik ke panggung, membawa mikrofon.
“Selamat kepada Tim Edward! Kalian berhasil membobol sistem dalam waktu kurang dari 15 menit. Sebuah rekor baru dalam sejarah kompetisi ini!”
Tepuk tangan semakin riuh. Para guru dan siswa berdiri memberi penghormatan.
Namun di antara keramaian itu, Edward tetap diam, menatap layar yang kini menampilkan nama timnya dalam huruf besar.
Di balik ketenangannya, ia tahu... kemenangan ini bukan hanya soal kecepatan. Ini juga tentang membuktikan bahwa taktik, kepercayaan, dan ketenangan bisa mengalahkan siapa pun—bahkan Bara sekalipun.
****
Notifikasi dari sistem muncul.
Misi 'Perang Informasi Selesai!
Deskripsi: Anda tidak hanya mengidentifikasi serangan, tapi juga menggunakannya untuk mengalahkan musuh dengan cara yang elegan. Anda telah membuktikan bahwa integritas dan kecerdasan adalah senjata terbaik.
Hadiah:
- Rp 10.000.000 telah ditambahkan.
- Bonus: Kemenangan psikologis mutlak. Kredibilitas musuh hancur.
- Hadiah Skill Baru: [Aura Kepemimpinan (Level 1)] - Kehadiran dan kata-kata Anda secara alami akan memiliki bobot lebih, membuat orang lain cenderung mendengarkan dan mengikuti arahan Anda.
[Saldo saat ini: Rp 199.980.000]
Edward merasakan perubahan halus dalam dirinya. Skill Aura Kepemimpinan itu tidak terasa seperti kekuatan super, tapi lebih seperti keyakinan diri yang mendasar yang merembes ke dalam setiap gerakannya.
Dia melihat ke arah Bara yang duduk di kursinya dengan kepala tertunduk, dikuntit oleh teman-temannya yang kecewa. Perang sudah selesai. Edward menang tanpa harus melontarkan satu pun tuduhan.
Dan baginya,itu adalah kemenangan termanis.
semangat thorrrr
semoga chp kedepannya bisa di lingkungan yg lebih luas, semangat thorr