NovelToon NovelToon
REINKARNASI BERANDALAN

REINKARNASI BERANDALAN

Status: tamat
Genre:Kebangkitan pecundang / Action / Time Travel / Romansa / Reinkarnasi / Mengubah Takdir / Tamat
Popularitas:252
Nilai: 5
Nama Author: andremnm

Arya Satria (30), seorang pecundang yang hidup dalam penyesalan, mendapati dirinya didorong jatuh dari atap oleh anggota sindikat kriminal brutal bernama Naga Hitam (NH). Saat kematian di depan mata, ia justru "melompat waktu" kembali ke tubuh remajanya, 12 tahun yang lalu. Arya kembali ke titik waktu genting: enam bulan sebelum Maya, cinta pertamanya, tewas dalam insiden kebakaran yang ternyata adalah pembunuhan terencana NH. Demi mengubah takdir tragis itu, Arya harus berjuang sebagai Reinkarnasi Berandalan. Ia harus menggunakan pengetahuan dewasanya untuk naik ke puncak geng SMA lokal, Garis Depan, menghadapi pertarungan brutal, pengkhianatan dari dalam, dan memutus rantai kekuasaan Naga Hitam di masa lalu. Ini adalah kesempatan kedua Arya. Mampukah ia, sang pengecut di masa depan, menjadi pahlawan di masa lalu, dan menyelamatkan Maya sebelum detik terakhirnya tiba?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon andremnm, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 8. bom waktu...

Motor Dion melaju kencang menjauh dari Jembatan Pelabuhan Lama, meninggalkan Komandan Jaya dan Bargas yang terpaku di tengah jembatan. Udara subuh di Kota Cakra Manggala terasa dingin, namun suhu tubuh Arya terasa membara karena adrenaline dan rasa sakit.

Maya mencengkeram erat Arya di belakangnya, terisak lega sekaligus ketakutan. Ayahnya sudah aman, tetapi kini mereka buronan paling dicari oleh Naga Hitam.

Dion: (Berteriak melawan angin) "Kita ke mana, Arya?! Kita harus lari ke luar kota!"

Arya: (Menahan rasa sakit di kakinya) "Ke bengkel! Kita butuh Daftar Hitam yang asli! Kita harus menggunakannya sekarang!"

Mereka melesat kembali ke Bengkel Sinar Harapan.

Sementara itu, di tengah Jembatan Pelabuhan Lama, fajar menyingsing di atas Komandan Jaya dan Bargas.

Komandan Jaya, setelah memastikan Arya dan Maya lolos, memegang erat buku yang basah dan berdarah itu. Ia yakin kemenangan sudah di tangannya.

Komandan Jaya: "Bargas, mobil! Cepat! Kita kembali ke markas. Kita sudah menang."

Bargas: (Menggerutu) "Anak itu membuatku marah. Aku harusnya membunuhnya saat di gudang."

Komandan Jaya mengabaikan Bargas. Ia membuka buku itu. Mata Komandan Jaya yang haus akan kekuasaan memindai halaman pertama. Ia melihat tulisan tangan yang rapi—tulisan tangan perempuan—dan noda darah yang identik.

Halaman kedua. Halaman ketiga. Semuanya tampak meyakinkan.

Namun, saat Komandan Jaya membalik ke halaman keempat, senyumnya menghilang. Halaman itu tidak lagi berisi paragraf berharga. Halaman-halaman berikutnya hanya berisi daftar nama acak, angka-angka fiktif, dan beberapa coretan tak berarti.

Komandan Jaya: (Berbisik, tidak percaya) "Tidak mungkin..."

Ia merobek salah satu halaman. Kertasnya robek dengan mudah, teksturnya terlalu rapuh, dan bau adonan oli serta bubuk kopi menusuk hidungnya. Itu adalah kertas koran lama yang diolah.

Komandan Jaya: (Mengaum, amarahnya meledak) "TIPUAN! BOCAH SIALAN ITU MENIPU KITA!"

Bargas membeku. "Palsu? Dia memberimu barang palsu?!"

Komandan Jaya mencampakkan buku itu ke jembatan. Wajahnya merah padam. Komandan Jaya: "Dia mengulur waktu! Dia mempertaruhkan hidup gadis itu hanya untuk mengelabui kita! Cari dia! Cari di seluruh Kota Cakra Manggala! Siapkan semua orang! Sarana Biru harus siaga! Aku ingin bocah itu dan gadisnya mati sebelum matahari berada di atas kepala kita!"

Bargas: "Kita tahu di mana gadis itu tinggal, Bos! Dia pasti kembali ke sana!"

Komandan Jaya: "Tidak! Dia tidak bodoh! Dia pasti pergi ke tempat tersembunyi. Tempat yang hanya diketahui oleh orang-orang buangan. Cari tahu siapa teman-teman dekat si bocah tukang lari itu!"

Bargas segera mengeluarkan ponsel dan menelepon jaringan informan mereka.

Sementara itu, Arya, Maya, dan Dion tiba kembali di Bengkel Sinar Harapan. Dion segera menutup pintu dan mengunci ganda.

Arya: (Terhuyung ke kursi, mendesak Dion) "Cepat, Dion! Daftar Hitam yang asli! Keluarkan!"

Dion berlari ke gudang belakang dan kembali dengan buku bersampul kulit hitam itu. Buku itu kering dan aman, menunggu untuk digunakan.

Arya: (Mencengkeram buku itu, matanya tajam) "Kita tidak punya waktu. Komandan Jaya sudah tahu dia tertipu. Seluruh kota akan menjadi neraka dalam satu jam ke depan. Maya, ambil uang tunai. Dion, siapkan motor. Kita harus pergi."

Maya: "Pergi ke mana? Mereka akan memblokir semua jalan keluar!"

Arya: "Kita tidak akan lari ke luar kota. Kita akan lari ke dalam, ke tempat yang tidak akan mereka pikirkan. Tapi pertama, kita hancurkan mereka."

Arya mengambil ponsel Dion. Ia memotret setiap halaman 'Daftar Hitam' yang asli, memastikan setiap data vital terekam.

Arya: "Aku akan mengirim ini ke semua email yang bisa kutemukan. Email kantor polisi, email musuh Naga Hitam, bahkan alamat email redaksi berita di Kota Cakra Manggala dan ibu kota. Begitu ini menyebar, Komandan Jaya dan Naga Hitam akan sibuk berperang dengan seluruh dunia. Kita akan menghilang dalam kekacauan itu."

Dion: "Itu gila, Arya! Itu akan membuat kekacauan besar di seluruh kota!"

Arya: "Kekacauan adalah perlindungan kita. Tapi kita harus meninggalkan satu pesan khusus."

Arya membuka ponselnya lagi, mengirim pesan singkat ke Komandan Jaya.

Pesan: Nikmati hadiah pagi Anda, Komandan. Ini bukan lagi permainanmu. Sampai jumpa di masa depan.

Di dalam Bengkel Sinar Harapan, ketegangan mencapai puncaknya. Cahaya fajar mulai menyusup dari sela-sela rolling door. Arya, didukung oleh Maya, menekan tombol 'kirim' di ponsel Dion.

Ratusan email yang berisi foto-foto resolusi tinggi dari setiap halaman 'Daftar Hitam' yang asli mulai menyebar ke seluruh Kota Cakra Manggala dan sekitarnya.

Arya: (Menghela napas lega, namun penuh rasa sakit) "Selesai. Bom waktu sudah aktif."

Dion: "Sekarang apa? Kita harus lari! Mereka akan tahu kita yang melakukannya!"

Arya: "Kita sudah telat untuk lari. Sekarang kita harus menghilang. Dion, kau bilang mereka akan memblokir semua jalan keluar. Jadi kita tidak keluar."

Maya: "Tidak keluar? Lalu kemana?"

Arya: "Ke dalam. Ke jantung Kota Cakra Manggala. Bargas tidak akan pernah menduga kita bersembunyi di keramaian. Kita akan menggunakan jalur kereta api tua."

Jalur kereta api tua. Jalur yang sudah tidak terpakai, membelah kota, dan sering digunakan untuk angkutan ilegal atau jalur tikus.

Arya: "Jalur itu bermuara di terowongan bawah tanah yang menuju ke stasiun lama. Di sana, kita bisa menemukan jalan keluar yang tidak terpikirkan oleh Naga Hitam."

Dion: "Itu berbahaya, Arya! Terowongan itu labirin!"

Arya: "Itu adalah labirin yang akan melindungi kita. Sekarang, kita harus mengubah penampilan."

Arya menanggalkan jaket Parade Malam-nya yang robek dan berdarah. Maya memberinya hoodie lama dari tas mobilnya. Dion memberikan baseball cap miliknya. Mereka mengenakan pakaian yang tidak mencolok, menyamarkan diri menjadi warga biasa Kota Cakra Manggala.

Arya: "Dion, motor ini terlalu mencolok. Sembunyikan. Ambilkan kita tiga sepeda tua. Kita akan bergerak di jalur yang tidak bisa dilalui mobil Naga Hitam."

Dion bergegas mengambil tiga sepeda tua dari tumpukan rongsokan.

Tepat pukul 06:15 pagi, ponsel di bengkel itu mulai berdering tanpa henti—telepon masuk, notifikasi pesan, dan berita. Dunia maya di Kota Cakra Manggala baru saja meledak.

Dion: (Melihat ponselnya, matanya lebar) "Astaga, Arya! Berita! Mereka sudah membahas Daftar Hitam itu! Ada foto-foto di semua platform! Mereka menyebut ini pengkhianatan terbesar dalam sejarah perdagangan gelap kota!"

Arya: (Berdiri, dibantu oleh Maya) "Bagus. Kekacauan sudah dimulai. Komandan Jaya sekarang bukan hanya mengejar kita. Dia harus berperang dengan kepolisian dan juga musuh lamanya."

Tiba-tiba, suara sirene mobil polisi meraung-raung dari kejauhan.

Maya: "Polisi! Mereka datang!"

Arya: "Bukan untuk kita. Tapi untuk Naga Hitam. Ini adalah efek domino. Sekarang, pergi!"

Arya, Maya, dan Dion mendorong sepeda-sepeda tua itu keluar dari pintu belakang bengkel, menuju gang-gang sempit Kota Cakra Manggala yang masih sepi. Mereka meninggalkan semua jejak, termasuk Bengkel Sinar Harapan yang kini berpotensi menjadi target amukan Naga Hitam.

Arya tahu, setiap detik sangat berharga. Naga Hitam akan segera menyadari pola pikir Arya. Mereka akan mengejar ke bengkel Dion.

Arya: (Mengayuh sepeda dengan kaki yang sakit, dibantu oleh dorongan dari Maya) "Ikuti aku! Jalur kereta api tua!"

Mereka membelok ke jalan setapak yang ditumbuhi rumput liar—jalur kereta api tua. Di belakang mereka, sirene polisi semakin mendekat, bercampur dengan suara raungan mobil yang marah.

Mereka tahu Bargas dan anak buahnya sedang dalam perjalanan. Mereka harus mencapai terowongan itu sebelum Naga Hitam mengepung jalan keluar terakhir mereka.

1
Calliope
Duh, hati jadi bahagia setelah selesai baca karya ini!
andremnm: makasih🙏🙏
total 1 replies
Deqku
Aku jatuh cinta dengan ceritamu, tolong update sekarang juga!
andremnm: makasih ya
total 1 replies
tae Yeon
Terlalu emosional, sampai menangis.
andremnm: makasih 🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!