Kehilangan akibat peperangan dari pengkhianatan. Membuat Hui Wen juga tiada pada akhirnya. Tapi keinginan yang belum tercapai membawa keluarganya ke dalam kedamaian membuat Hui Wen justru terpanggil ke masa yang begitu jauh dibandingkan masa kelahirannya.
Hui Wen terbangun di raga seorang putri kaya yang ceroboh, b0doh dan suka foya-foya. Akankah Hui Wen dapat beradaptasi dengan cepat dan menjadikan keluarga itu seperti yang diinginkannya?
"Aku harus merubah pesona gadis ceroboh ini!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Nilam Sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dibalik Bayangan
"Tidak apa. Aku tidak apa. Hanya luka kecil." Jelas Sera cepat, dia buru-buru untuk berdiri dan Alex dengan cepat membantunya.
"Kita kerumah sakit ya?"
"Tidak! Tidak perlu!" Tolak Sera.
"Ya sudah, ke apotek! Dan tidak ada penolakan!" Ujar Alex tanpa bantahan.
"Baiklah." Sera setuju.
**************
"Jadi, begitu Om." Jelas Alex yang menceritakan semuanya.
"Anggap saja ini peringatan. Menjelang pertunangan dan juga ujian, kau jangan menemui Sera dulu." Ujar Xavier.
Alex diam sejenak, matanya menoleh pada pria paruh baya itu. "Aku tau Om merasa khawatir. Baiklah, aku akan lakukan."
"Bagus! Kalau kau tidak terluka kau bisa pulang kan?"
"Iya Om. Aku pulang dulu, salam untuk semuanya."
"Ya. Untuk keluarga mu juga." Alex meninggalkan mansion keluarga Sera. Dan Xavier melihatnya dari posisinya.
"Sudah selesai?" Tanya Xavier, Lea yang baru saja keluar dari kamar Sera terkejut.
"Iya, dia sudah tidur." Ujar Lea menutup pintu dengan hati-hati.
Xavier maju dan membuka pintu kamar Sera. Lea dibuat terkejut, tapi tak lama.... Karena dia tau, suaminya mengkhawatirkan putri mereka. Manik Xavier melihat Sera yang mulai terlelap di ranjangnya.
"Apa?" Tanya Xavier melihat senyuman manis istrinya.
"Kau khawatir kan?"
"Aku hanya memeriksa. Kau tau, dia sering berulah." Jawabnya.
"Jangan mengelak. Aku bisa melihatnya." Ujar Lea menatap wajah suaminya.
"Buatkan aku kopi lagi." Pinta Xavier cepat.
"Yang tadi masih ada." Ujar Lea.
"Sudah dingin, aku mau yang baru." Lea tersenyum dan terkekeh kecil, dia tau suaminya sedang mengelak saat ini.
"Baiklah, aku akan bawa ke kamar....."
"Ruang kerja, aku tunggu di sana." Jelas Xavier segera berlalu.
"Dasar, aku tau .... Kau mengkhawatirkan putri kita. Aku berharap, jarak yang sebelumnya tercipta akan terkikis. Dan kembali seperti semula." Harap Lea yang meninggalkan kamar putrinya.
Merasa dan mendengar tidak ada lagi suara langkah kaki atau yang lainnya. Sera langsung mengunci pintu kamarnya, tidak semudah dan secepat itu Sera tidur, dia harus memastikan sesuatu. Setelah mengunci pintu kamarnya, dia membuka lemari pakaiannya. Memeriksa sesuatu, dan tak lama bibirnya tersenyum tipis.
"Seperti dugaan ku. Akhirnya! Memang, orang yang berhati busuk tidak akan tahan untuk tidak merusak!" Jelas Sera menatap pakaian yang rusak itu.
"Tapi sayang sekali.... Meleset lagi! Merlin, kau pasti merasa senang bukan. Tapi bukan! Kau kalah lagi! Dan akan terus kalah! Hingga beberapa hari kemudian. Akan lebih baik, kombo antara tes DNA itu dengan perbuatan mu kali ini."
********************
Aroma yang menenangkan menusuk penciuman Xavier, pria itu duduk di sofa tanpa laptop ataupun berkas yang seperti biasanya Lea lihat.
"Sudah selesai? Pekerjaan mu sudah selesai?" Tanya Lea sambil menyajikan kopi hangat itu.
"Ya. Sudah." Jawab Xavier, dia mengambil cangkir berisi minuman hitam kesukaannya dan menyeruput nya. Lea merapikan kotak snack yang ada dimeja.
"Kau habiskan Snack nya. Tumben sekali. Apa kau lapar vier?" Tanya Lea menutup tutup botol Snack yang tidak tersisa lagi.
"Ya. Aku merasa lapar dan juga haus." Jawabnya.
"Aku akan buatkan sesuatu. Bagaimana kalau spaghetti carbonara?" Tawar Lea.
"Bagaimana kalau susu dan juga kue manis!" Ujar Xavier meletakkan cangkir kopi dan menarik tangan istrinya.
"Tumben sekali. Kau ingin makanan yang manis." Pikir Lea menatap wajah suaminya.
"Baiklah, aku akan...... Vier!" Lea terduduk di paha suaminya.
"Kalau begini, tidak ada kue ataupun susu!" Ujar Lea karena tingkah suaminya.
"Lea, aku......"
"Vier, aku ingin bicara sesuatu." Xavier menahan kata-katanya dan mengangguk.
"Kita sudah melihat perubahan putri kita Sera. Aku harap, jangan bertindak keras seperti biasanya. Hmmmm, bisakan?"
"Kau tau Lea, aku masih merasa dia.... Belum sepenuhnya berubah."
"Aku tau, tapi kalau dia tidak melakukan kesalahan, jangan bertindak keras. Ya?"
"Kau merasa Sera sudah berubah?" Lea mengangguk yakin. "Aku yakin, dia adalah putri kita. Aku bisa merasakannya. Meksipun, rasanya seperti keajaiban." Jelas Lea.
"Baiklah, kita akan lihat bersama-sama." Jelas Xavier pada akhirnya.
"Aku tau! Suamiku ini..... Muach!" Lea mengecup pipi Xavier membuat pria itu terkekeh.
"Kita juga sudah mulai melakukan persiapan untuk pertunangan bukan?" Ujar Lea.
"Iya, tentu saja. Kita sudah mulai, kau lupa?" Lea tertawa kecil sambil menyandarkan kepalanya di bahu Xavier.
"Kau bisa memeriksa persiapan nya di hotel. Dan...." Pembicaraan keduanya terhenti saat mendengar sesuatu.
"Aku akan lihat dulu. Mungkin anak-anak?" Tebak Lea yang beranjak dari pangkuan Xavier.
Lea mengeluarkan kepalanya melihat keadaan. "Biarkan saja, mereka sudah besar. Bisa sendiri." Ujar Xavier tiba-tiba.
"Kau mengejutkan ku!" Ujar Lea melayangkan tatapan mata kesal nya.
"Sudahlah! Biarkan saja! Tidak ada yang kesini. Semua pelayan sudah hilang beberapa jam lalu. Kamar anak-anak juga di lantai dua, sekarang hanya kita....." Xavier merengkuh pinggang Lea yang tenggelam pada sepasang tangannya.
"Susu yang kau maksud apa......" Lea tidak melanjutkan kata-katanya saat merasakan hembusan napas Xavier di kulit nya. Tepatnya, berada di belahan indah itu.
"Ya, kau cukup lama memahaminya sayangku. Kita sudah cukup lama tidak seperti ini. Aku merindukanmu!" Xavier mengecup belahan itu, pakaian tidur yang Lea gunakan membuatnya leluasa.
Lea juga merindukan momen ini. Pernikahan mereka yang berjalan 23 tahun tidaklah mudah." Aku juga. Hari ini kau tidak sibuk ternyata."
"Tidak, dan mungkin beberapa hari kedepannya." Xavier mengangkat wajahnya dan pandangan mereka bertemu.
"Lea......" Tangan Xavier bermain lembut di wajah cantik yang teduh itu. "Kau tetap cantik dan sama seperti saat kita bertemu. Lea, aku masih ingat!"
"Kau juga, masih gagah dan kekar dengan lengan kekar dan bahu mu yang lebar ini. Aku suka vier." Kening keduanya menyatu dengan deru nafas yang saling terdengar bersahutan.
"Lea, kau membuat ku gila!" Lea memejamkan matanya saat merasakan permainan kecil Xavier di bongkahan nya. Tak lama, bibir mereka mulai menyatu saling menyalurkan perasaan yang semakin tumbuh setiap waktu yang mereka lewati. Bayangan mereka tercipta dibalik lampu temaram itu. Tanpa mereka sadari, ada sepasang mata yang menatap dengan kebencian bercampur dengan h@srat.
Bersambung......
Jangan lupa like komen dan favorit serta hadiahnya ya terimakasih banyak 🥰 🥰 🙏
semoga ketahuan n di gagalin