Love And Revenge

Jack terperanjat ketika Mark, anak buahnya yang ia tugaskan untuk mengawasi Evelyn, datang membawa kabar mengejutkan.

"Apa? Ada yang menyerang Evelyn?" suara Jack terdengar keras, sorot matanya tajam penuh rasa keterkejutan.

Mark mengangguk cepat. "Iya, Tuan. Orang itu bergerak ketika Tuan Jacob tidak ada di rumah."

Jack merapatkan rahangnya dengan wajah yang tegang. "Siapa dia? Dan, kenapa dia menyerang Evelyn? Apa mungkin dia juga ..."

Mark menggeleng cepat, memotong dengan hati-hati. "Maaf, Tuan. Untuk hal itu, saya tidak tahu karena, tidak lama setelah kejadian, Tuan Jacob dan Dean datang. Dan, orang itu berhasil melarikan diri. Tapi ... " Mark merogoh ponselnya, lalu menyerahkannya pada Jack. "Saya sempat mengambil fotonya."

Jack menerima ponsel itu, menatap layar dengan seksama. Foto itu buram, tertutup bayangan malam. Namun, ada sesuatu yang familiar, membuat alis Jack berkerut dalam. "Dia seperti ... LV?" gumamnya tidak percaya.

Mark mengangguk pelan. "Saya juga berpikir begitu, Tuan. Tapi, rasanya mustahil, bukan? Mungkin seseorang hanya menggunakan identitas LV untuk menyerang Nona Evelyn."

Jack terdiam lama. Rasa penasarannya semakin memuncak. Jelas, orang itu bukan LV. Tapi, kenapa dia menyerang Evelyn? Dan, kenapa orang itu menyamar sebagai LV? Apa tujuannya? Apa untuk memancing Jacob? Tapi, pada saat itu Jacob tidak ada di rumah. Jadi, target utamanya jelas Evelyn.

Jack mengembuskan napas panjang. "Apa ada petunjuk lain?"

"Tidak, Tuan. Saat itu Dean langsung mengejarnya. Jadi, saya hanya bisa mengamati dari jauh," jawab Mark dengan nada menyesal.

Jack mengangguk pelan. Matanya kembali jatuh ke foto buram itu, seolah mencoba mencari jawaban di balik kabut gelap yang menutupi wajah orang itu. Sampai terdengar suara ketukan pintu, membuat Jack mendongak saat anak buahnya masuk dan menunduk. "Ada apa?" tanyanya dingin.

"Maaf, tuan. Ada seorang wanita yang ingin bertemu dengan Anda. Katanya, dia mempunyai informasi tentang Nona Evelyn."

Mata Jack membesar. Ia segera bangkit dari kursinya, diikuti Mark. Langkahnya cepat menuju ruang tamu.

Sesampainya di sana, pandangannya tertuju pada sosok wanita yang berdiri membelakanginya, menatap keluar jendela.

Jack menyipitkan mata penuh rasa waspada. "Siapa kau?" tanyanya tajam.

Wanita itu tidak segera menjawab. Ia berbalik perlahan, dengan senyum miring yang terukir di bibirnya.

"Hai, Jack. Lama tidak bertemu," ucapnya dengan suara yang terdengar tenang.

Jack mengerutkan kening, mencoba mengingat-ingat wajahnya. "Apa kita pernah bertemu sebelumnya?"

Wanita itu berjalan anggun menuju sofa, lalu duduk seolah rumah itu miliknya sendiri. "Entahlah. Aku tidak yakin. Tapi, sepertinya belum."

Jack menajamkan tatapan. "Kalau begitu, bagaimana kau tahu namaku? Dan ... bagaimana kau tahu aku ada di sini?"

Wanita itu terkekeh pelan. "Itu bukan hal yang sulit bagiku, Jack." Ia mencondongkan tubuh sedikit ke depan, dengan tatapan yang menusuk. "Yang jelas, aku datang untuk satu alasan, untuk mengajakmu bekerja sama. Bagaimana?"

...****************...

Jacob membuka pintu dan melihat Evelyn yang masih tertidur. Napasnya tenang, rambutnya sedikit berantakan di bantal. Jacob masuk perlahan, hampir dengan langkah pelan, lalu, meletakkan nampan berisi makanan di nakas dengan gerakan lembut agar tidak menimbulkan suara yang bisa membangunkan wanita itu.

Ia berdiri beberapa saat, menatap Evelyn. Ada sesuatu yang muncul di dadanya, perasaan aneh yang sulit diurai. Antara kasihan dan dorongan ingin melindungi. Atau mungkin, perasaan yang lain? Entahlah, ia sendiri tidak tahu. Tapi kemudian, ia menggelengkan kepalanya, mencoba mengusir pikiran itu dan mengingatkan diri sendiri akan tujuannya menyelamatkan Evelyn.

Jacob membuka tangannya, menatap inisial LV yang terukir di telapaknya. Jari-jari itu kembali mengepal, urat di lehernya mulai menegang.

"Aku pasti akan menemukanmu, LV," desisnya. Ia mengatur napas, lalu mundur perlahan menuju pintu.

Saat terdengar suara pintu tertutup, Evelyn membuka matanya. Perlahan ia bangun, melihat makanan di atas nakas.

"Kau mencari LV? Kau sudah bertemu dengannya. Lalu, apa yang akan kau lakukan, Jac?" gumamnya.

Dia menoleh ke arah jendela saat mendengar deru mobil. Lalu, ia berjalan mendekat, berdiri di dekat jendela untuk memastikan Jacob sudah pergi. Baru setelahnya, tangannya meraih tas kecil di bawah ranjang. Dengan gerakan cepat, ia mengeluarkan sebuah flashdisk, menatapnya lama, lalu menggenggamnya erat.

Ingatannya kembali pada kejadian semalam, dimana orang yang menyamar sebagai LV, datang dan menyerang nya.

"Apa dia datang untuk mencari ini? Tapi, dia tidak menanyakannya," gumamnya dengan. wajah yang mengeras. Logikanya mulai mencoba merajut berbagai kemungkinan. Jika, orang itu anak buah Jack, pasti flashdisk ini yang dicari. Namun, orang itu justru menyerangnya langsung, tanpa menyinggung barang itu. Apakah tujuan orang itu adalah membunuhnya? Atau, ada permainan lain? Dan, untuk apa dia menyamar sebagai LV?

Begitu banyak pertanyaan-pertanyaan di benak Evelyn. Selama ini, ia tidak mempunyai musuh, ia mencoba terlihat hidup biasa di mata orang lain. Tapi, sekarang ia justru dikelilingi tiga orang dan semua menaruh target pada dirinya.

"Aku tidak menyangka, mereka begitu tertarik pada nyawaku. Tapi, aku tidak akan diam saja. Aku harus segera membalaskan dendam ku. Mulai dari kau, Jack," seringai Evelyn.

Ia mengambil ponselnya dan menekan kontak cepat. "Persiapkan semuanya. Dalam waktu dekat, aku akan datang berkunjung." Tanpa menunggu jawaban, Evelyn memutuskan sambungan telepon begitu saja. Ia menatap ponselnya lama, lalu beralih pada ponsel pemberian Jacob.