dunia fanasia. hidup segala macam ras. dari ras manusia, setengah hewan, peri, kurcaci, duyung, iblis, malaikat, bahkan dewa pun ada di dunia ini.
aku adalah dewa perang. tugasku adalah berperang jika tahta dewa di serang, atau jika atasanku menyuruhku turun ke dunia untuk menyelesaikan masalah.
tapi... tak ada masalah yang muncul yang mengharuskan aku turun. dan juga sudah ratusan ribu tahun tak ada yang menyerang tahta dewa. jangankan menyerang, makhluk jaman sekarang bahkan untuk naik ke langit ke tempat tahta dewa mereka tak mampu. aku mulai bosan.
jadi setelah ribuan tahun aku berhasil menciptakan sihir baru, sihir reinkarnasi. akhirnya... selamat tinggal kebosananku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon amar basalamah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
rencana ragas
aku terbangun di kamar mewah. lampu ditenagai batu sihir menyala di atasku. melihat ke sekitar, hanya ada eris dan riska yang sedang tertidur. aku perlahan duduk, tapi karena eris memegang tangan kananku dan riska di tangan kiriku, keduanya bangun bersamaan.
"tuan ragas" ucap keduanya berbarengan.
"sudah berapa lama aku tidur..? ". aku bertanya sambil melangkah menuju jendela. samar-samar aku mendengar suara besi yang saling beradu. begitu sampai di jendela aku melihat sans yang berlatih dengan rud di halaman, mereka menggunakan pedang pendek dan cakar aura padat.
"sudah 3 hari" jawab eris.
"sepertinya perang belum dimulai ya..!? ".
"belum.. tapi sepertinya tidak akan lama".
"riska.. panggil amel, aku ingin berbicara dengannya".
Riska segera pergi mencari amel.
"apa tuan baik-baik saja..? " tanya eris. sepertinya eris khawatir padaku.
"sebenarnya keadaanku tidak terlalu baik, aku bahkan tidak yakin bisa menang melawan opi hanya dengan tangan kosong". terbangun dari tidur bukan berarti aku telah pulih, masih perlu waktu sampai jiwaku stabil.
"kalau begitu lebih baik tuan istirahat kembali".
"sayangnya kita tak punya waktu, karena tak lama lagi monster-monster akan datang kemari".
Pintu terbuka dan ada amel di sana dengan satu kesatria yang menemaninya. aku melihat ada dua kursi di pojok yang menganggur. aku mengarahkan kesana, menembakkan kedua kursi dengan bola manna halus, lalu kedua kursi bergerak mengikuti kemauanku. aku meletakkan kedua kursi saling berhadapan di tengah ruangan dan mempersilahkan amel untuk duduk.
Amel dan kesatria tampak terkejut, bahkan kesatria terlihat berjaga-jaga sambil menggenggam gagang pedang di pinggangnya. dia siap menebaskan pedang jika terjadi suatu masalah.
Aku dan amel duduk saling berhadapan. dia terlihat gugup.
"bisa kau matikan alat sihir di lehermu, itu mengganggu penglihatanku". ketika berbicara aku ingin langsung menatap wajahnya.
"kau sedang bicara dengan tuan putri jaga nada bicaramu". ucap kesatria di samping amel.
"tidak apa, aku yang tidak sopan karena menyembunyikan wajah". amel mematikan alat sihir pada kalungnya. wajah cantiknya langsung terlihat jelas, dengan wajahnya saja sudah bisa ditebak dia adalah bangsawan tinggi.
"jadi apa yang ingin kau bicarakan denganku?" tanya amel.
"dua hari dari sekarang monster akan terlihat dari tembok kerajaan". semua di ruangan itu terkejut.
"bukan kah masih banyak kota disekitar sana, kenapa kau tau kalau monster hanya akan kemari?". amel terlihat tak percaya. wajar saja dia seperti itu. aku tiba-tiba bangun dan mengatakan itu, seakan-akan aku menerima wahyu dari mimpi. tak akan ada yang percaya, namun kejadiannya memang seperti itu. seperi orang suci yang menerima wahyu, aku juga menerima wahyu di alam mimpi, karena sejatinya memang dewa sendiri yang berbicara denganku.
Delos mengatakan labirin itu untukku. jadi dia pasti mengarahkan monster kemari.
"aku menerima wahyu". lagi-lagi semuanya terkejut. hanya orang dengan kepercayaan tinggi yang dapat berbicara dengan dewa, dan diatas itu ada orang suci yang dapat menerima ramalan dan wahyu".
"beraninya kau mengatakan dirimu seorang suci". kesatria di samping amel mencabut pedangnya dan langsung mengarahkannya ke leherku. riska mengeluarkan busurnya, eris siap menembakkan sihir, dan amel ingin menghentikan semuanya. tapi aku lebih cepat dari mereka.
kesatria tiba-tiba tumbang dengan mulut berbusa. aku menggunakan teknik intimidasi untuk menjatuhkannya tanpa bergerak. karena dia hanya kesatria peringkat C jadi itu tidak sulit.
"tenang saja, aku hanya membuatnya pingsan. sekali lagi aku tak peduli jika kau tak percaya. lagi pula jika itu terjadi kerajaan kalian benar-benar akan hancur".
"baiklah..., jadi kau ingin aku memfokuskan semua kesatria hanya di kota saka saja".
"lebih tepatnya aku ingin kalian mengulur waktu" ucapku.
"mengulur.., apa yang kau maksud". sepertinya aku kurang menjelaskan.
"aku akan ikut berperang. tapi aku ingin kau menyiapkan sesuatu sebelum itu".
"dan apa itu... ".
"siapkan 30 ton manna kristal yang belum dimurnikan dalam satu ruangan".
"kau gila, bagaimana caraku mengumpulkannya, dan lagi untuk apa itu". amel sampai berdiri karena marah. mendengar perintah yang tak masuk akal seperti itu pasti dia merasa dirinya dipermainkan.
"itu terserah bagaimana caramu melakukannya. tapi asal kau tau, monster yang hampir membunuhmu dan yang aku lawan, itu bukanlah bosnya".
"tak mungkin.. " gumam eris. dia pasti merasa monster yang kita lawan sangat sulit, tapi itulah faktanya.
"yang kita lawan adalah penjaga bos, monster yang biasa berdiri di sisi bosnya. dan bosnya akan menjadi tiga kali lebih kuat lagi atau lebih. pasukan kesatria pasti akan kalah tapi jika aku selesai menggunakan 30 ton kristal manna aku akan menjamin kemenangan".
"tapi tetap saja kesatriaku akan bisa melawannya, dan kau juga pernah kalah sekali melawan setan. seharusnya aku tak perlu bergantung denganmu". jadi dia ingin mengungkit kekalahanku ya..
"aku akan mengatakan sekali lagi. nasib kerajaan ada di tanganmu, itu tergantung kau percaya padaku atau tidak. sebenarnya aku harus mengatakan ini pada raja, tapi dia belum mengenalku. walau hanya sebentar, tapi aku melihat kau punya kepercayaan yang kuat padaku". aku berdiri meninggalkan amel untuk berdiri menghadap ke luar jendela. aku melihat kota indah, namun kerusuhan terjadi. warga kota panik karena mendengar kabar bencana labirin.
"jika kau mencariku aku ada disini".
Setelah aku mengucapkan itu amel pergi. dia meminta pelayan yang diluar pintu untuk membawa kesatria yang pingsan. hanya tinggal aku, riska dan amel yang ada di ruangan ini.
"tiga puluh ton kristal manna..., apakah tuan bisa memenangkan perang dengan itu?" tanya eris.
"jujur saja.. aku tidak yakin. tapi itu jalan terbaik jika aku harus ikut berperang".
"aku pernah membaca tentang bencana labirin. katanya ada ribuan monster yang keluar dan menyerang secara kelompok" riska ingin mencoba mengkonfirmasi.
"iya.. kau benar".
"kenapa kita tidak pergi saja. geng hembusan angin... aku menyukainya. kita seperti keluarga, berlatih bersama, makan bersama, dan melakukan misi bersama. kita bisa pergi dari sini dan memulainya di kerajaan lain". riska menatap ke bawah. aku tau, dia memohon padaku untuk pergi saja. dia yang dibuang keluarganya mendapatkan keluarga baru. seandainya aku mati, geng hembusan angin mungkin akan bubar.
Tapi percuma, kemanapun aku pergi. monster dari bencana labirin ini pasti akan mengikutiku. karena labirin ini adalah cobaanku. aku bisa saja pergi untuk mengumpulkan kekuatan lebih banyak, tapi.....
Aku adalah dewa perang.
kabur dari perang karena takut mati, itu akan merusak identitasku sendiri. dan aku akan mengalami perubahan karena menyangkal identitasku. perubahan adalah salah satu yang paling ditakutkan dewa setelah kekosongan. dan aku pun takut dengan perubahan. itu akan mengubah gaya berpikir, sifat, dan emosi lainnya sambil mempertahankan ingatan. itu bisa jadi lebih baik, atau malah bisa jadi lebih buruk.
kabur dari perang yang tak bisa aku menangkan, itu masih bisa disebut strategi. tapi di perang ini aku bisa menang. tapi yang tak kusuka, pasti akan banyak korban. ini adalah emosi yang aku dapatkan setelah menjadi manusia, tapi aku menyukainya.
"aku akan tetap disini riska, dan aku pasti akan memenangkan perang ini. kalian boleh meninggalkanku kok, ini bukan misi soalnya". aku pastikan menang. tak ada lagi kesempatan kedua.
"aku akan ikut denganmu apapun yang terjadi" jawab riska.
"a-aku juga disini". eris menambahkan.
"terima kasih teman-teman". padahal belum sampai dua bulan aku hidup di dunia ini. tapi aku sudah merasakan kebahagiaan hangat yang bahkan tak pernah aku rasakan ketika menjadi dewa selama ratusan tahun. bahkan jika aku mati nanti, aku tak akan menyesal telah bereinkarnasi.