NovelToon NovelToon
Merayakan Kehilangan

Merayakan Kehilangan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Raft

Ini tentang gadis ambigu yang berhasil merayakan kehilangannya dengan sendu. Ditemani pilu yang tak pernah usai menyapanya dalam satu waktu.

Jadi, biarkan ia merayakannya cukup lama dan menikmatinya. Walau kebanyakan yang ia terima adalah duka, bukan bahagia.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Raft, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Jatuh hati - 33

...Katanya cemburu itu tanda cinta, ...

...Tapi kalau memang dia bukan takdir kita....

...Cukup ikhlaskan saja, walau itu tidak akan mudah. ...

***

Setelah libur cukup lama, kelas dua belas kembali masuk sekolah dan meramaikan suasana yang sebelumnya tercipta.

Sebenarnya yang mereka lakukan hanya mengerjakan tugas yang belum selesai, sebelum nantinya ujian kelulusan dilaksanakan. Pihak sekolah juga membuka lab komputer bagi mereka yang ingin berlatih kembali agar matang ketika nanti ujian.

Rai dan Lengkara contohnya. Mereka baru selesai mengerjakan laporan keuangan di lab komputer. Dan sekarang mereka tengah berjalan bersama menuju kantin, untuk mengisi perutnya yang keroncongan.

"Gimana caranya biar disukain sama Rey? Kasih tipsnya dong, suhu!"

Lengkara berucap sembari mengikat rambutnya. Dan setelah selesai, ia menatap Rai yang mengerutkan dahinya heran.

"Suhu? Aku sehebat itu, kah?"

Lengkara menjentikkan jarinya dan menjawab dengan antusias. "Iya! Lo bisa buat Rey jadi cowok bucin."

Dari sini, Rai mulai paham dari kata 'suhu' yang Lengkara ucapkan. Tapi masalahnya, ia tidak melakukan apa-apa, suhu dari mananya?

"Tapi aku gak ngapa-ngapain. Jadi ya gak ada tips yang bisa aku kasih."

Dan hal itu mampu membuat Lengkara putus asa. Ternyata bukan karena tindakan, tapi memang Rey menyukai Rai dari hatinya. Kenyataan itu tak bisa membuatnya lari jika Rey memang tak akan pernah menjadi miliknya.

"Buset dah, sepi bener kantin. Tapi bagus, sih! Ayok, Rai! Kita borong semua makanan!" Ucap Lengkara ketika mereka berhasil masuk ke kantin yang luasnya setara dengan dua kelas di sekolah mereka.

Mungkin karena ini masih jam belajar, makanya kantin sesepi sekarang.

Mereka bisa berkunjung ke stand yang diinginkan tanpa berdesak-desakan. Dan setelah berhasil memesan, mereka mulai memilih bangku untuk duduk dan makan dengan tenang.

"Andai aja tiap hari tuh kantin kayak gini. Damai dah kayaknya." Ucap Lengkara yang sedang mengaduk jus jeruknya.

"Kedamaian kayaknya bisa kita dapetin pas udah di akhir aja, ya?"

Pertanyaan Rai ambigu bagi Lengkara. Makanya sekarang ia mengerutkan dahinya. "Gimana, gimana?"

"Ini 'kan tahun terakhir kita sekolah, terus kata kamu kantin ini rasanya damai. Dan kamu baru bisa merasakan kedamaian dari kantin ini ketika akan mengakhiri sekolah. Contoh lainnya mungkin ketika kamu mati, pasti ngerasa damai, 'kan?"

"Ohh, gitu maksudnya. Oke oke, gue ngerti."

Kedua perempuan ini memang tidak terlalu dekat, apalagi cara pikirnya sangat berlawanan. Tapi Lengkara selalu bisa menyelaraskannya, sehingga mereka terlihat seperti teman dekat.

"Ah, males gue, Rai. Ada cucunguk dateng kesini."

Padahal ia sedang enak-enaknya menyantap mie ayam. Malah datang Rindu yang dulu pernah mengusiknya, hanya karena cemburu buta. Membuat malas saja.

Rai yang memang membelakangi posisi Rindu membalikkan badan untuk melihat 'cucunguk' yang Lengkara maksud. Ada Rindu yang berjalan ke arahnya dengan tangan yang dimasukkan ke dalam saku rok abunya.

"Mau ngapain lagi, ya?" Tanya Rai pada dirinya sendiri.

"Lo mau apa kesini? Kalau mau ganggu mending pergi aja, deh!" Lengkara tidak suka dengan kehadiran Rindu. Terlebih lagi ketika adik Angkasa itu mulai duduk di sampingnya.

"Gak ada urusan gue sama lo."

Lengkara melototkan matanya ketika mendengar kata demi kata yang Rindu keluarkan. Kurang asam!

"Tolong bilangin ke Angkasa buat pulang. Gue udah minta tolong sama Rey, tapi masih gagal." Rindu ingat jika Rai tetanggaan dengan Rey. Secara 'kan Kakaknya berada di lingkungan mereka, mungkin saja ketika ia minta tolong kepada mereka, Angkasa mau untuk pulang.

Rai juga sebenarnya bingung kenapa Angkasa hampir setiap hari menginap di rumah Rey. Tapi ketika ingin bertanya, rasanya ia sungkan.

"Iya. Nanti aku bilangin."

Rindu mengangguk. "Thanks."

Lengkara yang mendengar permintaan tolong dari Rindu sedikit tidak percaya. Ia malah mengeluarkan kekehan kecilnya. "Gak salah lo minta tolong sama orang yang disukain Rey? Gak sakit hati lo?"

Rindu mengangkat kedua tangannya di depan dada. Lalu ia menatap Rai cukup lama. "Lo kayaknya bakal kalah sama Zara."

Lengkara yang tau Zara itu siapa menghela napasnya panjang. Itu masa lalu yang seharusnya tidak usah diungkit lagi.

"Lo gak usah bahas masa lalu. Rey juga kayaknya udah lupa sama dia. Udah, sana! Ganggu aja!"

Rindu tersenyum miring untuk mengejek Lengkara. "Kayaknya, ya?" Lalu ia mulai bangkit dari posisinya dan meninggalkan mereka.

"Zara itu siapa?" Tentu saja Rai ingin tau.

"Zara itu sama kayak lo. Cewek yang ditaksir Rey, cuman bedanya, hati Rey udah bener-bener jatuh sama dia."

Lengkara juga heran, kenapa Rey tidak pernah memiliki keberanian untuk mengungkapkan rasanya kepada perempuan yang ia suka? Bahkan kepada Rai juga? Padahal sangat kentara jika Rey menyukai gadis berkacamata yang ada di hadapannya.

"Terus sekarang Zara kemana?"

Lengkara menggeleng. "Katanya sih sekolah di Jerman, ngikut Ayahnya yang emang lahir disana."

Walau hatinya bergejolak tidak terima, ketika tau Zara adalah perempuan yang Rey suka selain dirinya, Rai tetap bertanya lebih dalam untuk menggali keingintahuannya.

"Dia dulu sekolah disini juga?"

"Iya, cuman gak sekelas sama kita."

Tatapan Rai jatuh kepada sendok yang ada di genggamannya. "Kira-kira, dia bakal balik lagi gak, ya?" Suara Rai melirih sekarang, membuat Lengkara memfokuskan tatapannya kepada Rai.

"Lo cemburu?"

Rai sempat tersenyum sebentar. "Kalau Rey emang sukanya sama Zara, aku bisa apa? Kata kamu, hati Rey udah jatuh 'kan sama dia? Kalau dia balik lagi, ya Rey pasti ngungkapin perasaannya, buat apa ditunda lagi?"

Rai hanya tidak suka mendengar ada perempuan lain yang Rey suka. Hatinya juga sudah terlanjur berbunga ketika mengetahui fakta jika Rey menyukainya, lewat pesan singkat yang ia terima.

"It's okay, Rai. Rey pasti udah lupain dia. Keliatan banget kalau orang yang Rey suka sekarang, itu elo. Walaupun gue cemburu ngeliatnya."

Kalimat terakhir Lengkara mampu membuat Rai tertawa. "Maaf, deh."

Lengkara menyusul tertawa setelahnya. "Gak papa. Hati gak bisa dipaksa."

"Gak bisa dipaksa, tapi bisa berusaha."

Lengkara menggerakkan garpunya asal. "Oh, jadi lo nyuruh gue buat berusaha rebut hati Rey dari lo, nih?"

"Kalau bisa."

Entah apa yang lucu, tapi mereka tertawa bersamaan setelahnya.

Rai tau jika Zara adalah masa lalu Rey yang entah sudah dilupakan atau belum. Tapi ia ingin menjadi masa depan yang menghempas masa lalu dengan kenangan yang akan ia buat nantinya. Semoga saja, Rey memang sudah melupakan.

Dan tanpa sadar, hatinya juga sudah jatuh kepada Rey, cukup dalam.

***

^^^31-Mei-2025^^^

1
Zαskzz D’Claret
mampir juga thor😁
Sky blue
Bikin kesemsem berat sama tokoh utamanya.
Febrianto Ajun
karyamu keren banget thor, aku merasa jadi bagian dari ceritanya. Lanjutkan ya!
Tít láo
Gemesinnya minta ampun!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!