NovelToon NovelToon
Pelabuhan Terakhir Sang Sekertaris

Pelabuhan Terakhir Sang Sekertaris

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / CEO / Selingkuh / Cerai / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Kehidupan di Kantor
Popularitas:4.3k
Nilai: 5
Nama Author: Puji170

Shanaya Sanjaya percaya bahwa cinta adalah tentang kesetiaan dan pengorbanan. Ia rela menjadi istri rahasia, menelan hinaan, dan berdiri di balik layar demi Reno Alhadi, pria yang dicintainya sepenuh hati.

Tapi ketika janji-janji manis tersisa tujuh kartu dan pengkhianatan terus mengiris, Shanaya sadar, mencintai tak harus kehilangan harga diri. Ia memilih pergi.

Namun hidup justru mempertemukannya dengan Sadewa Mahardika, pria dingin dan penuh teka-teki yang kini menjadi atasannya.

Akankah luka lama membatasi langkahnya, atau justru membawanya pada cinta yang tak terduga?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puji170, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15

Di Rumah Sakit

Shanaya melangkah keluar dari ruang rawatnya. Ia bosan hanya duduk di ranjang, menunggu Santi yang masih menjalani cuci darah. Padahal kondisinya sudah membaik, tapi karena tidak enak hati pergi begitu saja ia menunggunya. Namun, menunggu adalah hal yang paling membosankan jadi ia memutuskan berjalan-jalan sebentar menyusuri lorong rumah sakit.

Tapi langkahnya terhenti saat matanya menangkap dua pria asing berdiri di dekat pintu masuk. Penampilan mereka mencurigakan. Dan yang membuat bulu kuduknya berdiri, mereka menatapnya terus tanpa berkedip.

"Jangan-jangan… orang suruhan Reno?" bisiknya pelan. Langkahnya otomatis melambat. Ia pura-pura menoleh ke arah lain, tapi tak bisa menahan diri untuk melirik ke belakang. Benar saja begitu ia menoleh, dua pria itu langsung bersikap seolah sedang mengobrol santai, seakan tak pernah memperhatikannya.

Jantungnya mulai berpacu. Ia berusaha tetap tenang, tapi tubuhnya menolak. Bayangan Reno yang menyeretnya pulang kembali membuat napasnya pendek-pendek. Panik mulai menjalar, menyuruhnya kabur.

Tanpa pikir panjang, Shanaya mempercepat langkah. Ketika pintu lift terbuka, ia langsung masuk dan buru-buru menekan tombol tutup. Ia memejamkan mata sebentar, mencoba menenangkan diri.

"Aku gak akan balik ke rumah itu lagi... Aku harus pisah darinya," gumamnya pelan, tanpa sadar berbicara sendiri.

Lalu keluhan lain keluar dari bibirnya, "Sekarang tinggal cari cara bayar utang ke manusia bernama Sadewa itu. Kalau enggak, bisa-bisa darahku diisap sampai kering. Pantas Bu Santi bilang dia kayak batu nisan, dingin, kaku, dan horor. Apalagi dia punya dua taring. Cocok banget jadi drakula."

"Menarik. Tapi kalau Drakula dingin dan kaku kayak batu nisan, cocoknya dikasih julukan yang lebih... keren apa ya?" sahut suara berat di belakangnya.

Shanaya, yang masih tenggelam dalam pikirannya, langsung nyeletuk tanpa sadar, "Komodo berjas rapi."

Begitu kata-kata itu meluncur, ia refleks menjentikkan jari dan menoleh. Saat matanya bertemu dengan sosok tinggi besar yang berdiri tegak di dalam lift, napasnya langsung tertahan.

Sadewa.

Mulutnya terasa kaku, tapi suara pria itu terdengar jelas, tenang, tapi menusuk, "Oh? Jadi aku komodo sekarang? Komodo punya taring?"

Shanaya menelan ludah. Panik. Ia perlahan mundur sampai punggungnya menabrak dinding lift. "Ha... Hai... Ma—maksudku itu... bukan kamu. Maksudku ya... temanku... mirip kamu sih, tapi bukan kamu..."

Sadewa melangkah pelan, mengikis jarak di antara mereka. "Begitu?"

"I… iya," jawab Shanaya tergagap. Suaranya nyaris hilang. Hawa dingin dari tubuh Sadewa seperti menekan napasnya.

Tepat saat itu, pintu lift terbuka. Dua pria mencurigakan tadi berdiri di luar, menatap masuk.

Panik kembali menyerbu. Otaknya kosong kecuali satu hal, Sadewa. Tanpa pikir panjang, Shanaya menarik jas Sadewa, membuka kancingnya, lalu menekan wajahnya ke dada pria itu. Tangannya refleks menarik jas itu hingga menutupi kepalanya, menyembunyikan tubuhnya yang kecil.

Untuk sesaat, dunia terasa lebih tenang. Dada Sadewa hangat dan lebar, cukup untuk melindunginya dari semuanya, bahkan dari ketakutannya sendiri. Namun, shanaya tidak pernah tahu apa yang dilakukan saat ini justru memicu hal lain dalam diri Sadewa.

Sadewa terdiam. Untuk pertama kalinya, ia tidak bisa segera merespons. Ia bisa merasakan detak jantung Shanaya yang begitu cepat, namun lembutnya tubuh mungil itu yang menempel erat padanya justru memantik sesuatu yang lebih berbahaya—bukan ancaman, bukan kekhawatiran… tapi rasa.

Hembusan napas hangat Shanaya terasa nyata menelusup di balik kemeja Sadewa, membuat otot-ototnya menegang seketika. Ia menggertakkan rahang, berusaha menjaga jarak emosional, tapi jemarinya justru bergerak sendiri. Tanpa sadar, ia mengangkat tangan, menurunkan jas yang menutupi kepala Shanaya, lalu meletakkan telapak tangannya di bahu gadis itu.

“Shanaya…” ucapnya pelan, suaranya berat, nyaris berbisik.

Gadis itu belum bereaksi. Di telinganya hanya terdengar bunyi "ting"—pertanda pintu lift tertutup kembali tanpa ada yang masuk. Baru setelah itu, Shanaya perlahan mendongak. Tatapannya bertemu langsung dengan wajah Sadewa dari jarak yang sangat dekat. Hanya beberapa sentimeter yang memisahkan mereka. Mata gelap pria itu menatap lurus ke dalam dirinya, membuat napasnya tercekat.

"A... aku tidak bermaksud seperti itu..." gumam Shanaya terbata, dan begitu ia sadar betapa dekat tubuh mereka, ia refleks menjauh, menciptakan ruang di antara mereka.

Sadewa menatapnya tajam. Rasa yang sempat tumbuh dalam sekejap langsung ditepis oleh kenyataan. Kalau saja ia tak tahu status Shanaya, kalau saja gadis itu bukan milik orang lain, mungkin semuanya akan berbeda. Tapi sekarang?

“Jangan main-main denganku,” ucapnya tajam, nadanya menusuk. “Apa kamu sengaja? Ingin menaruh kotoran di mukaku?”

Shanaya menatapnya, bingung dan terluka. “Sadewa… aku hanya...”

“Jangan mencari alasan lagi,” potong Sadewa dingin. “Jangan paksa aku jadi pria baik yang bisa kamu sandari sesuka hati. Aku bukan itu.”

Keheningan menyelimuti lift. Hanya detak jantung Shanaya yang menggema keras di telinganya.

Sadewa melangkah mundur, kembali menjaga jarak. Sorot matanya gelap, dingin, penuh amarah, lalu dengan nada tajam berkata, "Lupakan masalah diantara kita termasuk uang ganti itu. Anggap semua selesai dan jangan muncul di depanku atau ibuku lagi."

Shanaya belum sempat menjawab suara pintu lift terbuka. Sadewa tanpa menoleh lagi ia langsung meninggalkan Shanaya yang masih terpaku memikirkan kalimat Sadewa.

***

Sore itu di perusahaan, Reno baru saja selesai meeting penting dengan klien besar untuk kerja sama jangka panjang. Tapi pikirannya bukan di sana. Ia ingin segera bertemu Shanaya. Namun, yang datang malah dua orang suruhannya dengan wajah pucat dan tangan kosong.

"Kami kehilangan jejaknya lagi, Bos," kata salah satu dari mereka dengan nada hati-hati.

Wajah Reno berubah merah. Ia melempar beberapa map ke arah dua orang itu, "APA KALIAN BODOH? Kalau kehilangan dia, ya CARI! Jangan berdiri bengong kayak patung di sini!" bentaknya, suara menggelegar memenuhi ruangan.

"Maaf, Bos. Kami coba hubungi, tapi ponsel Anda tak aktif, jadi kami balik kemarin untuk tunggu perintah."

"Dan karena itu kalian santai saja nunggu di sini? Memang otak kalian dipakai buat apa, hah?!" Reno menghentak meja. "Keluar! Cari dia! Jangan kembali kalau belum ketemu!"

Kedua orang itu langsung angkat kaki, tak berani menoleh lagi.

Tepat saat pintu terbuka, Malika masuk dengan secangkir kopi panas di tangan. Ia sempat kaget melihat dua pria itu hampir menyeruduknya saat keluar terburu-buru dari ruangan Reno.

"Ren, ini kopimu dulu. Biar tenang sedikit," ucap Malika pelan.

Reno tak menoleh. "Taruh saja. Dan kamu juga keluar," katanya dingin.

Malika tak membantah. Ia menaruh kopi di meja, lalu keluar dengan langkah cepat. Tapi bukan untuk pergi.

Begitu melihat dua orang suruhan Reno melangkah cepat ke arah lift, Malika langsung memanggil, "Tunggu!"

Mereka berhenti, menoleh curiga.

"Kalian mau uang lebih?" tanya Malika sambil melipat tangan di dada, pandangannya tajam.

Salah satu dari mereka mengangkat alis. "Uang?"

"Iya. Uang. Banyak."

Mereka saling melirik. Siapa yang tak mau uang? Tapi mereka juga cukup tahu, semua ada harganya.

"Apa maksud Anda, Nona?"

Malika mendekat, menunduk sedikit, lalu berbisik cepat di antara mereka. Wajah keduanya langsung berubah. Ragu, bingung… tapi juga tergoda.

"Itu… kalau sampai ketahuan bos Reno—"

"Kalau kalian berhasil, kalian dapat sepuluh kali lipat. Dan kalau kalian butuh tameng, pakai namanya," ucap Malika sambil menyebut sebuah nama dengan lirih namun tajam.

Keduanya menelan ludah. Tapi bersamaan juga menganggukkan kepalanya. Kesempatan seperti ini tidak datang dua kali kan?

Saat kedua orang itu pergi Malika menarik sudut bibirnya, "Kali ini kamu tamat Shanaya!"

1
css
next 💪💪💪
knp update nya Arsen buk bgt y🫢🫢🫢
Sadewa JD anak tiri 🤔
Hayurapuji: biar cepet tamat dan fokus dimari kak hehehhe
total 1 replies
css
next kakak, tak tunggu karyaMu 💪
Hayurapuji: siap kakak terimakasih
total 1 replies
Nunung Nurhayati
bagus aku suka
Hayurapuji: terimakasih kakak, ditunggu ya updatenya
total 1 replies
Nunung Nurhayati
lanjutkan kakak aku suka novel mu
css
next 💪
Miss haluu🌹
Apa jangan-jangan emg si Reno kampret mandul??🤔
Miss haluu🌹
Suruh aja calon mantu barumu itu, Bue😐
Miss haluu🌹
Reno, lu emg anj!!🔪
Hayurapuji: jangan erosi mak
total 1 replies
Miss haluu🌹
Baru nyadar, Shanaya??😏
Miss haluu🌹
Dih, kocak lu, Ren!😌
Hayurapuji
kalau ada yang kesal sama kelakuan reno, autor mau pinjemin sepatu ini buat nimpuk dia 🤣⛸️
Greenindya
ada yg lebih horor dibanding batu nisan ga🤣🤣🤣
Hayurapuji: hahahah ada kak, batu kuburan
total 1 replies
Miss haluu🌹
Shanaya habis ketemu kulkas lalu ketemu kampret😌
Hayurapuji: kyk gak da tenangnya hidup shanaya
total 1 replies
css
vote ku meluncur kak💪
Hayurapuji: terimakasih kakak, udah nyampai sini
total 1 replies
Miss haluu🌹
Ahaiii langsung gercep nih camer😆
itu jodohmu, Shanaya🤭
Miss haluu🌹
Ngasih kesempatan itu mmg ga salah, Shanaya, tapi.. itu harus ke orang yg tepat! Kalo Reno sama sekali bukan orang yg tepat😟
Miss haluu🌹
Kaget kan, lu, Ren? Dasar suami ga egois, ga guna!
Miss haluu🌹
Reno mau lu apa, sih?? Mau Shanaya atau Malika si kedele item😌
Hayurapuji: dirawat dengan sepenuh hati
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!