Larasati, sering di sapa Rasti atau Laras seorang dokter residen, yang sedang cuti dan bekerja di Beauty wedding planner and organizer. Dia bisa menjadi MC, fotografer, ketua tim Planner, bagian konsumsi. Bertemu kembali dengan Lettu Arjuna Putra Wardoyo, lelaki yang pernah menjadi cinta masa kecil saat masih SD.
Arjuna anak kesayangan papa Haidar Aji Notonegoro( papa kandung), dan ayah Wahyu Pramono( ayah sambung). "Kamu Laras yang pernah sekolah di?"
"Sorry, salah orang!" Ucap Rasti memotong ucapan Juna, sambil berlalu pergi dengan kameranya.
"Seorang Arjuna di cuekin cewek, ini baru pertama dalam sejarah pertemanan kita." Ucap Deri sambil memukul bahu Juna.
"Aku yakin dia Laras adik kelas ku, yang dulu ngejar-ngejar aku." Ucap Juna dengan pandangan heran.
Apa yang membuat Laras tidak mau mengenal Juna, padahal pesona seorang Arjuna tidak pernah ada tandingannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eed Reniati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
15. Bujukan Cindy.
"Kamu mau kan mau berangkat ke Batujajar, lama tu, gak ada niat ketemu dokter Laras dulu, Jun?" tanya Bagas.
"Buat apa?" jawab Juna sambil menikmati sebatang rokok, setelah makan siangnya meski paham dengan pertanyaan Bagas, mengenai dirinya yang akan berangkat seleksi kopassus.
"Gayamu, buat apa Jun? Nanti denger kabar dokter Laras, dijodohkan atau dapat yang yang lain nyesel, loo." ledek Deri.
"Kalau dapatnya di atasku, sih. Gak masalah," sombongnya, meski di dalam hati Juna juga penasaran dengan Laras. Terakhir Juna ketemu Laras, sudah sangat lama, tepatnya saat di Jogja dan itu sudah beberapa bulan yang lalu.
"Lagian kalau pamit, terus gagal kan dirinya yang malu." pikir Juna.
Saat di rumah sakit sebenarnya mereka bertemu, tapi karena dikuasai oleh emosi dan amarah Juna tidak sadar sudah berpapasan dengan Laras.
"Letnan Juna!"
"Siap ibu!" tegas Juna, dengan sikap hormat saat tahu siapa yang memanggilnya. "Ijin menjawab, ada yang bisa saya bantu, ibu?"
"Duduk aja, santai anggep sedang bicara dengan tante sendiri." ucap Hanum yang dengan tersenyum lembut, sambil melihat kearah kedua teman Juna yang dengan sadar diri langsung berdiri, dan ijin pergi dengan sikap hormat. Membuat Hanum, dan temannya Cindy langsung duduk di depan Juna.
"Dasar wanita licik, pasti dia sengaja mengajak tante Hanum untuk menekankan, tapi aku bukan papa. Lihat aja, kamu yang datang sendiri, jangan salahkan aku jika membuatmu menyesal telah mencariku." guman Juna, yang emang tak suka dengan Cindy dan Sherly anaknya, dari kecil.
"Duduk, Jun. Biar enak kita ngobrolnya." ucap Hanum.
Juna langsung duduk dengan posisi duduk tegap di hadapan mereka, mengingat posisi Hanum yang suaminya salah satu petinggi di Angkatan Darat.
"Aku di sini cuma nganter, tante Cindy. Tentunya kamu sudah kenalkan sama tante Cindy?"
"Ijin menjawab, disini saya harus menjawab sebagai ponakan ibu, anak dari seorang Haidar. Apa sebagai bawahannya Mayjen Rio Alfa Notonegoro?" tegas Juna.
Hanum tersenyum sambil melirik Cindy. "Sebagai tantemu, kita satu keluarga Notonegoro, Jun."
"Baiklah, saya akan menjawab dengan santai dan langsung ke intinya. Saya sudah tahu maksud kedatangan tante Cindy, karena papa juga sudah cerita."
"Bagus kalau papamu sudah cerita, bagaimana setuju kan. Dengan menikah dengan Sherly, kamu akan masuk menjadi bagian dari Notonegoro." ucap Cindy memotong ucapan Juna.
"Maaf saya tidak berminat, karena tanpa menjadi anggota Notonegoro saya sudah mendapatkan fasilitas dari Notonegoro yang tidak di dapat oleh putri anda." ucap Juna, yang jelas sangat menyindir Cindy, karena setelah oppa meninggal dan pembagian harta warisan. Papa Haidar, yaitu oppa Juna hanya membagi warisan, menjadi 3 dan hak Haidar langsung jatuh ke tangan Juna, sebagai anak kandung tanpa melewati Haidar, hingga Sherly anak di atas kertas tidak mendapatkan apapun.
"Aku tahu itu, tapi bisa kah kamu sedikit berbelas kasih pada tante, yang sudah tidak berumur panjang ini." mohon Cindy, dengan nada mengiba dan mata berkaca-kaca, membuat Hanum merasa iba, dan mengusap punggung Cindy lembut memberi kekuatan.
"Maaf saya bukan papa." tegas Juna, tetap menggunakan bahasa formal 'saya', meski Cindy mencoba mengakrabkan dengan menggunaka 'aku'.
"Kamu bisa menikah kontrak, jika kamu bersedia semua harta warisan ayah kandung Sherly akan saya berikan pada kamu, semuanya."
"Saya bukan orang yang kekurangan materi, ayah saya pengusaha sukses dan meski saya hanya anak sambung, saya juga sudah mendapatkan bagian saya, saham sebuah hotel bintang 4 di Jogja." sombong Juna, dengan datar. "Warisan dari opa sebuah villa di puncak, juga menghasilkan uang, tanpa saya bekerja. Sedang yang saya tahu, ayah Cindy hanya mewariskan saham perusahaan keluarga sekitar 3 persen."
"Kamu anak muda yang sombong!" marah Cindy.
"Anda yang duluan, lagian saya masih punya akal sehat. Kenapa juga saya harus menikah dengan anak seorang wanita yang merebut papa saya. Meski anda menghembuskan nafas terakhir di depan saya, tidak akan mempengaruhi apapun buat saya. Permisi tante Hanum, saya pamit pergi dulu." ucap Juna yang langsung pergi setelah Hanum mengganggu pelan, meninggalkan Cindy dengan kemarahannya.
"Sepertinya dia paham dengan masa lalu, Alya, kamu dan Haidar."
"Sial, kenapa aku tak pernah berpikir kesana." marah Cindy.
"Lebih baik kamu fokus pada pengobatan kankermu." nasehat Hanum, mengingat kanker yang di derita Cindy baru stadium 2.
"Aku memilih Juna, karena aku dengar abdi negara seperti tentara itu susah cerai, aku berharap Sherly akan menikah sekali seumur hidupnya."
"Susah bukan berarti tidak bisa, Cin. Aku sudah membantumu, ini untuk pertama dan terakhir ya. Ayo, kita pulang!"
Cindy pikir, Juna menjadi tentara karena tidak bisa bergabung dengan bisnis ayahnya yang seorang pengusaha, dan mantan politikus. Cindy baru tahu, kalau Juna ternyata juga mendapat warisan dari ayahnya.
bisa bahaya Juna,,, ayok Laras bongkar kebusukan BSI Serly dan emak nya
dasar jalang