Ashella Zyla Aurora, gadis yang sangat suka membaca komik. Ia sangat suka membaca novel online atau komik, tapi yang paling Ashel suka adalah membaca komik karena ia bisa melihat langsung karakter tokoh yang sangat tampan dengan gambar yang di buat oleh sang penulis.
Namun sesuatu terjadi, ini sangat diluar akal sehat. Bagaimana bisa saat ia sedang membaca komik, ia malah masuk ke dalam komik tersebut. Dan yang paling parah ia memasuki tokoh antagonis yang sering membully, bahkan saat ia memasuki komik tersebut ia sedang membully seorang cowok culun yang memakai kacamata.
"Udahlah Sha, kasian tuh cowok culun udah babak belur."
"Lo ngomong sama gue? "
"Iya Aleesha."
"Aleesha? gue? " tunjuk Ashella pada dirinya sendiri.
"Ya lo lah, yang namanya Aleesha iris Zephyrine kan cuman lo."
Nama yang sangat familiar, Ashel sangat tahu siapa pemilik nama tersebut. Itu adalah nama antagonis perempuan di komik Charm Obsession.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Echaalov, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15 - Tertarik?
"Bukannya lo gak suka kehadiran gue? kok tadi lo kayak dekat-dekat sama gue," tanya Aleesha.
"Gue dulu emang risih lo ngedeketin gue mulu, tapi sekarang gue cukup tertarik ngeliat orang yang suka bully kayak lo, tiba-tiba jadi orang yang suka menolong, itu terlalu aneh sikap lo berubah drastis," Ethan mencurahkan apa yang ia rasakan. Aleesha mencari kebohongan dimata Ethan namun nyatanya tidak ada kebohongan dimatanya.
Menarik kata yang sangat pasaran dalam komik atau novel
"Lo suka sama gue? " Aleesha to the point.
"Em..belum sampai tahap itu, gak tahu besok," Ethan tersenyum menyebalkan.
"Gue peringatin jangan suka sama gue," ujar Aleesha tegas tidak ingin dibantah.
"Itu hak gue, lo gak bisa ngatur perasaan orang lain," Ethan bersedekap dada.
"Terserah, tapi mulai sekarang jangan deketin gue, atau mungkin gue yang kegeeran jadi gue akan ngejauh dari lo."
"Kenapa jadi gini, emang rasa suka lo sama gue udah hilang? " untuk seseorang yang selalu mengejarnya ucapan Aleesha terdengar tidak masuk akal dipikirannya. Perasaan emang semudah itu kah berubah?
"Udah hilang sepenuhnya," ujar Aleesha mengalihkan pandangannya.
Lalu tatapannya mengarah kepada Theo dan dokter yang hanya diam. Aleesha lupa bahwa ada orang lain disini, bisa-bisanya ia membicarakan itu dengan Ethan disini. Aleesha mengamati Theo yang sepertinya belum diobati. Ia mendekati brangkar tempat Theo duduk.
"Dok, kenapa Theo belum diobati? " tanya Aleesha.
"Theo bilang tidak mau diobati sebelum kalian pergi darisini," ucap dokter itu terlihat tidak enak menatap Aleesha dan Ethan.
Tatapan Aleesha tertuju kepada Theo, tanpa sadar tangannya sudah berada di bahu Theo, ia bisa merasakan bahu Theo gemetar,dan terlihat ingin menghindarinya. Tangannya menepis tangan Aleesha yang berada di bahunya.
Aleesha menatap sedih Theo."Lo marah ya sama gue? gue emang waktu itu sering nyakitin lo, tapi kejadian barusan bukan ulah gue, gue gak bohong percaya sama gue."
Theo tidak menjawab ia tetap menundukkan kepalanya. Aleesha semakin merasa bersalah. Hari ini banyak sekali hal yang terjadi dalam hidupnya. Padahal baru beberapa hari ia menjadi Aleesha. Tapi masalah terus saja berdatangan.
"Lo gak nyaman ya gue ada disini, kalau gitu gue pergi tapi lo masih ingatkan mau jadi tutor gue, gue harap lo masih mau, kalau gitu gue pergi dulu," setelah mengucapkan itu Aleesha pergi meninggalkan UKS. Ethan ikut menyusul tapi sebelum itu ia menatap Theo dengan pandangan menyelidik.
Kini di UKS hanya tinggal Theo dan dokter. Dokter yang baru saja menutup pintu supaya tidak ada yang datang tiba-tiba, mendekati pemuda yang baru saja membuka hoodie yang selalu menempel ditubuhnya.
"Theo stop ngelakuin ini," dokter itu mengobati luka yang ada ditubuh Theo. Padahal luka yang kemarin belum sembuh tapi sudah ada lagi luka baru.
"Kalau gini terus kamu bisa mati," nasihat dokter itu.
"Itu emang tujuan aku," jawabnya dengan wajah yang datar seperti tidak ada harapan untuk hidup.
Dokter itu hanya menghembuskan nafasnya lelah."Hidup kamu itu berharga jangan berbicara seperti itu."
"Berharga? menurutku tidak," Theo terkekeh.
"Theo! " ujar dokter terlihat marah.
"Aku bercanda," ucapnya dengan nada yang datar.
"Itu sama sekali tidak lucu," sinis dokter itu.
"Kak sampai kapan kakak akan disini, aku mulai muak mendengar semua ucapanmu," ujar Theo santai tanpa merasa bersalah.
"Kamu tidak sopan," kesal dokter itu. Dokter itu bernama lengkap Gerald Azel R.
Semua luka yang ada di tubuhnya telah selesai diobati."Terserah, aku tidak peduli. Aku mau kembali ke dorm."
Theo berjalan pergi, namun langkahnya terhenti ketika mendengar ucapan Gerald."Akhir pekan kakek ingin kau pulang ke rumah. Dia ingin melihat kondisi cucu kesayangannya."
"Gak bisa, aku sibuk."
Setelah itu Theo pergi begitu saja. Meninggalkan Gerald yang kesal."Dasar mau sampai kapan dia menjauh dari kakek."
******
Aleesha mulai kesal ketika Ethan terus saja mengikutinya. Ia menghentikan langkahnya lalu menatap Ethan kesal."Jangan ngikutin gue."
"Gue gak ngikutin lo," elak Ethan.
"Terus lo ngapain ke dorm putri."
Ethan baru menyadari ia mengikuti Aleesha sampai kesini. Ethan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal bingung harus menjawab apa.
"Gak bisa jawabkan," Aleesha menatap remeh Ethan. Tatapannya tertuju kepada seorang gadis yang berjalan mendekati mereka.
"Oh gue tahu alasan lo kesini, lo mau ketemuan sama Grace ya, kalau gitu gue pergi," Aleesha langsung pergi dengan berlari agar Ethan tidak mengikutinya lagi.
Namun langkahnya terhenti ketika ada yang memegang tangannya. Ia menatap gadis itu heran.
"Gue mau bicara," ujar Grace terdengar ada nada ketakutan.
"Mau bicara apa? lo udah bicara tuh," ujar Aleesha santai. Agar tidak membuat Grace takut.
"Itu Ethan kayaknya nyariin lo," ujar Aleesha. Grace menatap belakang Aleesha namun tidak ada siapa-siapa.
"Ethan mana? "
"Itu dibelakang..eh kok gak ada," Aleesha menatap ke belakang sudah tidak ada lagi Ethan. Cepat sekali pemuda itu pergi.
"Gue mau bilang makasih udah nolongin gue waktu itu."
"Kapan? oh waktu itu gak usah berterima kasih, gue cuman sedikit berbuat baik, Grace gue minta maaf ya udah ngebully lo waktu itu," Grace bisa melihat ada penyesalan dimata Aleesha.
Aleesha emang gila sih cewek sebaik ini dia bully cuman karena masalah sepele, eh tapi kan Aleesha adalah gue sekarang
"Gue udah maafin lo kok, lagian gue udah tahu kalau lo ngebully gue karena Ethan kan, siapa sih yang gak marah orang yang disukai dekat dengan cewek lain."
The real pemeran utama perempuan yang baik hati, harusnya gue masuk ke raga dia, tapi gakpapa sih mungkin karena gue benci pemeran antagonis jadi gue masuk kedalam tubuh Aleesha
"Kalau gitu gue pergi ya, mau ke perpustakaan."
"Iya."
Aleesha menatap kepergian Grace dengan tatapan tenang. Setidaknya pemeran utama perempuan sudah tidak membencinya lagi. Hidupnya akan tenang karena itu, tapi tetap saja masih ada tiga pria gila yang akan mengganggu hidupnya. Apalagi Grey pasti pemuda itu dendam padanya karena sudah melaporkannya ke BK dan membuat Grey mendapat masalah paling parah disiksa oleh ayahnya.
Kalau gini gue merasa bersalah. Kenapa sih pemeran antagonis selalu mempunyai masa lalu yang kelam. Gue jadi merasa bersalah, tapi kelakuan dia juga udah melewati batas
Aleesha berjalan menuju ke kamarnya dengan berbagai pikiran yang berkecamuk di otaknya. Ia harus bersiap menghadapi masalah yang akan mendatanginya. Bahkan ia harus bisa melawan kemungkinan terburuk di ganggu oleh tiga pria gila.
Kalau Ethan dan Grey semoga aja gue bisa menghadapi mereka, tapi Al? gue bahkan gak tahu wajah dia kayak gimana dan apa dia sudah sekolah disini atau belum