NovelToon NovelToon
L'Oubli

L'Oubli

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Reinkarnasi / Cinta Terlarang / Cinta Beda Dunia
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: Dela Tan

Murni, seorang biarawati yang sedang cuti karena ingin menyembuhkan jiwa setelah terganggu mimpi-mimpi buruk yang terus berdatangan, menerima pesan aneh di ponselnya -suara paniknya sendiri yang membuatnya penasaran. Ia mengikuti petunjuk yang membawanya ke sebuah warung makan tua yang hanya buka saat malam.
Di warung itu ia bertemu dengan Mahanta, seorang juru masak pendiam yang misterius. Namun warung itu bukan warung biasa. Pelanggannya adalah jiwa-jiwa yang belum bisa pergi, dan menu makanannya bisa menenangkan roh atau mengirimnya ke dalam kegelapan. Murni perlahan terseret dalam dunia antara hidup dan mati. Ia mulai melihat masa lalu yang bukan miliknya. Meskipun Mahanta tampaknya menyimpan rahasia gelap tentang siapa dirinya dan siapa Murni sesungguhnya, pria itu bungkam. Sampai cinta yang semestinya dilarang oleh langit dan neraka merayap hadir dan mengungkapkan segalanya.

L'oubli (B. Perancis): keadaan tidak menyadari atau tidak sadar akan apa yang sedang terjadi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dela Tan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Season 1 ; Bab 15 - Suara Dari Kedalaman

Bulir-bulir bening kembali menetes. Suara Maya serak. “Aku sudah lama memendam ini semua, hingga dadaku sesak, sampai aku merasa tidak bisa bernapas…”

Murni memeluk gadis itu dan mengusap-usap tangannya.

“Selama ini… aku hanya bisa mengeluh dalam doa.” Maya melanjutkan, terisak-isak, “Tapi aku pikir, menceritakannya pada seseorang mungkin… bisa… memberi sedikit… sedikit saja… rasa lega.”

“Maaf karena Suster tidak ada di sampingmu… maaf… Sekarang Suster sudah di sini, menyediakan telinga, siap menampung keluh-kesahmu, tidak akan menghakimi, tidak akan mengecam atau menyalahkan. Sudah, jangan menangis lagi…” Murni menghapus air mata di pipi pucat Maya.

Maya mengangguk, menenangkan napasnya beberapa saat. Murni menunggu dengan sabar.

“Aku… minum obat tidur.” Maya mulai berkata, “Kupikir... itu akhir yang sunyi. Damai, tidak akan merasa sakit, tidak akan menyusahkan siapa-siapa. Hanya tidur dan tidak bangun lagi.”

Murni tercekat, merasa hatinya seolah diremas, tetapi tidak berkomentar.

“Tapi antara sadar dan tidak… Suster tahu rasa ketika kita antara bangun dan tidur ketika sangat mengantuk? Ya, rasa seperti itu... aku mendengar suara. Suara itu seolah datang dari sebuah kedalaman.”

Maya menoleh, matanya dipenuhi emosi yang sulit dijabarkan. Takut? Bingung? Malu? Mungkin perpaduan semua itu.

“Suara itu berkata, ‘Belum waktumu.’”

“Laki-laki?” tanya Murni, pelan.

Maya mengangguk cepat. “Suaranya dalam. Dingin. Tapi bukan jahat. Lebih seperti... seseorang yang sudah kehilangan segalanya dan tidak ingin orang lain merasakannya.”

Murni menahan napas.

“Aku sempat merasa melayang, sebelum kemudian tiba-tiba menjejak tanah,” Maya melanjutkan. “Dan yang lebih aneh... aku mencium aroma makanan. Kaldu. Sup yang hangat. Lalu tiba-tiba aku ada di sebuah warung. Benar-benar aneh.”

Maya mengalihkan pandangan, kini dia tampak menerawang, seolah kembali mengingat pengalaman itu.

Murni menelan ludah.

“Di sanalah aku melihat Suster.” Suara Maya pelan, “Dan koki di dalam warung itu berkata aku masih bisa kembali, tapi yang bisa menyelamatkan aku sudah pergi, jadi aku harus memutuskan sendiri.”

“Entah mengapa, hatiku terdorong untuk menyusul Suster. Mungkin karena aku percaya, itu pertanda bahwa aku masih diberi kesempatan kedua. Bahwa… aku telah mengambil tindakan bodoh, kesalahan besar.”

Murni mengusap-usap tangan Maya. “Syukurlah kalau kamu sudah sadar. Karena masih diberi kesempatan kedua, mulai hari ini kamu harus memperbaiki sikap dalam menghadapi kehidupan. Kamu bisa, kamu kuat.”

Maya mengangguk. “Ya. Mengapa Suster tidak bertanya apa yang membuatku nekad mengakhiri segalanya?”

“Kamu pasti punya alasan yang mendorong itu. Jika kamu ingin Suster tahu, pasti kamu akan bercerita. Tapi jika tidak, Suster tidak akan mencari tahu. Kenapa? Karena setiap orang boleh punya rahasia yang ingin dia simpan. Hanya dirinya dan Tuhan yang tahu.”

Berkata begitu, Murni ingat dirinya sendiri yang menyimpan rahasia. Tentang Mahanta. Dan mungkin… Obitus. Hanya dirinya dan Tuhan yang tahu. Juga lelaki misterius itu.

“Aku ingin menceritakan pada Suster. Karena sudah menyimpan semuanya sendiri terlalu lama. Itu seperti sampah yang menggunung di tepi bendungan, hampir menjebol dindingnya.” Suara Maya terdengar lelah. “Suster bersedia mendengarkan?”

“Tentu saja.” Murni tersenyum.

Dan begitu saja, kata demi kata terlontar dari bibir mungil remaja itu.

Katanya, dia terlahir prematur. Dia tahu itu karena ibunya sering mengatakan bahwa dirinya adalah pejuang.

“Waktu lahir kamu itu cuma sebesar botol Coca-Cola, cuma satu kilo. Jadi ditaruh di inkubator selama satu bulan sampai beratmu cukup untuk tumbuh di luar. Kamu bahkan tidak bisa menyusu. Tapi lihat, kamu sekarang sudah sebesar ini. Kamu benar-benar pejuang!” Bernadette mengusap kepalanya dengan haru dan bangga.

“Itu sebabnya kamu diberi nama Maya, karena kamu anak ajaib, seperti mimpi.” Bernadette tersenyum lagi.

Yang tidak diketahui Maya adalah, dia lahir prematur karena ibunya tertekan ketika hamil, yang menyebabkan Bernadette mengalami preeklamsia, sehingga harus melahirkan paksa dengan operasi cesar ketika usia kandungannya bahkan belum tujuh bulan.

Ketika usia kandungannya empat bulan, Bernadette mendapati suaminya, David, selingkuh. Menganggap itu aib yang tidak layak untuk diceritakan pada siapa pun, termasuk pada keluarganya, Bernadette menyimpan semuanya sendiri. Dia stres berat, sampai tekanan darah tingginya naik, dan akhirnya mengalami preeklamsia.

Operasi cesar dan inkubator bukan biaya sedikit. Kondisi ini menyebabkan David harus mengeluarkan banyak uang, padahal saat itu kondisi keuangannya sedang morat-marit.

Mereka tidak bercerai, karena Bernadette menganggap apa yang sudah dipersatukan Tuhan tidak bisa diputuskan oleh manusia. Tetapi David juga tidak berhenti menjalin kasih dengan wanita lain itu. Cinta di antara mereka sudah habis, tapi rumah tangga tetap dipertahankan, tentu saja suami istri itu menjadi sering bertengkar, saling menyalahkan.

Sejak Maya lahir, David membencinya, bahkan sering terucap kata-kata: “Kamu itu kutukan buat Papa.”, “Kamu bikin Papa bangkrut.”, “Kamu anak sial!”

Dan kata-kata senada seperti itu.

Waktu kecil, tentu saja Maya tidak mengerti. Ketika mulai beranjak remaja, dia sering bertanya-tanya mengapa ayahnya tidak suka padanya, sehingga dia selalu berusaha mengambil hatinya dengan menjadi gadis ceria, belajar banyak keterampilan, selalu menjadi juara kelas.

Karena ayahnya selalu pulang, meskipun tidak lagi tidur satu kamar dengan ibunya, Maya tidak tahu kalau ayahnya memiliki wanita lain. Kenyataan itu berhasil disimpan rapat-rapat oleh Bernadette.

Namun, pertengkaran demi pertengkaran, terkadang bahkan dibarengi kekerasan fisik, membuat Maya remaja mulai tidak betah di rumah. Itulah yang membuatnya sering menghabiskan waktu di gereja.

Maya juga mulai mengenal cinta pertama, sesama remaja yang dikenalnya di komunitas gereja, Antonius. Mereka sering menghabiskan waktu bersama. Maya merasa terhibur, Antonius berhasil memenuhi kebutuhannya akan kasih sayang.

Sayangnya, takdir berkata lain. Antonius meninggal dalam kecelakaan motor. Hati Maya remuk redam. Dalam kondisi rentan itu, ketika pulang ke rumah, dia mendengar kedua orang tuanya sedang bertengkar hebat.

Itu adalah momen kebenaran, saat semuanya terbuka.

Bahwa ayahnya memiliki wanita lain, sudah bertahun-tahun lamanya. Ibunya menolak berpisah, memilih tetap berada dalam rumah tangga semu yang tidak sehat itu. Dan… ayahnya menuding dirinya sebagai pembawa sial.

Mendapat kenyataan pahit bertubi-tubi, Maya goyah. Runtuh.

“Aku bahkan tidak berpikir panjang ketika pergi membeli obat tidur ke apotik. Kemudian menenggak semuanya…” Maya mengakhiri cerita, menghela napas berat.

“Aneh… aku merasa lega setelah menumpahkan semuanya.” Maya menoleh, menatap Murni. “Terima kasih Suster sudah bersedia mendengar. Aku merasa memiliki kekuatan baru. Aku akan buktikan pada Papa bahwa aku bukan anak pembawa sial. Aku justru tidak boleh meninggalkan Mama menanggung semuanya sendirian.”

Suara Maya sangat mantap. Berbeda dengan ketika dia mengawali cerita.

Murni mengembuskan napas lega. “Bagus, Suster bangga Maya sudah mendapat kekuatan baru. Selalu ingat, manusia tidak selalu kuat menanggung semuanya sendirian. Jadi, membagi beban itu bukan sesuatu yang memalukan.”

1
adi_nata
baru bab awal aura misterinya sudah sangat pekat.
💕💕syety mousya Arofah 💕💕
kok pas nmne Salman kek anakku 🙈🙈
💕💕syety mousya Arofah 💕💕: hrusnya jgn slman thorrr...Salman itu artinya minta aman dn keselamatan...nanti KLO pke slman jdi GK sesuai..haiiishhh.,galau q thorrr...tpi GK PP..cuma crita kug y
Dela Tan: Haha... otor ngebayangin profilnya Salman Khan, serem kan?
total 2 replies
Ryan Jacob
semangat Thor
Jati Putro
setiap nyawa yg di selamatkan ,
kesedihan ,bebannya pindah ke murni ?
🤔
Jati Putro
mungkin murni reinkarnasi dari wanita yg terbakar ,
apakah jiwa nya blm kembali ke asal
masih gentayangan
Jati Putro
Kalimat jangan bermakna dilarang
tapi kebanyakan semakin di larang semakin penasaran
Nike Raswanto
wow.....keren ceritanya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!