Pelabuhan Hati Sang Idol

Yoon-gi berlari melewati lorong rumah sakit dengan sangat cemas. Dia terus berdoa agar sang sahabat baik-baik saja. Dia tidak memiliki siapapun lagi, walaupun sebenarnya papanya masih hidup. Namun, dia hanyalah patung yang tidak ada artinya di kehidupan Yoon-gi.

Dia terus melangkahkan kakinya dengan tergesa-gesa, bahkan tidak memperdulikan tatapan orang-orang yang dia lewati. Hingga dia melihat wanita itu berjalan bersama seorang pria. Tidak berpikir panjang, Yoon-gi langsung menghampiri Sarah sambil memeriksa keadaan wanita itu dari ujung kepala sampai ujung kaki.

"Sarah! Kamu baik-baik saja? Maaf! Maaf karena aku kurang memperhatikanmu," ucap Yoon-gi dengan penuh rasa bersalah.

"Yoon! Aku tidak apa-apa." Tegas Sarah melihat wajah panik Yoon-gi.

"Tapi!"

"Aku datang ke sini untuk memeriksa keadaan rahimku saja. Aku hanya takut jika keguguran kemarin menganggu keadaan rahimku," Jelas Sarah.

Mendengar penjelasan Sarah, Yoon-gi langsung terdiam. Dia menatap Adnan yang berdiri di belakangnya dengan tatapan tajam seakan meminta penjelasan. Tentu hal itu membuat Adnan langsung kebingungan sendiri, memang salahnya sendiri memberikan informasi yang hanya setengah-setengah, tanpa mencari tahu keadaan yang sebenarnya terlebih dahulu.

"Ma... Maaf, Tuan. Aku salah informasi." Adnan hanya bisa tersenyum kecil sambil mengaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Nyonya Sarah tidak apa-apa. Keguguran kemarin juga tidak terlalu menganggu kandungannya. Jadi, dia masih bisa mengandung lagi." Cheesy menjelaskan secara detail tentang hasil pemeriksaannya tadi.

Yoon-gi hanya tersenyum sambil mengusap lembut puncak kepala Sarah. Dia merasa sedikit lega, karena apa yang dia pikirkan tidak terjadi. Dia tidak mau kehilangan sahabatnya itu lagi, sudah cukup wanita itu menderita setelah kepergiannya. Dia akan menebus kesalahan karena telah meninggalkan wanita itu sendiri saat masa-masa sulit.

"Terimakasih, Dok. Kalau begitu kami pamit pulang ya," ucap Yoon-gi dengan sopan sambil melirik Ardi dan Cheesy secara bergantian.

Cheesy dan Ardi hanya mengangguk sambil tersenyum kecil. Mereka menatap kepergian Sarah dan Yoon-gi dengan tatapan yang tidak bisa di artikan. Yoon-gi memperlakukan Sarah dengan penuh kelembutan, mereka berjalan melewati lorong rumah sakit sambil berbincang kecil. Tentu hal itu menciptakan sedikit rasa yang aneh di hati Cheesy.

"Dokter kenapa? Apa ada yang salah?" Tanya Ardi melihat ekspresi Cheesy yang tidak seperti biasanya.

"Tidak! Aku tidak apa-apa. Aku hanya sedikit lelah saja." Cheesy tersenyum kecil, akan tetapi dia masih memperlihatkan kecanggungannya dengan jelas.

Melihat ekspresi Cheesy, Ardi hanya tersenyum kecil. Tentu dia bisa menebak apa yang ada di pikiran Cheesy saat ini.

Sesampainya di mobil, Yoon-gi dengan sigap membukakan pintu untuk Sarah, sedangkan Adnan langsung duduk di kursi pengemudi. Setelah melihat Yoon-gi telah duduk, Adnan langsung melajukan mobilnya keluar dari area rumah sakit.

Sarah hanya diam sambil menatap ke arah kaca jendela, ingatannya terus tertuju pada pesan yang di terima saat di rumah sakit tadi. Namun, dia tetap berusaha terlihat baik-baik saja, dan mencoba menyembunyikan ketakutannya.

"Tuan! Sidang perceraian Nyonya akan di laksanakan besok," Ucap Adnan memecahkan keheningan di antara mereka.

Mendengar ucapan Adnan, Sarah langsung menatap kedua pria itu secara bergantian. Dia tidak menyangka jika Yoon-gi serius dengan perkataannya. Bahkan pria itu tidak meminta izin terhadapnya terlebih dahulu.

"Yoon!" Sarah meantap Yoon-gi dengan tatapan yang tidak bisa di artikan.

Ada rasa khawatir akan sahabatnya itu, tentu dia tidak mau Yoon-gi terlibat dalam masalah rumah tangganya. Lagipula, pria itu sudah cukup menderita selama ini. Dia tidak mau jika masalah rumah tangganya akan menciptakan masalah yang lebih besar nantinya.

"Kamu tenang saja. Aku tidak akan memenjarakannya karena telah melakukan kekerasan kepadamu." Yoon-gi menatap Sarah dengan lekat sambil tersenyum sinis. "Karena hukuman yang paling adil adalah hukuman yang aku ciptakan sendiri."

*******

Cheesy duduk terdiam sambil menatap suasana malam yang begitu sunyi. Dia duduk di balkon kamar sambil menyeruput segelas teh hangat kesukaannya. Cukup lama dia duduk di sana, menatap bintang dan juga rembulan malam yang begitu indah.

"Apa sebenarnya yang terjadi kepada Sarah. Kenapa Yoon-gi sangat perhatian kepadanya, lalu di pesta Aulia, papa juga, apa mereka menyembunyikan sesuatu?" Pikiran Cheesy terus melayang entah kemana.

Dia terus berpikir kenapa Yoon-gi terlihat begitu dekat dengan keluarganya, apalagi dengan Rayyan dan juga Kinan. Lalu, jika Yoon-gi mencintainya, kenapa pria itu sangat perhatian kepada Sarah. Randy juga sepertinya memberi dukungan kepada Yoon-gi untuk mendekatinya. Begitu banyak pertanyaan yang tidak bisa dia pecahkan seorang diri.

"Sayang! Kamu belum tidur?" Tanya Rania berjalan mendekati putrinya itu.

"Mama! Ada apa?" Tanya Cheesy mengerutkan keningnya bingung. Tidak biasanya sang mama datang ke kamarnya selarut ini.

"Tidak ada. Mama tadi hanya lewat, lalu lihat pintu kamarmu tidak tertutup." Rania tersenyum lalu duduk di samping Cheesy.

Dia menatap ke arah langit yang di taburi bintang-bintang lalu melirik putrinya itu sambil tersenyum kecil. Ntah kenapa, dia tiba-tiba merindukan sosok sahabatnya, alias ibu kandung dari putrinya itu.

"Dulu mama dan juga ibumu sering menghabiskan malam seperti ini. Minum teh hangat dan juga snack, sambil bercerita omong kosong yang tidak ada artinya. Tapi kami sangat bahagia." Rania tersenyum kecil sambil menunduk untuk menyembunyikan kesedihannya.

Mendengar ucapan sang mama, Cheesy langsung terdiam. Dia menatap sang mama dengan lekat. "Kalian memang sahabat sejati."

"Kamu benar. Mama dan ibumu adalah sahabat. Tapi asal kamu tau, mama juga pernah jadi musuh bebuyutan ibumu dan juga Tante Clara."

"Apa! Maksud mama?" Tanya Cheesy bingung.

"Ceritanya panjang. Kamu akan tau semuanya setelah membaca kisah Tante Clara dan juga Paman Rafi." Rania terkekeh kecil ketika mengingat masa lalunya. Sungguh hal yang tidak ingin dia ulang lagi.

"Tapi asal kamu tau, masalalu bukanlah hal yang menentukan masa depan. Karena setiap cerita akan ada perubahan di tengah-tengahnya. Sama seperti mama, mama dulu tidak pernah membayangkan akan hidup seperti ini. Tapi inilah takdir, kita tidak pernah tau apa yang terjadi di masa depan," Ucap Rania tersenyum hangat.

"Mama benar. Sama seperti istilah menjilat ludah sendiri, dimana kamu bisa menyukai orang yang paling kamu benci. Memang jika di pikir-pikir perjalanan hidup ini sangat aneh ya, Ma." Cheesy terkekeh kecil.

Mendengar ucapan Cheesy, Rania langsung tersenyum lebar. Dia meantap putrinya itu dengan lekat, sepertinya dia tau apa yang di maksud oleh sang putri.

"Em! Mama tau. Kamu mulai suka dengan itu 'kan?" Tanya Rania tersenyum menggoda.

"Maksud mama?"

"Em! Jangan bohong. Bisa jadi idola adikmu jadi suamimu."

"Mama! Tidak lucu."

Bersambung.....