Pernikahan Rocky dan Brigita rupanya menjadi awal munculnya banyak konflik di hidup mereka. Brigita adalah bawahan Rocky di tempat kerja. Mereka harus menikah karena satu alasan tertentu.
Statusnya sebagai seorang janda yang mendapatkan suami perjaka kaya raya membuat gunjingan banyak orang.
"Aku harus bisa mempertahankan rumah tanggaku kali ini,"
Apa dia berhasil mempertahankan rumah tangganya atau justru lebih baik berpisah untuk kedua kalinya?
***
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YPS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8 - Rumah hangat Dyandra
Kembali ke masa kini...
Satu bulan sudah berlalu sejak kedekatan Dyandra dan Rocky terjalin. Keadaan di kantor berangsur berubah, semua kegiatan dalam perusahaan juga berubah.
Banyak yang sudah mencurigai hubungan mereka, tapi tidak satu pun berani mengungkapkan pada Brigita dengan alasan "takut di pecat".
Namun, desas desus berita tersebut belum ada yang memiliki bukti kuat.
...***...
Kediaman Dyandra
"Ma, kamu pulang larut terus aku perhatiin. Sudah sebulanan begini, dari mana saja?" tanya Daud, suami Dyandra.
Rumah yang tidak terlalu besar ataupun mewah itu memiliki warna beige pada temboknya. Terasa hangat dengan lampu-lampu warm, yang membuatnya hangat bukan hanya nuansanya tapi pemiliknya.
Daud dan Aurelle, ayah dan anak ini selalu kompak setiap hari. Walau banyak waktu yang Aurelle habiskan sendirian karena kedua orang tuanya bekerja tidak menjadikan nya anak yang nakal.
"Iya ih Mama dari mana?" Aurelle ikut menyahut dengan bibir meruncing.
Pandangan Dyandra beralih pada Aurelle. "Ya kerja dong, Sayang. Semua kan juga demi keluarga kita."
"Harus lembur setiap hari begini?"
Dyandra menyandarkan tubuhnya di sofa seraya mengiyakan ucapan anak semata wayangnya.
Daud keluar dari dapur membawa air putih hangat untuk istrinya. Dia tidak pernah sekalipun membuat keadaan rumah tidak nyaman.
"Terima kasih," jawab singkat Dyandra.
Aurelle duduk di samping Dyandra menatap ibunya sambil tersenyum aneh.
"Kenapa?" tanya Dyandra yang terheran.
"Atau mungkin sebaiknya aku punya adik saja ya, biar Mama bisa berhenti bekerja. Terus bisa temanin aku sama adik main,"
Dyandra terkejut dengan ucapan anaknya, mencubit gemas pipi Aurelle yang sudah beranjak remaja itu.
"Kamu sudah lima belas tahun, aneh kalau punya adik!"
Tapi Aurelle terus merengek di perut mamanya.
"Sudah ah bercanda nya, sekarang kita semua istirahat. Ayo Mama antar ke kamar kamu!"
Dengan langkah yang bermalas-malasan, Dyandra membawa Aurelle untuk istirahat di kamar. Sembari dia melihat jadwal anaknya esok.
.
"Tapi boleh juga ya ide Aurelle apa kita buatkan dia adik saja ya?" ucap Daud saat berada di kamar.
Dyandra tidak menjawab ucapan suaminya, ia justru menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut.
"Hey,"
"Pa, please!! Jangan bicara aneh-aneh, anak kita sudah besar. Lagi pula selama ini kita juga melakukan hubungan layaknya suami istri saja tidak jadi anak lagi tuh,"
Daud hanya bisa menghembuskan napasnya kasar, sekeras apapun dia berusaha baik tak akan merubah sikap istrinya yang selalu kasar padanya.
Keduanya tidur saling membelakangi.
Dari kasat mata yang orang pandang, keluarga kecil mereka tidak kekurangan suatu apapun. Bukan orang kaya namun bukan juga orang miskin.
"Aku rasa kita sudah terlalu lama memendam semua ini,"
Dyandra membuka kembali matanya dan menatap sinis ke sang suami.
"Apa maksudmu?"
"Semakin hari semakin tahun kamu semakin jauh, aku merasa rumah tangga ini hanya formalitas saja," ujar Daud, matanya memerah menahan tangis.
"Aku capek, sedang tidak ingin berdebat denganmu!!"
.
Pagi hari semua sudah siap dengan seragam nya masing-masing. Dyandra dan Daud dengan seragam kantornya, dan Aurelle dengan seragam sekolahnya.
Mereka bertiga sarapan bersama.
"Ma, aku antar ya hari ini," bujuk Daud.
"Oke,"
Senyum Daud merekah ketika Dyandra menerima tawaran nya. Segera ia menyelesaikan makan nya dan menyiapkan vespa matic andalan nya itu.
.
.
Seo Lounge
Motor berwarna putih itu berhenti tepat di depan Lounge mewah bernuansa gold.
"Kenapa ke sini, Ma? Kenapa tidak ke B Style tempatmu bekerja?"
Dyandra turun, membuka helm yang ada di kepalanya dan menatap sang suami.
"Aku di berikan kepercayaan lebih sekarang, bisa membantu Lounge lain yang juga masih satu management dengan kantorku,"
Daud mengucap syukur dan wajahnya nampak senang. "Seperti naik jabatan?"
"Bisa di bilang begitu,"
Pria yang masih duduk di atas motor itu mengusap dad4 nya senang. Berkali-kali mengucap syukur atas kerja keras istrinya.
Bahkan dia masih menatap punggung istrinya ketika berjalan menjauh.
Tepat beberapa meter di depan nya, langkah sang istri berhenti. Daud mengernyit, menatap lekat pada mobil mewah yang juga ada di sana.
Pria berbadan kekar turun dari mobil, di balut kemeja putih yang tak seutuhnya di kancing membuat otot-otot nya terlihat sempurna. Kumis dan jenggot tipis pria itu tercukur rapi.
Dyandra menyapa nya dengan penuh senyuman.
"Itu kah atasan yang sering dia ceritakan?!" Daud mengernyit. Ada perasaan aneh di hatinya, rasa sakit seperti tertusuk jarum-jarum kecil.
"Stop, istrimu itu sedang bekerja. Jangan berburuk sangka!" ia mengatakan nya dalam hati. Mencoba meyakinkan bahwa tidak akan terjadi apa-apa.
.
"Good morning,"
"Pagi-pagi di tempat yang belum beroperasional seperti ini?" tanya Dyandra.
"Exactly, Dyandra." Rocky melangkah masuk, diikuti Dyandra di belakangnya.
Mereka masuk ke satu ruangan yang gelap, Rocky menyalakan lampu di sana. Ruangan itu terlihat kosong tak banyak berkas di sana.
"Di ruang lain ada beberapa bagian yang sedang bekerja. Aku rasa ini bisa memacu adrenalin kita," bisik Rocky.
Dyandra menggigit bibirnya tak tahan.
Mereka mulai melakukan kegiatan yang sekarang menjadi hal rutin di lakukan. Almost everyday.
Keringat yang bercucuran, napas yang tersengal dan des4han kecil menjadi makanan mereka sehari-hari. Pasangan masing-masing yang menaruh kepercayaan seolah tak pernah ada.
Menjelang siang, Rocky mengajak Dyandra untuk kembali ke B Style.
Sesampainya di sana, Rocky memarkirkan mobilnya di basement.
"Mau lakukan lagi di sini?" tanya Dyandra.
"Kamu selalu menantangku!"
Tangan Rocky bergerak cepat meremas gundukan itu, bibirnya menggigit kecil kulit putih Dyandra. Wanita berambut pendek melakukan hal yang sama.
Rocky menarik rambut Dyandra naik dan turun seraya menikmati nya.
"Sedikit lagi, bisa lebih keras?"
Dyandra mengangguk, menaik turun kan kepalanya dengan cepat seperti permintaan Rocky.
"Yes, kamu memang yang terbaik,"
"Katakan bahwa aku lebih baik dari istrimu, aku butuh kau mengatakan itu!"
Rocky masih diam tak bisa fokus dengan perkataan Dyandra.
"Rocky katakan! Aku bisa melayanimu setiap hari kapan pun kamu butuh!"
Tiba-tiba badan Rocky tersengal, dia kaget bukan kepalang ketika melihat mobil istrinya masuk ke basement. Tangan kirinya terangkat, ia menatap jam tangan yang belum menunjukan waktunya pergantian shift.
"Ada Brigita! Menyingkir!" cepat-cepat ia membenarkan celana nya.
Dyandra juga terlihat gelagapan di dalam sana, merapikan rambut dan pakaian nya yang berantakan.
Kepanikan menyerang mereka berdua.
"Dia pasti akan ke sini, karena suara mobilku menyala."
"Lalu?"
"Tetap lah di mobil, setelah aku naik ke atas bersama Brigita beberapa menit lagi aku akan turun menjemputmu. Oke?"
Dyandra mengangguk.
Rocky keluar dari mobil seolah tidak terjadi apa-apa. Brigita juga terlihat terkejut menatap suaminya.
"Sayang? Kok baru sampai?"
geli banget celap celup gitu kali
eeuyuh...ogah banget🤑
gretet aku ☺️☺️