NovelToon NovelToon
Gadis Bar-Bar Mendadak Menikahi Ustadz

Gadis Bar-Bar Mendadak Menikahi Ustadz

Status: sedang berlangsung
Genre:Pernikahan Kilat / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Kontras Takdir / Suami ideal / Gadis nakal
Popularitas:10.6k
Nilai: 5
Nama Author: Amelia's Story

Arsyan Al Ghazali, seorang ustadz muda tampan, dikenal karena keteguhan imannya, kefasihannya dalam berdakwah, dan pesona yang membuat banyak wanita terpesona. Namun, ia tak pernah tergoda dengan pujian atau perhatian dari lawan jenis. Baginya, agama dan dakwah adalah prioritas utama.

Di sisi lain, Nayla Putri Adinata adalah gadis liar dari keluarga konglomerat yang gemar berpesta, bolos kuliah, dan menghabiskan malam di klub. Orang tuanya yang sudah lelah dengan tingkah Nayla akhirnya mengirimnya ke pesantren agar dia berubah. Namun, Nayla justru membuat onar di sana, bersikap kasar kepada para santri, dan berusaha melawan aturan.

Segalanya berubah ketika Nayla berhadapan dengan Al Ghazali, ustadz muda yang mengajarkan ilmu agama di pesantren tersebut. Awalnya, Nayla merasa jijik dengan semua aturan dan ceramahnya, tetapi pesona ketenangan serta ketegasan Al Ghazali justru membuatnya semakin penasaran.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Amelia's Story, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Saat Mertua tak memberi Restu

Al langsung panik saat tubuh Nayla mendadak lunglai di hadapannya. Ia memeluk istrinya yang pingsan dengan wajah panik, kemudian membawanya ke kamar dan segera memanggil dokter. Setelah pemeriksaan, dokter mengatakan Nayla mengalami tekanan psikologis berat dan kelelahan fisik karena tidak makan serta kurang istirahat.

Setelah dokter pergi, Al duduk di samping tempat tidur sambil menggenggam tangan Nayla yang masih terbaring lemah. Wajahnya penuh penyesalan dan kekhawatiran.

“Sayang... kamu kuat, kamu lebih dari apa yang orang-orang katakan. Jangan biarkan masa lalu mencuri kebahagiaan kita. Aku butuh kamu, Nayla...” ucap Al pelan, mencium kening istrinya.

Saat Nayla akhirnya terbangun, air mata langsung mengalir dari sudut matanya. “Aku malu, Mas... Aku merasa kotor… dan semua orang tahu sekarang… aku gak pantas buat kamu…”

Al menunduk, lalu menatap Nayla dalam-dalam. “Pantas atau tidak, itu bukan urusan manusia. Yang penting adalah kamu menyesali masa lalu dan berubah karena Allah. Dan itu… adalah hal paling mulia.”

Nayla menggigit bibirnya, tangisnya pecah. Tapi pelukan Al terasa begitu hangat. “Aku akan jaga kamu, Nayla. Tapi kamu harus bantu dirimu sendiri juga. Kamu harus bangkit, demi kita…”

Setelah itu, Al mulai mengambil cuti sementara dari semua aktivitas publiknya. Ia fokus menjaga Nayla, memasak makanan kesukaan istrinya, mengajaknya zikir bersama, dan membacakan kisah-kisah perempuan mulia yang juga pernah memiliki masa lalu kelam tapi dimuliakan oleh Allah karena taubatnya.

Namun di sisi lain, jejak IP pengirim data itu mulai mengarah pada satu akun mencurigakan yang ternyata sering berinteraksi dengan… Dira.

Keluarga besar Al, yang selama ini tinggal di lingkungan elit Jakarta dan dikenal sebagai keluarga terpandang dan religius, mulai mendengar gosip yang menyebar di media sosial dan grup-grup WhatsApp tentang masa lalu Nayla. Nama mereka ikut disebut-sebut karena status Nayla sebagai istri dari Arsyan Al Ghazali, ustadz muda sekaligus CEO perusahaan travel haji dan umrah.

Ibunda Al, Nyai Salma, mendengus kecewa saat membaca potongan artikel gosip di tabletnya. “Ini perempuan... sudah bikin geger satu keluarga. Kita enggak pernah punya nama seburuk ini!”

Ayah Al, Haji Ghazali, mencoba lebih tenang namun jelas terlihat muram. “Kita harus bicara sama Al. Kalau ini tidak disikapi dengan bijak, bisa berdampak ke semua lini… termasuk bisnis kita.”

Sementara itu, adik Al yang bernama Nadra, yang sejak awal tidak menyukai Nayla karena penampilannya yang dinilai terlalu “bebas” di masa lalu, langsung membuat status sindiran di akun media sosial pribadinya. Tanpa menyebut nama, tapi semua orang bisa menebak siapa yang ia maksud.

Al yang mengetahui reaksi keluarganya, langsung datang ke rumah orangtuanya. Ia menatap satu per satu wajah keluarganya dan dengan tenang namun tegas berkata, “Aku tahu siapa Nayla. Aku tahu masa lalunya. Tapi aku juga tahu taubatnya. Dan aku bangga jadi suaminya.”

Ibunya hendak menyela, tapi Al melanjutkan, “Jika kita mengaku beragama, maka kita tak boleh menolak orang yang sudah berubah. Rasul pun memuliakan para pendosa yang bertaubat.”

Suasana hening sejenak. Tapi jelas belum semua menerima sepenuhnya.

Konflik internal keluarga Al memanas setelah pernyataan tegas Al membela Nayla.

Malam itu, di ruang keluarga rumah besar keluarga Ghazali, perdebatan mulai tak terkendali. Nadra yang selama ini memendam rasa tidak suka pada Nayla, akhirnya meledak, “Mas Al terlalu dibutakan oleh cinta! Kamu tahu kan, reputasi keluarga ini dipertaruhkan?! Semua orang ngomongin Nayla, dan mereka mentertawakan kita!”

Ibunda Al, Nyai Salma, ikut menimpali dengan nada tinggi namun getir. “Ibu enggak pernah larang kamu nikah, Al. Tapi kamu harus sadar, Nayla bukan dari lingkungan kita. Dia itu... pernah hidup bebas. Sekarang semua orang tahu, bahkan calon investor menunda kerja sama!”

Al duduk diam sejenak, lalu menatap ibunya. “Bu, dosa masa lalu Nayla bukan alasan untuk kita menghakimi. Apalagi dia sudah berubah. Aku juga enggak mau jadi orang munafik yang menutup mata pada nilai-nilai Islam hanya demi reputasi.”

Nadra berdiri sambil mendengus, “Kalau Nayla masih di rumah ini, aku keluar! Aku enggak tahan lihat orang yang dulu—”

“Cukup!” suara Haji Ghazali akhirnya terdengar tegas. “Jangan lagi kalian ribut soal masa lalu orang. Kalau kalian ingin mempertanyakan sesuatu, tanyakan pada saya, karena saya yang dulu juga penuh dosa! Tapi saya bertaubat, dan sekarang saya dihormati. Apa kalian pikir saya pantas dapat semua ini kalau Allah tak memberi ampunan?”

Semua terdiam. Tapi bukan berarti konflik mereda.

Nadra tetap bersikukuh menentang Nayla. Beberapa anggota keluarga besar ikut memihak, bahkan ada yang mencoba menghubungi Al secara pribadi dan menyarankan agar Nayla “disingkirkan demi nama baik keluarga.”

Al sadar, pilihannya akan membuatnya kehilangan sebagian hubungan keluarga. Tapi dia juga tahu, meninggalkan Nayla akan mengkhianati cinta dan nilai-nilai yang selama ini diajarkannya sendiri.

Begitu mendengar sendiri bahwa keluarga Al menolaknya karena masa lalu, Nayla benar-benar hancur. Ia tak sengaja mendengar percakapan Nadra dan dua anggota keluarga lain di taman belakang rumah:

“Dia enggak pantas ada di rumah ini. Punya masa lalu gelap, sekarang pura-pura jadi istri ustadz. Malu-maluin.”

“Al seolah-olah enggak punya pilihan lain. Kalau bukan karena dia... keluarga ini enggak akan diguncang kayak gini.”

Nayla berdiri membeku di balik pintu kaca, air matanya jatuh tanpa suara. Hatinya perih, perasaan bersalah menumpuk karena merasa telah merusak hubungan keluarga suaminya. Ia berjalan pelan kembali ke kamar, mencoba menahan tangis, namun begitu melihat sajadah di sudut kamar, ia langsung sujud. Tangisnya pecah dalam doa panjang.

Saat Al pulang, ia menemukan Nayla duduk sendirian di teras belakang. Wajahnya pucat, matanya sembab.

“Aku... enggak pantas ada di sini, Mas,” lirih Nayla. “Mereka semua bener. Aku cuma bikin kamu jauh dari keluargamu. Aku enggak mau jadi alasan kamu kehilangan segalanya.”

Al mendekat, mengusap wajah Nayla dengan lembut. “Nay, kamu pantas. Lebih dari siapa pun. Jangan pernah berpikir kamu beban. Kalau mereka menolakmu karena masa lalu, maka biar aku yang berdiri untuk masa depanmu.”

Nayla menggenggam tangan suaminya erat, tapi tetap berkata, “Beri aku waktu, Mas. Aku mau pulang dulu ke rumah Papa. Biar semuanya tenang. Aku juga butuh menenangkan hati.”

Al menatap istrinya dalam-dalam. Berat, tapi dia tahu Nayla butuh ruang. Dengan pelukan panjang dan doa, Al mengantar Nayla pulang ke rumah Pak Faisal malam itu.

Al yang duduk di ruang kerja malam itu, memandangi foto pernikahannya dengan Nayla, masih teringat jelas setiap detail malam pertama mereka. Bukan sekadar kebersamaan yang intim, tapi lebih dari itu—ia tahu, dari caranya Nayla bersikap gugup, dari getar tubuhnya, dari raut wajahnya yang jujur—Nayla tetap suci.

Meski dulu banyak orang mencibir dan meremehkan Nayla karena masa lalunya yang sering terlihat di dunia malam—bergaul, berpakaian glamor, dan menjadi pusat sorotan—nyatanya, Nayla menjaga dirinya.

Al menutup matanya sejenak, mengingat kata-kata istrinya malam itu setelah mereka sholat berjamaah.

“Aku tahu aku bukan perempuan ideal, Mas. Tapi satu yang aku jaga, karena aku ingin hanya suamiku yang berhak.”

Dan benar, Al adalah yang pertama. Itu membuat hatinya semakin penuh—bukan karena sekadar “kesucian”, tapi karena Nayla menjaganya untuk sebuah janji. Untuk sebuah harapan.

Ketika keluarga Al terus mempermasalahkan masa lalu Nayla, Al berdiri tegak. Ia mengumpulkan keluarganya di ruang utama rumah besar itu dan berkata:

“Kalian menilai dia dari cerita masa lalu. Tapi aku yang hidup dengannya sekarang. Aku yang menyaksikan bagaimana ia berubah, bagaimana ia sholat dan menangis setiap malam, bagaimana ia jaga martabatnya lebih dari siapa pun. Dan satu hal yang mungkin tak kalian tahu—Nayla masih suci saat aku nikahi. Kalau kalian tetap menolak wanita sebaik itu, maka jangan harap aku tetap ada di keluarga ini.”

Hening. Tak ada yang bisa membantah. Nadra menunduk, dan bahkan Ayah Al perlahan terdiam dalam pikiran panjang.

1
Amelia's Story
♥️♥️terimakasih sudah mampir ka
Amelia's Story
Iya ka, maaf ta Authornya lagi banyak kerjaan 🤭🤭🫠♥️♥️
𝐈𝐬𝐭𝐲
Alhamdulillah akhirnya up juga. .
𝐈𝐬𝐭𝐲
jadi ikutan terharu l...🥺🥺
Amelia's Story
ditunggu ya ka, sudah up mungkin malam sudah bisa dibaca
𝐈𝐬𝐭𝐲
lanjut Thor makin seruuu...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!