Warning ⚠️ ini Novel 🌶️🙈
"Jangan pura-pura, Daniar! Aku tahu kamu masih cinta padaku," ujar Leonard, suaranya bergetar dengan gairah.
"Tolong Mas! Lepaskan aku, ini salah, aku tidak bisa melakukan ini. Aku sudah memiliki anak." Daniar berusaha kabur.
"Aku tidak peduli pada statusmu. Hanya kamu! Hanya kamu wanita yang aku inginkan!"
Cinta lama yang tak terlupakan, gairah yang tak terkendali. Leonard, mantan suaminya, kembali mengisi hidup Daniar. Kenyataannya mereka masih sama-sama saling cinta. Apakah Daniar akan memilih cinta lama atau mempertahankan pernikahan keduanya?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Noona Y, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15
Dewi tertawa dengan puas di Ruang TV, matanya terpaku pada layar ponsel yang menampilkan berita heboh di grup ibu-ibu arisan di komplek perumahannya.
"Kenapa, Ma? Kok tiba-tiba tertawa keras begitu?" tanya Anton, suaminya, baru saja keluar dari kamar dan bersiap untuk berangkat ke toko.
Dewi memperlihatkan foto di ponselnya sambil tertawa-tawa. "Lihat ini, Pa! Ini foto anak Bu Ratna, si Surya."
Anton mengangguk dengan santai. "Ooh, si Surya, mantan pacar Daniar waktu SMA."
Dewi menyeringai. "Lihat ini, ada gossip baru. Beritanya begini: Surya anak Bu Ratna kegirangan, akhirnya ketemu mantan yang makin cantik setelah menikah. Ayo, ibu-ibu, cariin jodoh buat si Surya, biar bisa cepat move on dari Daniar."
Anton hanya tersenyum tipis dan menggelengkan kepala, melihat kebahagiaan istrinya diatas penderitaan musuh bebuyutan, Ratna. Padahal sudah puluhan tahun mereka bertetangga, sejak Surya dan Daniar masih duduk di bangku SD.
"Ma, kami berangkat," seru Daniar dan Leonard, mereka sudah berdandan rapi untuk keluar rumah.
"Eh, kalian mau kemana?" tanya Dewi, penasaran.
"Kami mau ke dokter, Ma, sama ke kantor Mas Leon," jawab Daniar.
Dewi tersenyum sumringah, "Ya ampun, mimpi apa Mama semalam? Kalian beneran dapat momongan, ya?" tanya Dewi penuh harap.
Daniar dan Leonard hanya tersenyum saja, tidak menceritakan persoalan mereka, yang mau melanjutkan sesi konsultasi pernikahan. Daniar merasa tidak tega memberitahu kedua orangtuanya tentang kdrt yang ia alami. Ia memilih diam dan memberikan kesempatan kepada suaminya yang mau berubah.
Daniar dan Leonard pamit keluar rumah, di dalam mobil, Leonard memandang istrinya penuh rasa bersalah. "Apa kamu siap untuk konsultasi hari ini?" tanyanya lembut.
Daniar mengangguk, walaupun merasa sedikit gugup. "Aku siap, Mas."
Leonard mengambil tangan Daniar dan memijatnya dengan lembut. "Jangan khawatir, aku akan selalu ada untukmu."
Daniar merasa sedikit lebih tenang, tapi masih merasa tidak yakin tentang apa yang akan dibicarakan saat konsultasi hari ini.
Sesampainya di Rumah Sakit.
Dokter yang ramah menyambut Daniar dan Leonard di Ruang konsultasinya. "Selamat pagi, senang bisa bertemu kalian lagi."
Daniar dan Leonard duduk di kursi yang disediakan, mereka masih terlihat sedikit gugup.
Dokter Widyastuti memandang Leonard dengan mata yang tajam. "Saya telah memantau perkembanganmu selama beberapa bulan terakhir, dan saya harus mengatakan bahwa kamu telah menunjukkan perbaikan yang signifikan dalam hal stabilitas emosional."
Leonard tersenyum lega.
"Kamu rutin menjalani terapi emosi, belajar untuk mengenali dan mengelola emosi negatif," ucap sang dokter sambil melihat catatan medis.
Daniar ikut merasa senang mendengarnya.
Dokter Widyastuti tersenyum. "Saya pikir bahwa kalian sudah siap untuk memasuki babak selanjutnya, misalnya memperkaya hubungan intim suami-istri."
Glek!
Daniar menelan kasar salivanya beberapa kali.
Dokter Widyastuti memandang Daniar. "Sekarang, saya ingin menanyakan sesuatu yang penting. Kapan kalian mulai berhubungan intim lagi setelah insiden yang terjadi?"
Sebelum Daniar mau menjawab, Leonard lebih dulu berkata. "Semalam, baru semalam Dokter."
"Oh... Itu bagus sekali, saya kira kalian belum akan melakukannya, lalu bagaimana dengan chemistry dan durasinya? Apakah kembali normal seperti dulu?"
Dengan pipi merona, Daniar mengangguk kan kepala.
Dokter Widyastuti merasa lega. "Saya sangat senang mendengar bahwa kalian berdua sudah kembali berkomunikasi lebih baik. Memahami kebutuhan masing-masing adalah kunci hubungan harmonis dan langgeng pasangan suami-isteri."
Kemudian Dokter Widyastuti menutup file konsultasi. "Baiklah, saya rasa sudah cukup konsultasi hari ini. Kita lanjutkan dua Minggu lagi."
Daniar dan Leonard saling menatap dengan senyum.
"Oh... Saya sarankan juga, sebaiknya kalian segera mempertimbangkan untuk memiliki anak. Saya rasa kalian berdua sudah siap untuk memasuki babak baru kehidupan pernikahan," ucap sang Dokter, tertawa kecil.
"Tentu saja, Dokter, saya pikir juga begitu," Leonard mengangguk setuju, sambil menggenggam lembut tangan istrinya.
Pipi Daniar semakin merah seperti kepiting rebus. "Te... Terima kasih, Dokter," ucap Daniar tersenyum malu-malu.
.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
#TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA ❤️❤️❤️
**Jangan lupa meninggalkan jejak kebaikan dengan Like, Subscribe, dan Vote ya...~ biar Author makin semangat menulis cerita ini, bentuk dukungan kalian adalah penyemangat ku...😘😘😘**