Menikah dengan pria usia matang, jauh di atas usianya bukanlah pilihan Fiona. Gadis 20 tahun tersebut mendadak harus menerima lamaran pria yang merupakan paman dari kekasihnya sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sept, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Memancing Kemarahan Arga
"Masuklah!" titah Arga sesaat setelah membuat pipi Fiona merona karena perbuatannya yang tiba-tiba tersebut.
Fiona yang merasa malu, dia pun mengangguk dan masuk ke halaman kampus. Saat di gerbang, ia berpapasan dengan mahasiswi lain, yang juga teman satu jurusan.
Sedangkan Arga, setelah memastikan Fiona sudah masuk kampus, dia bergegas pergi ke suatu tempat.
...----------------...
Kediaman Davin Sahlendra
Rumah tiga tingkat itu kelihatan sepi saat Arga datang, dia hanya disambung pelayan yang sedang bertugas membersihkan rumah.
"Ke mana semuanya, Bik?" tanya Arga saat melihat rumah yang sepi tanpa penghuni tersebut.
"Nyonya pergi keluar tadi pagi, baru saja ... Mungkin sepuluh menit lalu," kata Bibi.
"Bukan, maksud saya Davin!" Arga mendongak menatap tangga menuju kamar lantai dua, itu kamar Davin.
"Oh, tuan muda Davin? Sejak semalam beliau belum pulang."
Arga mengerutkan dahinya, kemudian jalan melewati bibi pelayan. Seolah tak percaya dengan jawaban asisten rumah tangga tersebut. Ia langsung saja menaiki tangga dan menuju kamar keponakannya.
(Dibilangin gak percaya, apa Pak Arga pikir saya bohong)
Bibi ikut mendongak, dilihatnya Arga menaiki tangga yang melingkar dari samping ke tengah tersebut.
...----------------...
Arga sudah sampai di depan pintu kamar Davin, saat dibuka pintunya, hanya ada art lain yang sedang mengepel lantai kamar itu.
"Eh, Pak Arga ... Maaf, kamarnya saya bersihkan dulu, masih basah."
Arga mengangguk. Ia berbalik, mulai percaya kalau Davin memang tidak ada di rumah itu. Sudah pasti anak itu bersembunyi takut kalau bertemu dengannya. Siapa yang suruh macam-macam menyentuh miliknya, Arga tak akan melepaskan orang itu, walau itu saudara sendiri.
Pada akhirnya, Arga balik dengan tangan kosong. Ia meninggalkan kediaman Davin Sahlendra tanpa informasi apapun. Ketika di mobil, ia pasang headset bluetooth di telinganya, menelpon Tara sang sekretaris, minta asistennya itu mencari di mana keberadaan Davin saat ini.
...****************...
Yang dicari-cari sedang tidur nyaman di salah satu villa di kawasan puncak. Davin sedang berbaring di sebuah kamar, di temani wanita muda cantik.
Meskipun bisa bebas berkencan dan main-main dengan wanita manapun, Davin masih tidak mau melepaskan Fiona begitu saja. Apalagi Fiona terang-terangan direbut sang paman, ia akan membuat keduanya tidak akan bahagia. Sang paman sudah merusak kesenangannya.
Kalah umur, bukan berarti Davin mau mundur. Yang kenal Fiona duluan adalah dia, makanya sakit hati sekali saat tahu Fiona hamil anak Arga. Dua tahun pacaran saja Fiona menolak kalau diajak hubungan yang lebih intens, sekarang bagaimana bisa Arga mendapatkan Fiona dengan cuma-cuma?
Marah, benci, dendam, Davin bangun dan menyibak selimut dengan kasar. Ingat Arga dan Fiona hanya membuatnya geram. Bahkan saat wanita di sebelahnya mencoba membelainya, ia langsung menepis dengan kasar tangan lembut wanita itu.
"Keluar dari kamar ini sekarang!" usir Davin tanpa perasaan. Baginya bersenang-senang dengan wanita itu cuma main-main saja.
"Kamu dengar tidak?" sentak Davin saat wanita cantik itu terus saja menggoda, menggelayut di punggung dan merangkul pinggang nya.
Dibentak seperti itu, padahal malam tadi mereka enak-enakan, wanita itu pun langsung tersenyum kecut. Untung saja sudah di TF dua digit. Jadi sudahlah, yang penting ada uang ada sayang.
"Oke ... oke. Jangan galak-galak beib. Nanti kalau kamu butuh, langsung calling ya," bisiknya mesra di telinga Davin.
Davin cuma diam, tidak peduli. Ia beranjak dan pergi ke balkon. Menyalakan korek, menuang minuman ke dalam gelas, duduk sambil dikelilingi kepulan asap dengan pemandangan hijau dari seberang sana.
......................
Senja menyapa langit ibu kota, Fiona baru keluar dari kampusnya. Tidak jauh dari tempatnya, sebuah mobil berhenti. Seorang lelaki keluar dan menghampiri Fiona.
"Nona Fiona, silahkan ikut dengan kami, Bu Sasmita ingin berbicara."
Fiona ragu, tapi juga penasaran siapa yang ingin ketemu. Ia pun ikut laki-laki yang sepertinya sopir tersebut.
"Silahkan masuk!" pria itu membuka pintu mobilnya.
Fiona melihat ke dalam, cukup kaget melihat siapa yang duduk di dalam sana.
"Duduk! Kita perlu berbicara!" ucap perempuan paruh baya yang memangku tas branded tersebut.
Fiona ingin menolaknya saja, tapi nanti malah tak sopan. Akhirnya dia ikut, dan mobil langsung jalan. Suasana sangat tenang dan hening, hanya butuh waktu lima menitan, mobil itu berhenti di sebuah restoran mewah.
Bu Sasmita jalan duluan, diikuti oleh Fiona di belakang. Rupanya sudah melakukan reservasi sebelumnya, Bu Sasmita pun langsung menuju ruang privat.
Saat Fiona masuk, di dalam rupanya sudah ada orang lain.
"Duduklah!" ucap Bu Sasmita yang duduk lebih dulu.
Fiona pun menarik kursi, baru akan duduk, tiba-tiba wajahnya langsung saja disiram segelas air putih. Dua perempuan di depannya, kini menatapnya dengan pandangan jijik.
"Masih muda, tapi licik sekali. Kamu dekati anak saya ... Kemudian menikahi pamannya? Juiih! Menjijikan. Saya dengar kamu sekarang hamil? Astaga ... Benar-benar gadis murahan. Trik kotor. Saya pikir kamu gadis baik-baik, makanya saja ijinkan kamu berhubungan dengan Davin selama ini. Nyatanya kamu sangat menjijikan!"
Mama Arga, yaitu Bu Sasmita, dia tersenyum tipis. Tertawa puas dalam hati, tak perlu mengotori tangannya, cukup pakai tangan sang adik, dia akan membuat Fiona tersiksa dan minta pisah dari anaknya.
Fiona sendiri akan pergi dari sana, dia langsung menggenggam tasnya. Karena undangan saat ini, jelas hanya untuk memperlakukan nya. Dengan rambut, wajah dan baju bagian depan yang basah, dia pun akan pergi.
"Hei .... gadis murahan, mau ke mana? Saya belom selesai bicara! Apa kamu tidak punya sopan santun? Apa orang tuamu tidak mendidik mu?? Oh ya ... Saya lupa! Sejak kecil kamu memang tidak mendapatkan didikan orang tua!" hina Mama Davin, Bu Agatha.
Fiona masih sabar, tidak mau membela diri atau membalas. Ia langsung saja berbalik dan akan pergi. Namun, Bu Agatha yang kesal merasa dicueki, ia reflek mendorong punggung Fiona sampai wanita itu jatuh terjerembab.
Bu Sasmita sempat kaget, tak menyangka adiknya akan main fisik, kalau sekedar cacian dan serangan secara verbal, cukuplah untuk merusak mental wanita itu, tapi begitu sang adik main fisik, Bu Sasmita agak bagaimana gitu, takut kalau ketahuan Arga. Bisa-bisa anaknya itu murka.
Melihat Fiona merintih, mama Davin malah berpangku tangan. "Jangan pura-pura! Bangun ...!"
Fiona masih meringkuk, mencoba bangkit tapi perutnya sakit sekali.
Bu Sasmita dan Bu Agatha saling menatap, sekilas mata keduanya terlihat cemas. Apa mereka berdua sudah keterlaluan?
mau sedot sedot aja ooommmm 😂
udah kau bobol sieee
🤣
mlendung fiiiii
😂
pikiran mu liar sekali Tarrrr
😂🙆♀️
😃
kang buaya
beresiko kembung 9 bulan 🤣🤣🤣🤣😂
😃
kejadian 😱
Taraaaa gak usah dipikirin 😃
hiiiiiiiiiiiiiii fio...
semoga tidak kenapa2