Bercerita seorang yang dahulu di beri julukan sebagai Dewa Pengetahuan dimana di suatu saat dirinya dihianati oleh muridnya dan akhirnya harus berinkarnasi, ini merupakan cerita perjalanan Feng Nan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anonim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 14: 3 Hari Sebelum Bencana
Tiga hari telah berlalu sejak malam saat Feng Nan menyusup ke penginapan tua dan mendengar percakapan rahasia keluarga Zhao. Sejak saat itu, tidak ada pergerakan mencurigakan yang terpantau. Kota Gu yang biasanya sunyi, kini justru terasa terlalu tenang. Terlalu sepi. Seolah seluruh udara menyimpan napasnya sendiri, menunggu sesuatu yang besar akan terjadi.
Dalam kurun waktu itu, Feng Nan mempercepat pelatihan Liu Shi. Mereka menggunakan tempat paling terpencil di dalam sekte — sebuah halaman kecil yang tersembunyi di balik barisan bambu. Tidak banyak yang tahu tempat itu masih digunakan, dan justru karena itulah Feng Nan memilihnya.
Namun, pagi ini berbeda.
Kabut tipis menyelimuti tanah. Embun masih bergelayut di ujung dedaunan saat suara letupan energi terdengar dari halaman bambu. Aura yang kuat menyembur naik ke udara, menyebabkan burung-burung yang bersarang di pohon seketika beterbangan, panik. Di tengah pusaran energi itu, Feng Nan duduk bersila. Rambutnya bergetar lembut, dan tubuhnya memancarkan cahaya perak samar yang mengalir dari pori-porinya.
Tubuhnya diselimuti lapisan energi yang mengalir seperti arus sungai yang tertahan. Perlahan namun pasti, energi itu mulai menyatu, memadat, hingga akhirnya—pecah dalam gelombang tenang yang nyaris tak bersuara.
Terobosan.
Ranah Inti Perak Akhir.
Feng Nan membuka matanya perlahan. Dalam sekejap, dunia di sekelilingnya terasa lebih tajam. Ia bisa mendengar detakan jantung seekor kelinci di balik semak dua puluh langkah dari tempatnya duduk. Ia bisa merasakan aliran energi bumi yang mengalir perlahan di bawah tanah. Dan yang lebih penting lagi, tubuhnya kini mampu menampung dan menstabilkan energi dalam jumlah yang sebelumnya mustahil baginya.
Jika para tetua dari sekte tahu seseorang seusianya telah mencapai tahap ini, mereka mungkin akan mengira Feng Nan adalah reinkarnasi dari seorang dewa tua meskipun pernyataan itu juga benar. Namun sayangnya—atau untungnya—tidak ada yang tahu.
Feng Nan tidak pernah menyebutkan usianya, dan tidak ada satu pun catatan resmi tentang dirinya. Ia muncul secara misterius dengan Liu Shi dan diterima sebagai tamu kehormatan di sekte ini atas rekomendasi langsung dari Master Hu.
Namun, konsentrasi Feng Nan tiba-tiba pecah oleh suara langkah cepat di balik pohon bambu. Sesosok gadis muda muncul dengan napas terengah, wajahnya memucat, dan sorot panik tak bisa disembunyikan dari matanya.
"Liu Shi?" gumam Feng Nan sambil berdiri.
"Aku... aku tidak tahu harus bicara ke siapa lagi..." Liu Shi mendekat, suara gadis itu gemetar meski ia berusaha keras terlihat tenang.
Feng Nan menatapnya dalam. “Katakan saja.”
Liu Shi mengatupkan bibirnya sejenak, lalu menarik napas dalam sebelum berkata, “Tadi pagi... ada seseorang dari keluarga Zhao datang ke sekte ini. Dia membawa surat dari kepala keluarga langsung. Surat itu ditujukan pada Master Hu... dan isinya menyatakan bahwa aku telah ditunangkan dengan salah satu tuan muda keluarga mereka. Mereka datang untuk ‘menjemput calon pengantin.’”
Suasana menjadi sunyi. Begitu sunyinya hingga suara dedaunan yang jatuh ke tanah pun terdengar jelas.
Feng Nan menyipitkan matanya. “Dan Master Hu?”
“Beliau menerima mereka sebagai tamu,” jawab Liu Shi cepat. “Tapi aku tahu ekspresi wajah beliau saat marah. Beliau tidak sepenuhnya setuju... tapi tidak bisa menolak secara langsung.”
“Apa kau tahu siapa tuan muda itu?”
Liu Shi menggeleng. “Hanya disebutkan sebagai pewaris cabang utama. Tapi yang membuatku takut... adalah saat aku menatap salah satu penjaga mereka. Aura yang dia miliki… mirip dengan apa yang kau ceritakan saat kau menyelinap ke penginapan itu.”
Feng Nan diam beberapa saat, lalu mengambil jubah panjangnya dan mengenakannya dengan satu gerakan. “Kau tahu di mana mereka sekarang?”
“Mereka sedang dijamu oleh Master Hu di ruang utama sekte. Tapi... mereka ingin bertemu denganku sore nanti.”
Feng Nan menatap langit. Matahari baru saja naik sepenggalah. Masih ada waktu. Tapi tidak banyak.
“Aku akan ikut,” ujarnya tegas.
Ruang utama sekte bukan tempat sembarangan. Biasanya, hanya tamu kehormatan dan tetua yang diizinkan masuk ke sana. Feng Nan, meskipun tidak memiliki posisi resmi di dalam sekte, diterima masuk karena izin khusus dari Master Hu.
Ruangan itu luas dan tenang. Pilar-pilar kayu tua menopang atap yang dihiasi ukiran naga kuno. Di sisi kanan, duduk tiga pria dengan jubah hitam bercorak perak. Salah satu dari mereka, duduk paling depan, mengenakan cincin batu giok yang mencolok di jari telunjuknya.
Master Hu duduk di sisi kiri, dengan ekspresi tenang namun matanya tajam. Saat Feng Nan masuk, semua kepala menoleh.
“Feng Nan,” sapa Master Hu pelan. “Kau datang.”
Pria berwajah dingin dari keluarga Zhao berdiri, tersenyum tipis. “Dan ini pasti dia... sang hama.”batinya menatap Feng Nan.
Feng Nan tidak membalas tatapan pria itu. Matanya menatap lurus ke pria yang berdiri di hadapannya. Aura pria itu terasa tidak wajar — seolah tubuhnya menyimpan kekuatan yang belum dikeluarkan sepenuhnya.
Pria itu tinggi besar dengan wajahnya penuh luk, jika di lihat wajah pria itu lebih seperti seorang pembunuh bayaran di bandingkan terlihat seperti bangsawan keluarga Zhao, dan di malam itu juga dia tidak melihat atau merasakan aura orang ini saat di penginapan saat itu.
“Kau ingin membawa Liu Shi,” kata Feng Nan tanpa basa-basi. “Apa alasanmu?”
Pria itu tersenyum. “Tunangan. Perjanjian lama antara keluarga kami dan garis keturunan Liu. Sebuah ikatan yang tak bisa dibantah, setidaknya di mata para tetua.”
“Tapi Liu Shi tak pernah tahu tentang ini,” balas Feng Nan cepat. “Dan dia tidak menyetujuinya.”
“Persetujuan bukan bagian dari perjanjian,” jawab pria itu ringan. “Kami hanya melaksanakan takdir.”
Feng Nan menggenggam tangannya erat. Ia bisa merasakan tekanan dari pria ini, dan itu bukan tekanan biasa. Rasanya... mirip dengan kekuatan dahulu yang pernah dia lihat. Apakah mereka benar-benar mengirim seseorang dari atas?
Sebelum ia sempat menjawab, Master Hu mengangkat tangannya.
“Cukup,” ucapnya. “Aku akan memberikan keputusan sore nanti. Sebelum itu, aku ingin berbicara secara pribadi dengan perwakilan keluarga Zhao... dan juga dengan Liu Shi.”
Feng Nan menatap pria itu sekali lagi sebelum membalikkan tubuhnya dan keluar dari ruangan. Hatinya tidak tenang. Ada sesuatu yang disembunyikan. Dan ia harus mengetahuinya sebelum malam tiba.
Sementara itu, di sebuah tempat jauh dari sekte, lima sosok bertudung kembali berkumpul. Salah satu dari mereka membuka segel pada gulungan tua yang memancarkan cahaya gelap.
“Kita kehabisan waktu,” ujar sosok tertua di antara mereka. “Jika iblis itu benar-benar kembali, maka gerhana bulan kali ini akan membuka pintu baru… dan mungkin, kehancuran.”
Yang lain diam. Di antara bayang-bayang, dunia mulai bergetar pelan. Dan langit perlahan-lahan mulai berubah warna.
Gerhana... sudah semakin dekat.
Namun saat mereka saling berbincang insting mereka segera merrespon sesuatu dan dengan cepat menghindari dan benar saja sebuah riak aura menghantam tanah yang sebelumnya mereka pijaki.
Boom!