Felyn Rosalie sangat jatuh cinta pada karya sastra, hampir setiap hari dia akan mampir ke toko buku untuk membeli novel dari penulis favoritnya. Awalnya hari-harinya biasa saja, sampai pada suatu hari Felyn berjumpa dengan seorang pria di toko buku itu. Mereka jadi dekat, namun ternyata itu bukanlah suatu pertemuan yang kebetulan. Selama SMA, Felyn tidak pernah tahu siapa saja teman di dalam kelasnya, karena hanya fokus pada novel yang ia baca. Memasuki ajaran baru kelas 11, Felyn baru menyadari ada teman sekelasnya yang dingin dan cuek seperti Morgan. Kesalahpahaman terus terjadi, tapi itu yang membuat mereka semakin dekat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Xi Xin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perasaan Yang Sama
Sesampainya di rumah sakit, Morgan langsung dipindahkan ke ruang IGD untuk penanganan segera. Felyn dan Randi menunggu di kursi tunggu yang ada di depan ruang IGD. Dengan perasaan cemas, mereka tidak bisa duduk dengan tenang.
"Fel, kok bisa Morgan dirampok?" tanya Randi dengan wajah gelisah.
Felyn menggeleng. "Aku juga gak tahu. Katanya satpam liat orang mencurigakan, jadi dia liat cctv orang itu masuk ke apartemen Morgan dan….mereka menyekap Morgan." jelasnya panjang lebar.
"Ran, Morgan tinggal sendiri?" tanya Felyn.
"Ya, iyalah. Kan dia siswa dari Australia, pertukaran sama siswa Indonesia." jawab Randi. "Emang kamu gak tahu, Fel?"
Felyn menggeleng. "Iya, aku gak tahu."
Beberapa saat kemudian, Wira dan Nadin datang menghampiri Felyn dan Randi.
"Felyn!" teriak Nadin.
"Loh, Nadin. Kak Wira, kalian…"
"Iya, kita nyusul. Kamu tuh gak bisa nunggu kita, ya?!" ucap kesal Nadin.
Wira langsung memperhatikan ruang IGD, Randi tidak sengaja mengamati tingkah anehnya itu, tetapi ia diam saja karena tidak mengenal Wira.
"Ya, maaf." ucap Felyn dengan nada pelan.
"Itu teman kalian masih di dalam?" tanya Wira.
Felyn dan Randi mengangguk. "Iya, udah 15 menit di dalam." jawab Randi.
Tak lama, dokter keluar dari IGD dan langsung menghampiri mereka berempat.
"Kalian semua teman-teman sekolahnya?" tanya dokter dengan wajah serius.
Randi langsung maju dan menjawab, "Iya, Dok. Saya ketua kelasnya."
"Orang tuanya di mana?"
"Dok, kalau soal itu...Morgan murid pertukaran dari Australia, jadi dia tinggal sendiri di sini." jawab Randi.
"Oh, begitu. Lalu, kamu bisa menjadi walinya?"
"....Kalau saya telpon wali kelas saya aja bisa, Dok? Biar beliau saja yang menjadi walinya."
"Iya, boleh. Kalau begitu kamu ikut ke ruangan saya!" perintah dokter.
Felyn yang sejak tadi sudah sangat ingin bertanya tentang kondisi Morgan, tidak sempat membicarakannya dengan dokter tersebut.
"Dok…."
Tetapi Randi langsung menepuk pelan bahunya dan menyuruh Felyn percayakan semuanya pada Randi. "Tenang, nanti aku tanyakan semua." ucapnya pelan lalu bergegas pergi menyusul dokter.
Setelah dokter itu pergi, beberapa perawat baru keluar dari ruang IGD dan Felyn langsung menghentikan salah satu perawat itu untuk bertanya.
"Maaf, suster. Saya mau tanya, pasien tadi apakah baik-baik saja?" tanya Felyn dengan wajah penuh kekhawatiran.
"Oh, pacarnya ya? Tenang saja, fisiknya kuat jadi dia tidak mudah dikendalikan obat yang menyebar di tubuhnya. Sekarang sudah dipindahkan ke ruang inap pribadi, kamu bisa jenguk di sana nanti."
"Sus, kalau boleh tahu...obat apa?" tanya Nadin karena penasaran.
"Itu anastesi yang biasanya dipakai untuk membuat hewan buas pingsan kalau dokter hewan mau melakukan penjinakan atau operasi terhadap hewan tersebut."
"J-jadi...masuk ke tubuh Morgan apa gpp, Sus?"
"Syukurnya seperti yang saya katakan tadi, fisik pasien lumayan kuat, sehingga tidak bisa merobohkan kesadarannya."
"Oh, begitu. Terima kasih, Sus."
"Iya, saya permisi!"
Felyn merasa sedikit tenang mendengar jawaban dari perawat tadi, Nadin berusaha menenangkannya, sedangkan Wira sejak tadi diam saja dan seperti ingin cepat-cepat menghindari hal ini.
"Din, kita ke ruang Morgan ya?!" ajak Felyn.
Nadin pun mengangguk, "Iya, Fel. Kita harus liat dia beneran udah baik-baik aja atau belum."
Saat Felyn dan Nadin baru saja ingin melangkah pergi, Wira langsung berbicara setelah diam beberapa waktu.
"Emm, Felyn, Nadin. Kalian aja yang pergi, saya akan langsung pulang aja." ucap Wira dengan nada pelan.
"Loh, kok gitu Kak? Kenapa?" tanya Nadin.
"Saya ada urusan, barusan dihubungi. Saya tidak bisa mengantar kalian pulang, tidak apa-apa, kan?"
Felyn mengangguk tanpa curiga. "Iya, kak. Gpp, kita bisa pulang bareng sama Walas kok."
Wira mengerti seraya membelai rambut Felyn dengan sikap lembut. "Saya permisi duluan."
"Hati-hati, Kak." ucap serentak Felyn dan Nadin.
Nadin memperhatikan dan menyimpulkan sikap Wira daritadi terhadap Felyn. Ia merasa kalau Wira mempunyai perasaan yang lebih daripada teman kepada Felyn.
"Ehem, kayaknya Kak Wira suka deh sama kamu." sindir Nadin sambil tersenyum.
Felyn langsung menyangkal ucapannya. "Ah, ngada-ngada kamu! Jangan ngomong gitu, mending kita ke ruang Morgan aja."
"Iya-iya, ngindar lagi."
Felyn dan Nadin pun pergi mencari ruang inap di mana Morgan dirawat.
Jam sudah menunjukkan pukul 18.00 Wib, sudah akan memasuki waktu magrib. Pak Josua dan Randi yang duduk di sofa sambil menjaga Morgan, mereka tampak berbincang-bincang tentang keadaan yang menimpa Morgan.
"Menurut Bapak kita harus memberitahukan hal ini kepada orang tua Morgan?" tanya Randi.
Pak Josua mengangguk. "Iya, Ran. Bagaimanapun orang tua nya harus tahu apa yang dialami anak mereka."
"Tapi nanti semakin rumit dong, Pak."
"Saya juga berpikir begitu, tetapi orang tua tetap harus tahu tentang anaknya."
Saat pak Josua dan Randi tengah berbincang, Felyn dan Nadin masuk ke ruangan sehingga mereka menghentikan percakapan tersebut.
"Permisi, Pak." Serentak Felyn dan Nadin.
Pak Josua pun beranjak dari sofa, "Iya, Felyn, Nadin. Gak usah terlalu sopan begitu, kan ini diluar jam sekolah."
"Tapi, kan Bapak tetap wali kelas kami." ucap Nadin.
"Umur kalian sama bapak cuma beda 4 tahun aja padahal. Ya udah, saya permisi karena ada urusan mendadak dari sekolah." jawab pak Josua. "Kalian mau pulang atau…"
"Kita masih di sini dulu Pak, Bapak pulang duluan saja." sambung Nadin.
"Baiklah. Randi, tolong jaga mereka!"
"Siap, Pak."
"Kalau ada apa-apa langsung telpon saja, gak usah bertele-tele." perintah pak Josua sambil tersenyum.
Pak Josua pun keluar dari ruangan, tertinggal Felyn, Nadin, dan Randi yang menunggu Morgan.
Felyn mendekati Morgan yang tengah terbaring dengan wajah sedih. Randi dan Nadin yang melihatnya pun ikut merasakan apa yang ada di dalam hati Felyn.
Perlahan Randi dan Nadin keluar dari ruangan tanpa Felyn sadari. Mereka berdua membiarkan Felyn berbicara dengan Morgan hanya berdua saja, karena sejak tadi Felyn tidak tenang.
Felyn duduk di kursi yang ada di samping Morgan. Dia tidak bisa berkata-kata melihat Morgan tertidur pulas dan dia tidak tahu apa yang telah terjadi padanya.
"Kenapa...kenapa aku merasakan hal ini lagi?" tanya Felyn sambil menatap Morgan yang tengah tertidur.
Air mata jatuh ke wajahnya dan hatinya terasa sangat menyakitkan. Felyn pernah merasakan hal yang sama, yaitu saat ia harus kehilangan ayahnya untuk selama-lamanya. Ia sekarang merasakan perasaan itu pada Morgan, merasa bahwa keadaannya kembali kepada tahun-tahun di mana harus kehilangan orang yang ia sayangi.
"Kasih tahu aku kenapa Morgan?!....Kenapa aku takut...takut! Takut kehilangan lagi. Takut terjadi sesuatu padamu, kenapa?"
Felyn menangis sambil menundukkan kepalanya, saat bersamaan jari-jari tangan kanan Morgan bergerak perlahan yang menandakan bahwa Morgan sebentar lagi akan segera sadar dari tidurnya, tetapi Felyn tidak menyadari hal itu.
Saat ia tengah mempertanyakan perasaannya, adzan berkumandang dan sudah menandakan waktu sholat magrib telah tiba. Felyn pun menyeka air matanya dan segera beranjak dari tempat duduk untuk pergi ke mushola yang ada di dalam rumah sakit demi menunaikan ibadah sebagai seorang muslim.
Ia bertemu dengan Nadin dan Randi yang baru saja ingin kembali ke ruang inap.
"Felyn, mau ke mushola?" tanya Randi.
Felyn mengangguk. "Iya, kalian kok balik?"
"Ini kami mau bilang mushola ramai dan ada beberapa tempat yang gak bisa dipakai." jawab Nadin.
"Jadi, sekarang gimana?"
"Ya, kita terpaksa sholat di masjid atau mushola terdekat di sini. Kamu mending sholat di tempat Morgan aja, tungguin dia." usul Randi cepat.
Nadin setuju dengan apa yang dikatakan Randi. "Nah, aku setuju ketua. Biar kita aja yang keluar sekalian beli makan."
"Ya udah, kalian hati-hati ya jalan juga rame udah sore gini lagi." ucap Felyn.
Randi dan Nadin mengangguk dan mereka berdua pun bergegas pergi meninggalkan Felyn untuk beribadah ke ke tempat lain. Sedangkan Felyn pergi ke toilet untuk mengambil wudhu lalu setelah itu kembali lagi ke ruang inap untuk melaksanakan sholat magrib di sana.
BERSAMBUNG...