"Ketimbang jadi sadboy, mending ajarin aku caranya bercinta."
Guyonan Alessa yang tak seharusnya terucap itu membawa petaka.
Wanita sebatang kara yang nekat ke Berlin itu berteman dengan Gerry, seorang pria sadboy yang melarikan diri ke Berlin karena patah hati.
Awalnya, pertemanan mereka biasa-biasa saja. Tapi, semua berubah saat keduanya memutuskan untuk menjadi partner bercinta tanpa perasaan.
Akankah Alessa dapat mengobati kepedihan hati Gerry dan mengubah status mereka menjadi kekasih sungguhan?
Lanjutan novel Ayah Darurat Untuk Janinku 🌸
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sheninna Shen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
07. Anak Anjing - Part 1
...“Ugh! Anak anjing yang penurut!” — Alessandra Hoffner...
...🌸...
...“Baiklah, akan aku tunjukkan seperti apa anak anjing itu.” — Gerry Anderson...
Usai perdebatan panjang antara Alessa dan Gerry, akhirnya Alessa mengalah. Mau tak mau ia tetap harus bermalam di apartemen pria itu.
"Kegedean," keluh Alessa saat keluar dari kamar mandi. Wanita itu mengenakan baju lengan panjang milik Gerry tanpa mengenakan celana. Pasalnya, ia tak memiliki baju ganti.
Alessa menyilangkan kedua tangannya, menutupi dua gunung kembarnya yang tak mengenakan bra. Rambut coklatnya yang bergelombang itu tergerai dengan sangat indah. Dia lebih cantik dengan rambut seperti itu ketimbang ekor kuda.
"Cantik kok," ucap Gerry terkesima. Wajahnya memerah dan ia merasakan ada sesuatu yang tak seharusnya ikut terkesima saat itu. Siapa lagi kalau bukan juniornya?
"Dih. Aku bilang kegedean, kenapa malah lari ke cantik?" Tak bisa dipungkiri bahwa Alessa senang saat dipuji oleh Gerry. Pria yang diam-diam ia taksir itu.
"Mau ke mana lagi?" Tanya Gerry saat melihat Alessa yang berbelok ke sofa, bukan ke kasur.
"Tidur. Masa mau main?" Alessa duduk selonjoran di atas sofa dan memeluk bantal sofa. Kemudian ia memposisikan tubuhnya miring menghadap Gerry.
"Jalan sendiri ke sini, atau aku yang ke sana?" Ancam Gerry sambil bersiap-siap bangun dari duduknya.
Pria yang saat ini mengenakan kaos abu-abu itu terlihat lapar. Bukan lapar karena ingin melahap makanan, tapi lapar karena melihat ada mangsa segar di depan mata. Terlebih lagi ia masih merasa belum puas dengan pergumulan tadi. Yah ... sudah berbulan lamanya dia puasa, tentu terbayangkan selapar apa dia saat ini.
"Ssttt. Brisik. Aku mau tidur." Alessa memejamkan matanya. Ia tak menghiraukan ancaman Gerry saat itu. Karena ia tak akan mengira bahwa Gerry benar-benar akan menghampirinya.
"Ck!" Gerry berdecak sebal melihat kelakuan wanita itu. Yah, karena mereka belum sepenuhnya kenal, bukan?
Pria bertubuh kekar dengan sayap bahunya yang lebar itu pun menapaki lantai. Alessa tak mendengarkan bunyi tapak kaki pria itu, karena lantai apartemen milik Gerry di alasi karpet bulu.
Cup!
Entah sejak kapan pria itu duduk berjongkok sejajar dengan kepala Alessa. Yang jelas saat ini wajah mereka saling berhadapan dan keduanya saling beradu pandang. "Sudah ku peringatan bukan?"
Alessa membuka matanya saat Gerry mengecup lembut bibirnya tadi. Tindakan apa itu barusan? Bukankah status mereka hanya sebatas partner bercinta? Memangnya partner bercinta juga terus melakukan ciuman saat mereka tidak bercinta? Bukankah itu hanya dilakukan oleh pasangan? Bisa-bisa hatinya menginginkan hubungan yang lebih dari sekedar partner.
Alessa mengusap bibirnya yang sedikit basah karena ulah Gerry.
"Hmph!" Alessa terbelalak saat tangannya dibawa ke atas oleh Gerry, lalu kini bibirnya di sumpel oleh bibir sensual pria itu.
Gerry membawa kedua tangan Alessa ke atas dan menguncinya menggunakan tangan kanan. Apalagi kalau bukan karena ingin mengusili wanita itu?
"Ngh!" Kembali terdengar suara merdu Alessa yang tertahan saat keduanya berciuman.
Dasar pria! Umpat Alessa saat itu. Kenapa ia percaya bahwa pria itu tak akan melakukan apapun tanpa persetujuan darinya? Buktinya? Belum sehari saja ucapan itu sudah dilanggarnya.
Alessa berusaha melepaskan tangannya dari tangan Gerry, tapi sulit karena tangan pria itu terlalu kuat dan besar. Ia terpaksa menerima ciuman panas dari pria itu. Bahkan kerap kali ia mendengarkan deruan nafas berat Gerry saat itu.
Tak lama kemudian, Gerry melepaskan bibirnya dari bibir Alessa yang sudah bengkak. Wanita itu cemberut dan merajuk karena Gerry langsung memangsanya tanpa pemberitahuan.
“Sudah kuperingatkan tadi. Karena kalau aku yang ke sini, kamu nggak akan ku biarkan tidur lelap.”
“Memangnya kalau aku di kasur, kamu akan membiarkanku tidur? Nggak, ‘kan?” Alessa menatap tajam ke arah Gerry.
Tatapan Alessa saat itu bukannya membuat Gerry takut atau menciut, malah Gerry dibuat semakin geram dengan sifat gemas wanita itu. “Hei, umurmu berapa?”
Sudah dua minggu mereka berteman, jangankan nama panjang masing-masing, umur saja mereka belum tahu. Lagi pula, saat tinggal di Jerman, menanyakan umur kepada seseorang itu termasuk perbuatan yang tidak sopan. Tapi mereka itu berdarah Indonesia. Jadi, bukankah tak masalah jika menanyakan hal yang tabu di Jerman itu?
“Kenapa? Kalau aku lebih tua darimu, kamu akan mendengarkan perintahku?” Alessa mencebik.
“Aww!” Alessa berteriak saat Gerry mencubit gemas hidungnya sambil tersenyum nakal ke arahnya.
“Kalau kamu nggak mau bilang, aku akan menyiksamu sampai pagi. Mau?” ancam Gerry sambil tersenyum setengah.
Tentu saja saat mendengarkan hal tersebut, Alessa langsung menjawabnya tanpa berfikir panjang. “24 tahun. kenapa?”
“Oh, ternyata beda 3 tahun. Karena aku 27.”
“Ih, kenapa bahas umur sih?!” Alessa meronta-ronta ingin melepaskan diri. “Lepasin, aku ngantuk ni.”
“Karena kamu lebih muda dariku, seharusnya kamu mendengarkan ucapanku. Sekarang, memohonlah agar aku melepaskanmu.”
Alessa mengerutkan keningnya dengan bibir yang manyun. Ia memutar otak agar bisa terlepas dari sandera pria buas itu. Membayangkan harus disiksa sampai pagi saja sudah membuat otaknya lelah, apalagi jika ia benar-benar disiksa sampai pagi, bisa-bisa tubuhnya kelelahan dan sulit untuk bergerak esok hari.
“Kak Gerry yang tampan, tolong lepasin aku, ya? Besok ada urusan penting yang harus aku lakukan.” Alessa memohon menggunakan suara yang sangat lembut dan manja. Tentu saja dibarengi ekspresi yang cukup menggoda Gerry saat itu.
“Urusan penting? Besok ‘kan kamu libur?”
“Pokoknya ada seseorang yang harus aku temui besok. Ya? Lepasin aku ya? Ya ya ya? Kak Gerry Sayang. Hm?” Alessa mengibas-ngibaskan bulu matanya dengan manja ke arah Gerry.
Haaa … wanita itu benar-benar salah. Seharusnya ia tak begitu di depan pria yang sedang lapar itu. Bukannya dilepaskan, yang ada ia malah jadi sasaran empuk dan tentu saja sulit untuk dirinya melarikan diri.
Gerry melepaskan cengkeraman tangannya dari kedua tangan Alessa. Kini wanita itu duduk di sofa dengan posisi menghadap Gerry yang saat itu masih berjongkok di lantai. Ia memegang kedua pipi pria itu dengan senyuman yang sangat indah.
“Ugh! Anak anjing yang penurut!” celetuk Alessa sambil mengecup lembut dahi Gerry. Ia kegirangan karena berhasil membujuk pria itu.
“Ck! Anak anjing?” Gerry menyeringai buas. “Baiklah, akan aku tunjukkan seperti apa anak anjing itu.”
...🌸...
...🌸...
...🌸...
...Bersambung …....
Alessa kan kak??
❤❤❤❤❤
ampuuunnn..
manis sekali lhoooo..
jadi teehura..
berkaca2..
❤❤❤❤❤❤
akhirnya mumer sendiri..
😀😀😀😀😀❤❤❤❤
berjanggut ya jadi pangling gonk..
😀😀😀❤❤❤❤❤