Memiliki saudara kembar nyatanya membuat Kinara tetap mendapat perlakuan berbeda. Kedua orang tuanya hanya memprioritaskan Kinanti, sang kakak saja. Menuruti semua keinginan Kinanti. Berbeda dengan dirinya yang harus menuruti keinginan kedua orang tuanya. Termasuk menikah dengan seorang pria kaya raya.
Kinara sangat membenci semua yang terjadi. Namun, rasa bakti terhadap kedua orang tuanya membuat Kinara tidak mampu membenci mereka.
Setelah pernikahan paksa itu terjadi. Hidup Kinara berubah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rita Tatha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15
"Itu hanya sedikit. Kalau habis, bilang saja padaku. Jangan sampai kamu berpikir untuk bekerja. Aku tidak akan pernah mengizinkan." Rico memberi peringatan.
Di saat Kinara hendak mendebat, tiba-tiba ponsel Rico berdering. Lelaki itu pun menjauh begitu saja. Tanpa menaruh curiga, Kinara pun memilih untuk tidur karena merasa tubuhnya masih sangat lelah dan sakit walaupun sudah mendingan.
"Untuk apa?!" Suara Rico terdengar menggelegar di depan ruangan. "Kamu jangan macam-macam. Atau aku tidak akan tinggal diam."
Lelaki itu diam sesaat. Mendengarkan seseorang dari seberang telepon berbicara. "Aku akan kesitu sekarang."
Dengan geram, Rico mematikan panggilan itu. Lalu masuk ke ruangan dan melihat Kinara sudah memejamkan mata. Ia pun menelepon Mbok Nah dan Pak Yanto untuk datang ke rumah sakit. Guna menemani istrinya. Setelah mereka datang, Rico langsung bergegas pergi.
Ia menuju ke sebuah kafe. Masuk ke private room dan langsung disambut oleh Veronica yang sudah memakai baju seksi. Rico menghela napas berat. Apalagi yang akan dibuat oleh wanita ini, batinnya.
Melihat kedatangan Rico, Veronica langsung memeluk pria itu sambil menangis. "Rico ... Tante Ratmi bilang kamu sudah menikah. Kenapa kamu tidak bilang padaku?!"
"Memangnya apa hak mu? Sampai aku menikah harus bicara padamu." Rico berbicara ketus. Sedikit mendorong tubuh Veronica hingga pelukan itu terlepas. Setelahnya, Rico pun duduk di sofa.
"Rico, bukankah kamu tahu kalau aku sangat mencintaimu. Tujuh tahun bukan waktu yang sebentar untuk kita saling mengenal. Kenapa kamu justru menikah dengan gadis miskin yang murahan."
Plak!
Sebuah tamparan mendarat di pipi Veronica. Tatapan Rico menajam. Penuh dengan kilatan amarah. Hal itu pun membuat nyali wanita itu sedikit menciut, tapi ia berusaha terlihat berani.
"Kenapa kamu menamparku?" tanya Veronica memelas. Sambil menyentuh pipinya yang memerah. Selama mengenal Rico, baru kali ini lelaki itu memberi tamparan padanya.
"Jadilah wanita yang sadar diri. Siapa yang murahan di sini? Kalau sampai aku mendengar lagi kamu mengatai istriku seperti itu, apalagi sampai membuatnya celaka. Maka aku akan membuatmu tinggal di neraka!" gertak Rico. Mencengkeram dagu wanita itu dengan sangat kuat hingga membuatnya meringis kesakitan.
"Baiklah. Aku minta maaf. Aku tidak akan mengulanginya lagi." Veronica bergeser duduk di samping Rico. Memberikan segelas bir kepada pria itu. Namun, tiba-tiba ....
Prang!
Gelas itu pecah berhamburan di lantai. Veronica bahkan sampai terlonjak kaget. Ia menatap Rico yang juga sedang menatapnya sembari tersenyum sinis. Melihat itu, seketika Veronica merasa susah meski hanya sekedar menelan ludahnya sendiri.
"Jangan kamu pikir aku tidak tahu apa yang akan kamu lakukan? Kembali memberikan obat perangsang dan berharap aku menidurimu! Jangan harap!" Rico bangkit. Lalu meninggalkan wanita itu begitu saja.
"Sialan! Lihat saja, aku akan membuat perhitungan kepada wanita murahan itu!" Veronica merem*s tangannya sendiri dengan sangat kuat untuk meluapkan kekesalan.
***
"Kenapa saya sekarang tidur di sini, Tuan?" tanya Kinara heran saat ia masuk ke kamar utama. Di mana Rico biasa tidur.
Ya, hari ini Kinara sudah diperbolehkan untuk pulang.
"Selama dua Minggu, mama bilang akan tinggal bersama kita. Ingin menemani kamu di sini karena aku sibuk bekerja. Jadi, mana mungkin kita tidur terpisah."
"Nanti saya akan mencari alasan yang tepat agar Mama ...."
"Kamu tidak mau tidur denganku?" sela Rico setengah sewot.
Kinara diam. Namun, tatapan matanya menunjukkan kesedihan. Jujur, wanita itu masih takut hal menyakitkan itu akan kembali terulang. Ia masih merasa trauma. Menyadari hal itu, Rico pun memegang kedua bahu istrinya dengan lembut.
"Kamu tenang saja. Aku tidak akan melakukan itu lagi tanpa persetujuan darimu. Selain itu, kita tidak akan tidur dalam satu ranjang. Aku akan tidur di sofa itu." Rico menunjuk sofa panjang yang terletak tidak jauh dari ranjang.
"Saya saja yang tidur di sana, Tuan."
"Tidak. Kamu harus menuruti apa pun yang aku katakan." Rico memungkasi pembicaraan itu. Kinara pun hanya diam. Menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri sebelum mereka tidur.
Ketika Rico sudah merebahkan tubuh di sofa, Kinara hanya menatapnya dalam. Perasaannya tidak nyaman. Juga merasa tidak tega melihat suaminya tidur di tempat sesempit itu. Akhirnya, Kinara berjalan mendekati sofa.
"Tidurlah. Ini sudah malam. Tubuhmu masih butuh banyak istirahat." Rico berbicara sambil memejamkan mata.
"Saya tidak bisa tidur, Tuan. Bagaimana kalau kita tidur di ranjang semua. Nanti, kita taruh bantal guling di tengah."
Mendengar ucapan istrinya, Rico langsung membuka mata. Menatap Kinara dengan tatapan tidak percaya.
"Memangnya tidak apa-apa?" tanya Rico polos. Hingga membuat Kinara tersenyum tipis.
"Tidak apa, Tuan."
Rico pun bangkit. Lalu keduanya pun tidur dalam satu ranjang. Menaruh guling di tengah sebagai pembatas. Karena terlalu lelah, Kinara langsung tertidur lelap begitu saja. Setelah mendengar dengkuran halus dari istrinya, Rico pun segera menyingkirkan pembatas itu. Memeluk istrinya dengan sangat pelan agar wanita itu tidak terbangun.
"Andai kamu tahu bahwa ....."
Rico diam. Lalu berusaha memejamkan mata. Malam itu, mereka tidur berpelukan.
Tengah malam Rico terbangun. Sementara wanita di sampingnya masih terlelap dalam tidurnya. Tanpa sadar, lelaki itu mendaratkan sebuah ciuman lembut di kening istrinya. Lalu turun dari ranjang dan menuju ke kamar mandi.
Setelah dari kamar mandi, ia duduk di tepi ranjang, memainkan ponsel sekaligus mengecek pekerjaan. Ketika melihat ponsel Kinara tergeletak begitu saja di atas nakas, lelaki itu pun segera meraihnya. Membukanya dengan mudah.
Ia membuka galeri foto, ahh tidak ada foto Kinara satu pun di sana. Sepertinya wanita itu tidak suka narsis. Lalu membuka sosial media wanita itu. Sama saja. Tidak ada apa pun.
Ketika membuka applikasi WhatsApp, ia menggulir layar dan tidak ada pesan selain dari dirinya. Kinara memang tidak macam-macam. Batin Rico.
Ketika hendak menaruh ponsel itu kembali ke nakas. Perhatiannya teralihkan ke pesan yang diarsipkan. Di sana ada notif tiga pesan masuk. Dengan segera Rico membukanya.
Ada pesan dari Dina. Tanpa gambar profil. Rico pun mulai menaruh curiga. Seingatnya, Kinara tidak memiliki teman yang bernama Dina. Ketika membuka pesan itu, hatinya seketika memanas. Tangannya mencengkeram dengan kuat benda pipih itu. Seperti hendak meremukkanya.
Ternyata kamu masih berani menghubungi pria sialan ini! Lihat saja, apa yang akan aku lakukan setelah ini.
Rahang Rico mengetat. Ia segera memblokir nomor tersebut bahkan menyimpan ponsel itu di tempat yang tersembunyi. Dadanya terasa bergemuruh saat mengetahui kalau istrinya masih berhubungan dengan sahabat baik wanita itu.
"Besok bawa pria yang bernama Danu itu ke kantorku jam sembilan. Kalau sampai terlambat, kamu akan mendapat hukuman!"
Rico menaruh ponsel secara kasar setelah menghubungi seseorang.
jangan² nanti minta anak kakaknya diurus oleh ara kalau iya otw bakar rumahnya
kinara masih bisa sabar dan berbaik hati jangan kalian ngelunjak dan memanfaatkan kebaikan kinara jika gk bertaubat takut nya bom waktu kinara meledak dan itu akan hancurkan kalian berkeping" 😏😂