Sama Tapi Berbeda

Sama Tapi Berbeda

Bab 01

"Kamu mau pulang sekarang?"

"Ya. Rasanya lelah sekali." Kinara memakai helm yang diberikan oleh Danu—sahabatnya.

Lelaki itu hanya mengangguk dan melakukan motor matic itu menuju ke rumah Kinara. Berteman sejak kecil membuat keduanya begitu akrab. Bahkan, ke mana pun Kinara hendak pergi, Danu selalu mengantar karena gadis tersebut tidak berani mengendarai motor sendiri. Ia masih trauma karena pernah mengalami kecelakaan.

Selama dalam perjalanan, keduanya pun tak henti mengobrol hingga tanpa terasa mereka telah sampai di depan sebuah rumah yang tergolong cukup mewah. Kinara segera turun dan Danu membantu gadis tersebut melepas helm itu.

"Makasih banyak, Nu." Kinara tersenyum simpul. Membuat Danu ikut mengulas senyumnya. "Eh, kamu tidak masuk dulu?"

"Tidak. Aku habis ini masuk kerja." Danu menolak halus. Lalu berpamitan pergi. Kinara hanya mengiyakan dan membiarkan lelaki itu pergi.

Setelah bayangan Danu tidak terlihat, Kinara segera masuk ke rumah. Namun, ketika membuka pintu, ia tersentak melihat kedua orang tuanya sedang duduk bersama tamu. Kinara pun menyalami kedua mama papanya terlebih dahulu. Saat hendak pergi, Mama Yayuk—mamanya Kinara, meminta gadis tersebut untuk duduk di sebelahnya.

"Ara ... Perkenalkan ini Pak Abas dan Ibu Ratmi, dia adalah calon mertua kamu," ujar Mama Yayuk.

Bola mata Kinara seketika membuat penuh. Terdiam dalam beberapa saat sebelum akhirnya ia menatap semua yang berada di sana dengan kebingungan.

"Maksudnya apa, Ma?" tanya Kinara gugup.

"Nanti mama akan jelaskan padamu. Sekarang lebih baik kamu masuk kamar dulu karena kami belum selesai mengobrol."

Kinara terpaku di tempatnya. Raganya terasa sulit untuk digerakkan. Bahkan, debaran jantung yang begitu kencang membuat kakinya serasa lemah. Ia masih belum paham tentang 'calon ibu mertua' yang dimaksud oleh sang mama. Senggolan lengan dari Mama Yayuk seketika membuat Kinara tersadar. Dengan berat, ia berpamitan ke kamar.

***

Gadis itu terus menunggu kedatangan sang mama dengan perasaan yang teramat gelisah. Terus menatap jam dinding yang seolah berjalan lama. Ingin sekali menyusul ke luar dan meminta penjelasan, tetapi dirinya tidak memiliki keberanian.

Helaan napas panjang berkali-kali seolah memecah keheningan di kamar itu. Sejak masuk ke dalam ruangan tersebut, Kinara terus saja duduk di atas kasur. Bahkan, ia yang biasanya sepulang kerja langsung membersihkan diri, rasanya sekarang tidak memiliki kekuatan apa pun lagi.

Ceklek!

Pintu kamar dibuka. Orang tua Kinara berjalan masuk dan duduk di samping gadis tersebut. Kinara menatap orang tuanya dengan penuh tanya. Seolah menuntut penjelasan dari keduanya.

"Ma ... Pa ..."

"Maafkan kami, Kinara. Semua sudah diputuskan dan pernikahan kalian akan dilaksanakan dua Minggu lagi," ujar Papa Soni.

"Kenapa?" Hanya satu kata itu yang berhasil terlontar keluar dari mulut Kinara. Gadis tersebut benar-benar tidak menyangka dengan semua ini. Tidak ada angin ataupun hujan, tiba-tiba dirinya akan dinikahkan dalam waktu dekat dan yang membuat Kinara kecewa adalah mereka yang tidak meminta persetujuan dirinya terlebih dahulu.

"Ini adalah keputusan yang sudah tidak bisa diganggu gugat. Kamu akan menikah dengan Rico," ujar Mama Yayuk dengan begitu santai.

"Kenapa harus aku, Ma? Kenapa bukan Kak Kinan saja?"

"Bukankah kamu tahu? Kak Kinan masih belum selesai dengan kuliah di luar negeri. Papa dan mama tidak ingin semua usaha yang dilakukan sia-sia hanya karena perjodohan ini."

"Lalu aku? Pa ... Ma .... aku seperti Kak Kinan yang juga memiliki cita-cita." Kinara berbicara penuh penekanan.

"Maafkan kami, Sayang. Kalau kami punya biaya berlebih, sudah pasti kamu akan kami kuliahkan dan kamu akan menjadi guru seperti impian kamu. Tapi ...."

"Sudah cukup, Ma. Jangan memberi alasan apa pun lagi. Aku sadar dari dulu aku memang tidak ada istimewanya di mata kalian. Walaupun aku dan Kak Kinan adalah saudara kembar, tapi kalian selalu lebih mengistimewakan Kak Kinan sejak dulu," ujar Kinara kecewa.

Ini bukanlah pertama kalinya kedua orang Kinara mengecewakan gadis itu. Selama ini Kinara lebih memilih diam meski perlakuan mereka berbeda. Ia dan Kinan lahir hanya selisih lima menit saja. Namun, baik Papa Soni maupun Mama Yayuk selalu memperlakukan kakaknya dengan sangat istimewa. Apa pun yang diinginkan Kinanti selalu dituruti termasuk kuliah di luar negeri seperti sekarang ini.

Sementara dirinya? Harus mengubur semua impian dalam-dalam karena orang tuanya berdalih tidak mampu jika menguliahkan dua anak sekaligus. Itulah kenapa sekarang Kinara bekerja di sebuah butik.

"Bukankah kami sudah meminta maaf padamu? Lebih baik sekarang kamu beristirahat dan papa harap kamu tidak membuat masalah atau papa tidak akan segan-segan mengusirmu dari rumah." Nada bicara Papa Soni mulai terdengar ketus. Menandakan bahwa setiap keputusan lelaki itu tidak bisa dibantah sama sekali.

Setelahnya, mereka pergi begitu saja meninggalkan Kinara sendirian. Selepas pintu kamar tertutup rapat. Isakan lirih mulai terdengar. Semakin lama semakin mengeras. Kinara sudah berusaha menghentikan. Akan tetapi, semua percuma. Rasa sakit dan kecewa itu bercampur menjadi satu. Menjadikan luka baru di dalam hatinya.

"Ma ... Ara mau boneka seperti Kak Kinan."

"Nanti ya, Sayang. Kalau kami sudah punya uang. Untuk sekarang, kamu mainan boneka lama kamu dulu ya."

"Pa ... Ara mau kuliah."

"Maaf, Ara. Kuliah kamu ditunda dulu, ya. Kak Kinan mau sudah diterima di luar negeri. Kamu tahu 'kan biaya kuliah di sana tidak murah. Jika menguliahkan kalian berdua, Papa khawatir tidak sanggup dan sayang sekali kalau harus putus di tengah jalan."

"Kenapa Kak Kinan tidak kuliah di sini saja? Bukankah biayanya lebih murah. Supaya Ara dan Kak Kinan bisa kuliah bersama."

"Tidak, Sayang. Kak Kinan tidak mau kuliah di sini."

Sungguh, itu hanyalah sebagian hal yang membuat Kinara kecewa. Setiap kali ia mengingat semua kejadian itu, rasanya ingin sekali marah dan mengamuk. Namun, ia tidak mungkin melakukan itu. Jika sampai itu semua terjadi, sudah pasti ia justru akan mendapat amukan dari kedua orang tuanya.

Ia mengusap air mata yang sudah membasahi seluruh wajahnya. Lalu mengambil ponsel yang tergeletak di sampingnya. Dengan segera, Kinara menghubungi Danu. Hanya lelaki itulah tempat ia mengadu dan mengeluh.

Tiga kali melakukan panggilan, tidak ada satu pun yang diangkat. Ahh, mungkin Danu sedang sibuk bekerja. Kinara hendak mematikan panggilan terakhir, tetapi panggilan itu ternyata sudah terhubung.

"Hallo, Ara. Maaf, aku barusan sedang mandi."

Kinara hanya diam. Ia bingung harus mulai berbicara dari mana dulu. Hanya isakan yang terdengar.

"Ara ... apakah kamu sedang menangis?" Suara Danu terdengar cemas. Lelaki itu bahkan meminta panggilan video, tetapi Kinara menolak. "Katakan padaku, kamu kenapa?"

"Danu ... maukah kamu membawa aku kabur dari rumah?"

Permintaan itu, terlontar begitu saja dari Kinara.

Terpopuler

Comments

Soraya

Soraya

dh mampir thor mumpung baru episode awal perhatikan typo thor

2025-02-25

1

Rita Riau

Rita Riau

kabur aja Ra,,,dari orang tua yang beda kasih sayang nya

2025-03-21

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!