Dendam Salah Arah

"Sudah mendapatkan calon menantu untukku?"

Dan ketika wanita dengan kisaran umur 40 an itu melontarkan pertanyaannya, Seketika pelipisnya berdenyut begitu saja.

"Mommy, Aku belum begitu tua hingga harus mendapatkan seorang istri"

Sahut Lucas yang tampak menghela nafasnya pelan.

Pertanyaan itu bukan pertama kali di tanyakan padanya, Melainkan sesering itu ketika mommy nya melihatnya entah dalam situasi santai ataupun menegang.

Kadang dia berfikir apakah mommy nya tidak memiliki pertanyaan yang lebih penting untuk di tanyakan untuknya.

Pria itu bergerak masuk kedalam kamar hotel, Dan mendudukkan bokongnya di salah satu sofa yang ada di sana.

"Ya, kau masih muda, Mommy dan daddy mu yang sudah tua sehingga harus sesegera mungkin memiliki menantu"

Sargah nyonya Merida yang menatap kesal ke arah putranya.

"Masih memikirkan gadis kecil itu? Berhentilah memikirkannya bisa jadi dia sudah menikah saat ini"

Ucap wanita paruh baya itu lagi masih dengan nada kesal.

Dia jelas tau jika selama ini putranya masih mencari keberadaan seorang gadis kecil yang pernah dia temui saat berumur 7 tahun. Namun sampai sekarang tidak ada informasi apapun mengenai gadis itu.

"Mom ini bukan tentang gadis itu, Hanya saja saat ini aku benar benar belum siap untuk menikah"

Sahut Lucas yang benar benar tidak tau harus bagaimana lagi dia mengatakan ini pada orang tuanya, Dia belum siap saat ini.

"Temui Hana, Atur waktu makan malam untuk kalian berdua"

Kini pria paruh baya yang merupakan daddy dari Lucas membuka mulutnya.

Menatap tajam ke arah putranya seolah tidak menerima bantahan apapun. Dan percayalah sekuat kuatnya Lucas, Dan seberpenguasanya pria itu, Jelas saja dia tetap tunduk pada perintah daddynya.

Melihat putranya diam membuat Merida mengembangkan senyum terbaiknya, Tampak melirik ke arah putranya seolah mengatakan.

"Kau kalah hari ini"

Lucas hanya bisa diam membiarkan mommy nya tersenyum mengejek ke arahnya

"Ohh sayang, Aku benar benar mencintai kamu"

Sahut Merida yang bergerak menghampiri suaminya dan memeluknya dengan hangat. Dia benar benar bahagia melihat suaminya turun tangan

****************

Di kamar hotel dimana Vanesa menginap

Arldan terlihat menunggu istrinya di dalam kamar tersebut, Sesekali menegak minumannya dengan kasar.

Bola mata pria itu terlihat memerah, Dengan rahang yang mengeras yang cukup menandakan jika pria itu dalam keadaan yang tidak baik baik saja.

Di luar sana

Vanesa yang baru saja turun dari taxi masuk ke dalam hotel dengan cukup tergesa gesa, Bahkan tanpa sengaja menabrak tubuh seorang pria karna sedikit ceroboh dengan langkahnya.

"Maafkan aku tuan"

Gadis itu berkata dengan cepat, Berkali kali menundukkan kepalanya lantas pergi dari sana dengan perasaan gelisah.

Tadi, Tiba tiba saja Arldan mengirim pesan untuknya, Dan isi pesan tersebut cukup membuatnya merasa takut.

Pulang ke hotel, Kau menjadi pelacur liar ketika di luar pengawasanku.

Itu isi dari pesan suaminya

Vanesa jelas saja tidak mengerti apa maksud dari pesan Arldan, Pelacur? Liar? Dia bahkan hanya bersama dengan sahabatnya Lili, Itupun dia telah mengabari Arldan sebelumnya.

Lantas kenapa pria itu marah? Tapi bukankah selama ini pria itu selalu memarahinya tanpa alasan? Sekalipun pria itu memiliki masalah di luar rumah yang menjadi sasaran kemarahannya adalah dirinya. Lantas apakah pria itu sedang bermasalah dengan Nova? Bukankah pria itu sedang bersama Nova sejak pagi, Ahh ralat. Bukan sejak pagi, Tapi sejak mereka tiba di Jepang.

Ahhh gila

Ada banyak pikiran dan rasa takut yang kini berputar di kepala Vanessa. Bahkan di dalam lift gadis itu tampak begitu gelisah menanti kapan pintu lift akan terbuka.

Ting

Dan begitu pintu lift terbuka, Vanessa tanpa ragu melangkahkan kakinya, Berlari kecil ke arah kamar hotel miliknya.

Cletakkk

Sebelum masuk ke dalam kamar hotel, Gadis itu menghela nafasnya lebih dulu, Dia yakin ini tidak akan baik baik saja.

Secara perlahan Vanesa mendorong pintu di hadapannya, Dan benar saja begitu pintu itu terbuka lebar dia bisa melihat sosok Alrdan yang menatapnya dengan penuh kemarahan.

Jelas rasa takut kembali menghantamnya, Dia takut jika Arldan kembali melakukan kekerasan padanya.

Vanesa lantas berbalik dan merapatkan pintu kamarnya, Dia mencari sosok Nova di dalam sana dan dia tidak menemukan wanita itu.

"Setelah menjadi anak dari seorang pembunuh, Sekarang kau berniat menjadi pelacur liar di luar sana?"

Suara Arldan terdengar memecah kesunyian dalam kamar tersebut, Membuat Vanesa yang tadi menundukkan kepalanya lantas mendongakkan kepalanya.

"A apa maksud tuan?"

Dia bertanya dengan tergagap, Cukup takut melihat sorot mata Arldan yang seolah ingin melenyapkannya tanpa sisa.

"Jangan berpura pura, Kau benar benar gadis murahan"

Sarkas pria itu yang lantas bergerak mendekati Vanesa di depan sana.

"A aku"

"Duduk dan tertawa bersama pria lain, Kau juga mulai berani berbohong, Berkata jika ingin bertemu Zizi namun pada faktanya kau bersama seorang pria di cafe"

Potong Arldan yang kini berada tepat di hadapan Vanesa.

Menatap gadis di hadapannya dengan amarah yang memburu.

Tadi, Sepulangnya dia bersama dengan Nova dari salah satu Restoran yang cukup terkenal di Jepang, Nova mengatakan jika dia melihat Nova bersama seorang pria di Cafe yang tidak jauh dari restoran mereka berada.

Awalnya dia tidak percaya, Sebab dia yakin jika Vanesa tentu saja tidak memiliki keberanian untuk membohonginya apa lagi sampai bertemu pria lain di belakangnya tanpa sepengatahuan dirinya lebih dulu.

Namun Nova bersikukuh mengatakan jika dia melihat istrinya, Membawanya secara paksa untuk memastikan apa yang di lihat wanita itu benar adanya.

Dan benar saja, Saat tiba di depan restoran, dia melihat istrinya yang tampak bercengkrama dengan seorang pria, Tertawa bersama melepaskan senyuman indahnya yang sudah lama dia tidak melihatnya.

Rasa amarah langsung menyelimuti pria itu, Membuatnya pergi dari restoran tanpa peduli dengan Nova yang dia tinggalkan begitu saja. Dalam perjalanan dia mengirim pesan pada Vanesa meminta gadis itu kembali secepatnya.

Sedangkan Vanesa yang mendengar perkataan Arldan jelas saja terkejut, Apa yang di lihat Arldan dan ada di pikirannya jelas tidak benar adanya.

Mungkin saat Arland melihat mereka pada saat itu Lili sedang berada di toilet. Karna tadi sahabatnya sempat beranjak ke toilet sebentar.

"Tidak tuan, Aku benar benar bersama Lili"

Jawab gadis itu dengan cepat

Srekkkk

Namun seolah tidak peduli dengan apa yang di katakan oleh Vanesa Arldan langsung menarik rambut panjang gadis itu dengan kasar.

"Lalu kenapa aku tidak melihat Lili di sana? Dan kenapa kau bersama seorang pria, Bukankah kau mengatakan hanya akan pergi bersama Lili saja, Heh"

Sentak Arldan yang semakin menarik kencang rambut milik Vanesa hingga membuat gadis itu meringis.