Nazeera, seorang wanita cantik dan pintar, hidup dalam kesendirian setelah di khianati dan tinggalkan oleh suaminya. Namun, kehidupannya berubah drastis setelah di pertemukan dengan pria tampan yang merupakan seorang Presdir sebuah perusahaan besar.
Devan, yang selalu memprioritaskan perusahaan nya di desak untuk segera menikah oleh ibu nya mengingat dengan usianya yang sudah hampir menginjak kepala tiga. Akhirnya ia memutuskan untuk menikahi Nazeera dan menjadikannya sebagai istri rahasia yang di sembunyikan dari publik.
Namun walau begitu, tetap saja Intan menjodohkan Devan dengan banyak wanita lain karena tidak pernah setuju dengan pernikahannya bersama Zeera.
Lalu bagaimana dengan Zeera? akankan ia bertahan pada pernikahan ke-dua nya? atau justru memilih untuk meninggalkan Devan karena selalu di benci oleh ibu mertuanya?
Yuk simak ceritanya . . .
jangan lupa untuk selalu tinggalkan jejak berupa like, komen dan gift ya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon chiechi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15
Rasanya cukup aneh bagi Nara ketika terbangun berada dalam pelukan seorang pria tampan yang masih terpejam. Ia menatap Devan dengan seksama meneliti setiap ukiran wajahnya yang nyaris sempurna itu.
"Sudah puas menatap ku?" Tanya Devan membuka matanya.
Zeera yang cukup kaget langsung mengalihkan pandangan nya dan hendak beranjak. Namun, dengan segera Devan menarik lengan Zeera hingga jatuh tepat di atas tubuhnya.
Kedua tatapan saling bertemu dengan tangan Devan yang melingkar di pinggang nya. tidak bisa di pungkiri, jantung Zeera sudah berdisko kali ini.
"I want you." Ucap Devan dengan suara deep voice membuat Zeera semakin dag dig dug.
Belum sempat Zeera menjawab ucapan Devan, pria itu sudah membalikan tubuhnya hingga kegiatan panas di pagi hari pun tidak bisa terhindarkan lagi.
Setalah bersiap, keduanya melangkah bersama menuju ruang makan untuk sarapan. Namun siapa sangka, masih pagi mereka sudah mendapatkan kejutan di meja makan dengan kehadiran seorang wanita yang sangat di kenal nya.
Wanita itu tersenyum ke arah Devan dan juga Zeera sambil memegang satu gelas susu di tangan nya.
"Sepertinya tidur kalian cukup nyenyak sampai jam segini baru turun." Ucap Celine.
"Untuk apa kamu disini?" Tanya Devan dingin.
"Tentu saja untuk melihat calon suami ku." Sahut Celine memainkan jari lentiknya di dada Devan.
Dengan kasar, pria itu menarik lengan Celine dan mencengkeram nya begitu erat. Ia bahkan mendorong wanita itu hingga mencapai meja.
"Pergi dari sini sebelum aku melakukan hal yang lebih dari itu!" Tegas Devan.
Celine menatap Zeera dengan begitu sinis, "kau... Gak akan pernah bahagia!" Ucap Celine yang melengos pergi.
**
Mobil yang di kemudikan Dito, berhenti tepat di depan toko Zeera, sebelum turun dari mobil nya, Devan memberikan kecupan lembut di kening istrinya membuat Dito yang melihat itu baper sendiri. Ia bersyukur karena akhirnya Devan bisa menemukan tambatan hatinya dan tidak hanya memprioritaskan pekerjaannya.
"Nanti malam aku pulang telat, karena ada acara yang harus aku hadiri." Ucap Devan.
Zeera hanya mengangguk dan tersenyum. Ia pun segera melangkah masuk kedalam toko miliknya yang di sambut oleh beberapa karyawan termasuk Aldi yang sudah berada disana.
"Pagi Bu Zeera." Sapa Aldi dengan ramah.
"Hm, pagi." Sahut Zeera melangkah menuju meja nya.
"Hari ini aku ada kunjungan ke pabrik, sekalian ke gudang untuk pengecekan beberapa barang."
"Aku akan ikut dengan mu." Ucap Zeera.
"Loh, tapi Bu.."
"Kenapa?"
"Gak papa." Sahut Aldi meringis.
Villa keluarga Erlangga
Celine datang untuk mengadu pada Intan atas perlakuan Devan terhadapnya pagi tadi. Dengan akting nya yang semaksimal mungkin, Celine selalu berhasil mendapatkan hati Intan dan perhatian nya.
"Jadi benar yang kemarin itu istrinya?" Tanya Intan.
Celine mengangguk, "aku melihat sendiri mereka keluar dari kamar yang sama dengan begitu mesra, ini gimana Tante..." Rengek Celine.
"Hanya satu yang bisa membuat Devan mau menikahi mu." Ucap intan tersenyum dengan sebuah rencana di kepalanya.
Braakk!
Seorang pria tua melempar sebuah map di atas meja Ragil. Dengan amarahnya yang sudah membludak pria itu menyalahkan Ragil atas kritisnya perusahaan Santoso kali ini. Semula memang Ragil berhasil, namun tidak lama setelah itu, perusahaan mengalami kekacauan hingga berhutang banyak pada bank dan investor yang di rugikan oleh nya.
Perdebatan diantara kedua pria itu tidak bisa terhindarkan lagi, hingga pria tua itu mengalami serangan jantung mendadak tepat disaat Fani masuk kedalam ruangan.
"Pa!" Panggilan Fani menahan papannya.
"Kau... Dasar pria brengsek! harusnya aku tidak setuju kamu menikah dengan Fani!" Ucap pria itu sebelum jatuh pingsan.
"Pa, bangun pan! Papa!" panggil Fani yang sudah sangat panik.
Bahkan Ragil yang masih berdiri disana terlihat seolah tidak peduli dengan ayah mertuanya itu, yang ia pikirkan hanyalah uang dan uang.
Rumah sakit. . .
Fani menghampiri dokter yang baru saja keluar dari IGD, dokter tersebut mengatakan bahwa harus segera di lakukan operasi pada pasien walau tidak menjamin keberhasilan 100%. Tanpa pikir panjang, Fani menyetujui apa yang di katakan oleh dokter itu, ia segera memberikan tandatangan nya pada surat persetujuan.
Selama menunggu di depan ruangan operasi, Fani terus menghubungi Ragil walau kenyataan nya tidak ada satupun panggilan yang di terima oleh pria itu. Ia hanya bisa menangis sendiri sambil menunggu operasi selesai dalam keadaan sedang hamil muda.
Setelah menghabiskan banyak waktu, akhirnya operasi selesai menampakkan seorang dokter yang keluar dari ruangan itu.
"Bagaimana operasinya? Papa saya akan baik-baik aja kan dok?"
"Operasinya berjalan lancar, hanya saja ada kemungkinan pasien mengalami koma. Berdoa yang terbaik saja, semoga pasien bisa melewati masa kritisnya." Jelas dokter tersebut.
Tetes demi tetes air mata Fani terus mengalir membasahi pipi nya. Fani bergegas kembali untuk mencari keberadaan Ragil di perusahaan, namun bukan suaminya yang ia temukan melainkan beberapa tim Audit.
Hancur sudah perusahaan Fani saat ini, perusahaan yang di bangun dari nol oleh papa nya kini harus hancur di tangan pria yang tidak bertanggung-jawab.
"Bu Zeera, lihat ini!" Ucap Aldi memberikan siaran langsung dalam layar tab nya.
Zeera hanya bisa tersenyum melihat itu, akhirnya ia bisa membalaskan rasa sakit hatinya pada mantan suaminya, namun itu belum puas untuk Zeera. Hanya tinggal menunggu Ragil benar-benar menderita baru ia akan merasa lebih puas sebagai bentuk balas dendam anak yang di kandung nya dulu.
Drrttt... Drrtt ....
["Gimana kejutannya, suka?"]
["Hm."]
["Anggap saja sebagai hadiah tadi pagi."]
["Yak, Devan!"]
["Hahaha... Mau makan siang bersama?"]
["Kirimkan saja alamatnya, biar Aldi yang mengantar ku"]
["Jaga jarak!"]
["Iya-iya, takut banget sih istrinya di ambil orang."]
["Hanya orang bodoh yang gak takut istrinya di ambil orang."]
Kini giliran Zeera yang tertawa, bersamaan dengan menutup panggilan nya.
"Bu Zeera hati-hati!" Panggil Aldi menarik Zeera hingga terlihat mereka seolah sedang berpelukan.
Setumpuk kardus berisi produk kosmetik terjatuh dan hampir saja mengenai Zeera jika tidak di tarik oleh Aldi.
"Kebiasaan buruk dalam bekerja!" Ucap Aldi yang sudah terlihat marah.
"Bu Zeera kembali ke mobil dulu, biar aku cari orang yang ceroboh itu."
"Gak usah Al, lagian aku gak papa."
"Demi menyelamatkan rekening ku, ibu jangan halangi aku bekerja. Jika pak Devan tau masalah ini, rekening ku hanya akan tinggal kenangan." Jelas Aldi yang bergegas pergi.
Zeera hanya tersenyum geli mendengar itu sekaligus melihat ekspresi Aldi yang cukup menggemaskan. Ia pun bergegas melangkah keluar dari gudang dan melangkah menuju mobilnya.
Dipertengahan langkah nya, Zeera menoleh ke belakang karena ia merasa ada yang mengikutinya, namun tidak ada yang mencurigakan disana. Zeera menghela nafasnya menganggap jika itu hanyalah perasaan nya saja, ia kembali melangkah dan masuk kedalam mobil yang tidak lama disusul oleh Aldi.
***
TBC. . .