NovelToon NovelToon
Gwen(Mencintai Anak Mafia)

Gwen(Mencintai Anak Mafia)

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Mafia / Diam-Diam Cinta
Popularitas:8.4k
Nilai: 5
Nama Author: Ladies_kocak

Malam itu, Gwen seorang gadis remaja tidak sengaja memergoki cowok yang dia kejar selama ini sedang melakukan pembunuhan.

Rasa takut tiba-tiba merayap dalam tubuhnya, sekaligus bimbang antara terus mengejarnya atau memilih menyerah, Karena jujur Gwen sangat takut mengetahui sosok yang dia puja selama ini ternyata seorang pria yang sangat berbahaya, yaitu Arsenio.

Dia baru tahu, kalo Arsenio itu keturunan dari keluarga mafia. Akankah dia tetap mencintai Arsenio?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ladies_kocak, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

kehilangan

Keesokan harinya, suara ayam berkokok memecah keheningan pagi, tapi matahari belum juga terbit. Gwen masih terlelap di bawah selimut, ponselnya tergeletak mati sejak beberapa menit lalu. Itu berarti Arsenio memandang puas wajah terlelap gadisnya.

Pintu kamar terbuka pelan, Nicholas masuk dan duduk di tepi ranjang adiknya, mengusap rambut Gwen dengan lembut. "Adek, bangun yok," ajak Nicholas.

"Ah, Bang, aku kan libur, ga ada sekolah. Jangan ganggu aku deh," sahut Gwen tanpa membuka matanya, sambil mengeratkan selimutnya.

"Bangun dulu, Dek. Abang mau ngomong sesuatu," pinta Nicholas.

"Ngomong aja, Bang. Aku denger kok," jawab Gwen malas. Nicholas menghela nafas berat, kesulitan membangunkan adiknya yang masih terlelap.

"Yuk, buruan siap-siap. Kita harus ke Russia, Papi minta kita ke sana. Semua udah siap loh, Dek," ujar Nicholas dengan nada sabar.

Gwen langsung melek, matanya terbelalak sambil menatap kakaknya. "Kenapa Papi suruh kita ke sana?" tanyanya, mulai cemas.

"Ada masalah, Dek. Kak Nio butuh kamu," jawab Nicholas, nada suaranya terdengar murung.

Gwen langsung duduk tegak, rambutnya berantakan, matanya menatap tajam ke Nicholas. "Ada apa dengan Kak Nio, Bang? Dia baik-baik aja kan?" desaknya, panik.

"Makanya, cepetan siap-siap. Nanti kita tahu lebih banyak pas udah sampai di sana," kata Nicholas sambil bangkit dari kasur. "Cepetan, ya. Abang tunggu di bawah sama yang lain," lanjutnya.

"Kemarin Kak Nio kelihatan aneh, terus Abang kayaknya nahan tangis. Jangan-jangan Kak Nio..." Gwen buru-buru bersiap.

Perasaannya sudah tidak enak sejak semalam. Dia berharap semoga Arsenio baik-baik saja.

Tak butuh lama, Gwen tertegun melihat semua keluarganya sudah siap. "Kok semua pakai baju hitam sih?" tanyanya bingung, sambil menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal.

"Kak, kok ga ada yang jawab?" tanya Gwen lagi, suaranya terdengar cemas.

Agatha yang terlihat murung hanya menggeleng pelan. "Yuk, kita berangkat sekarang. Nanti di jalan bisa ganti baju hitam. Kalau enggak, kita bakal terlambat," ujarnya sambil meraih tangan Gwen, menariknya perlahan menuju mobil. Gwen hanya mengikuti, pikirannya melayang jauh memikirkan apa yang terjadi.

***

Beberapa jam kemudian, mereka tiba di mansion keluarga Ghaazy, tempat tinggal kakek Arsenio. Halaman mansion itu dipenuhi orang-orang berpakaian hitam.

Gwen turun dari mobil, matanya terbelalak saat melihat papan duka cita. Nama-nama tertera di sana: Ellery, ibu Arsenio; Vincent, ayah Arsenio; dan Nathan, opah Arsenio; serta Kenzo, sang abang sulung Arsenio. Air mata Gwen menetes, dia menutup mulutnya, tak percaya.

"Ini... beneran terjadi?" gumam Gwen, suaranya serak.

Nicholas, yang sudah menangis, memeluk adiknya erat. "Kamu nggak mimpi, Dek. Mereka udah nggak ada," isaknya, suara Nicholas bergetar penuh kesedihan.

"Gimana ini bisa terjadi, Abang. Kok mereka bertiga ninggalin Kak Nio bersamaan gitu?" Tanya Gwen masih tak percaya.

"Jadi gini, Dek. Dua hari lalu, rumah opah diserang sama pasukan bersenjata, musuhnya om Vincent dan musuh papi juga. Karena jumlah mereka banyak, Om Vincent nggak bisa nahan mereka semua. Waktu itu di rumah cuma ada Om Vincent, Tante Ellery, Opah Nathan, sama Omah Cynthia serta Kenzo. Kak Nio keluar waktu itu," jelas Nicholas sambil tarik napas dalam-dalam.

"Om Vincent, abang Kenzo, Opah Nathan serta bodyguard berusaha lawan, tapi mereka kena tembak bertubi-tubi dan meninggal di tempat. Tante Ellery sama Omah Cynthia kena tembak juga, terus koma. Tante Ellery sempat sadar semalam, trus ga lama meninggal, dan Omah masih koma di rumah sakit," lanjutnya dengan suara getir.

Gwen hanya bisa menatap papan itu, matanya berkaca-kaca, hatinya hancur mendengar cerita sedih itu.

Lily merenung dalam-dalam, pikirannya penuh tanya pada malam di mana Arsenio menyuruhnya untuk tidak meninggalkan nya. “Kak Nio gimana akan melewati itu semua? Pasti ga bisa,” gumamnya.

Sementara itu, Nicholas memegang bahu adiknya dengan lembut. “Dia terpukul, Dek. Malam tadi dia tak terkendali, melukai diri sendiri,” bisiknya, suaranya rendah penuh kekhawatiran. "Sampai sekarang dia terus mengurung diri di kamar,"

"Ayo dek, kita masuk! " Agatha menggenggam bahu Gwen erat, membimbingnya perlahan masuk ke dalam, diikuti oleh Nicholas serta istrinya.

Nicholas berhenti sejenak, matanya memandang lekat ke punggung adiknya yang mulai menjauh. Di dalam hati, pertanyaan menggema. “Apa Gwen bisa buat Arsenio bangkit? entahlah! Semoga dengan kehadiran Gwen Arsenio sedikit terobati”

Nicholas memimpin Gwen melewati pintu, mereka berdua memasuki kamar yang pernah dihuni oleh orang tua Arsenio. Di dalam, barang-barang tampak berserakan dan terabaikan—saksi bisu dari tragedi semalam.

Gwen merasakan hatinya terasa ditusuk-tusuk saat melihat Lily, yang duduk meringkuk di pojok ruangan, dengan seorang pengasuh setia berdiri di sisinya. Air mata Lily mengalir tak henti, setiap tangan yang mencoba mendekat, dia menolak dengan tangisan.

Di ambang pintu kamar lain, Keano mendekati Gwen dan Nicholas yang baru saja keluar. "Gwen, tolong bantu Nio," ucapnya dengan nada suara yang memilukan. Matanya tidak bisa lepas dari Lily yang menyedihkan. "Dia tidak ingin disentuh, terus memanggil papanya," lanjut Keano, suaranya tercekat.

Gwen hanya mengangguk pelan, kemudian melangkah perlahan menuju kamar Arsenio. Ruangan itu hampir seluruhnya tenggelam dalam kegelapan, hanya disinari sedikit cahaya matahari yang menerobos masuk melalui celah gorden.

Di sana, ia menemukan Arsenio yang tubuhnya terkulai, wajahnya tersembunyi di antara lipatan tangannya dan lututnya ditarik rapat ke dada.

Dengan suara lirih yang hampir tak terdengar, Gwen memanggil, "Kak Nio?"

1
Ryucan
keren
Ryucan
semangat berkarya thor
Gebi Tompul
lanjut
Myra Myra
kasihan Gwen
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!