Malam itu, Gwen seorang gadis remaja tidak sengaja memergoki cowok yang dia kejar selama ini sedang melakukan pembunuhan.
Rasa takut tiba-tiba merayap dalam tubuhnya, sekaligus bimbang antara terus mengejarnya atau memilih menyerah, Karena jujur Gwen sangat takut mengetahui sosok yang dia puja selama ini ternyata seorang pria yang sangat berbahaya, yaitu Arsenio.
Dia baru tahu, kalo Arsenio itu keturunan dari keluarga mafia. Akankah dia tetap mencintai Arsenio?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ladies_kocak, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
sleep call
Gwen, yang baru saja mengeringkan rambutnya setelah mandi, melempar tubuhnya ke kasur dengan lelah. Piyama biru muda yang dia kenakan lembut menempel di kulitnya, mengingatkannya akan kasurnya yang empuk.
"Akhirnya," gumamnya lega sambil melingkarkan selimut sebatas dada.
Di balik kelopak matanya yang tertutup, seribu pertanyaan berkecamuk, termasuk rasa curiganya terhadap kepergian papinya kembali ke negara opahnya Arsenio di Rusia. Bahkan Arsenio, setelah mengantarkan dia ke rumah malam itu, keesokan harinya dia langsung kembali ke Rusia.
Tiba-tiba, deringan ponsel memecah keheningan malam. Gwen menggeliat kesal, meraba-raba ponsel di atas kasur dan akhirnya mencengkeramnya dengan erat.
"Siapa sih yang nelpon malam-malam gini, ganggu aja deh," gerutunya sebal, suaranya nyaring di tengah kebisuan kamar. "Halo, siapa ini? Udah larut malam juga, jangan ganggu anak gadis orang! kalo ga penting awas lo!"
Di ujung sambungan, suara serak menyapa, "Gwen..." Seperti suara seseorang yang baru saja menangis.
Gwen langsung terkejut begitu mendengar suara di seberang sana. Dia melirik layar ponselnya yang menunjukkan nama 'My boy'
"Kak Nio?" gumamnya, langsung bangkit duduk. "Maaf, Kak. Kirain tadi siapa," ucap Gwen meringis tidak enak.
"Aku ganggu ya?" tanya Arsenio dengan suara lemah.
"Sedikit sih, Kak. Tapi nggak papa kok, karena Kak Nio yang ganggu, malah aku seneng banget hehe" jawab Gwen, merasa heran mendengar suara Arsenio yang lesu. " Apa Kak Nio baik-baik aja?" tanyanya dengan ragu.
Arsenio hanya berdehem, kemudian terdengar isak tangisnya yang jelas di telinga Gwen."Kok Kak Nio nangis?" tanya Gwen mulai khawatir.
"Kak Nio, kenapa sih nangis? Ada yang bikin Kakak sedih ya?" desak Gwen.
"Sayang, aku boleh minta sesuatu nggak?" tanya Arsenio dengan isak tangis yang tertahan.
"Boleh. Kalo aku bisa, pasti aku lakukan," kata Gwen, kembali merebahkan tubuhnya di kasur.
"Jangan ninggalin aku ya," kata Arsenio, membuat Gwen semakin heran.
"Aku nggak pernah ninggalin Kak Nio kok. Malah, Kak Nio yang ninggalin aku tanpa kabar," kata Gwen memanyunkan bibirnya.
"Aku janji, setelah ini aku nggak bakal ninggalin kamu lagi. Sekarang kamu adalah duniaku," ucap Arsenio dengan serius.
Gwen yang bingung mendengar kata-kata Arsenio, bertanya, "Kak, kenapa sih tiba-tiba ngomong gitu? Ada apa, Kak? Kok nangis terus?"
Arsenio hanya terdiam tanpa menjawab sedikitpun, membuat Gwen menghela nafas berat berkata,"Kakak tenang aja. Aku nggak bakal ninggalin Kak Nio kok. Aku bakal ada terus buat Kak Nio, sampai Kak Nio sendiri yang nggak mau liat aku lagi," Gwen mencoba menyemangati Arsenio, meski dia sendiri bingung dengan situasi yang terjadi.
"Kamu udah janji nggak bakal ninggalin aku, kan?" tanya Arsenio lagi.
"Yes, I won't leave you," jawab Gwen tegas.
"Really, baby?" tanya Arsenio.
Gwen mengangguk mantap," yes! "
"Sekarang tidur aja, tapi jangan matiin HP-nya."Pinta Arsenio. "Boleh alihin ke video call nggak?" tanya Arsenio ketika tidak mendengar respons dari Gwen.
"Apapun untuk Kak Nio,"
"Itu kata-kata ku sayang! "
Tanpa menjawab lagi, Gwen langsung mengalihkan panggilannya ke video call. Dia terkejut melihat kondisi sekitar Arsenio yang gelap, hanya terlihat wajah sembab Arsenio.
"Kak Nio, kenapa nangis? Wajah Kak Nio jelek loh kalau lagi nangis gitu, beda sama aku" canda Gwen, terkejut melihat wajah sembab itu. Arsenio hanya terkekeh ringan menanggapi candaan Gwen.
"Ga apa-apa, muka jelek aku cuma kamu yang liat kok, ga ada orang lain di sini," balas Arsenio. Gwen tersenyum lega, senang melihat Arsenio bisa tertawa, meski itu hanya senyum pahit.
"Met malam, Kak," ucap Gwen sebelum matanya terpejam di depan layar yang dilihat Arsenio.
"Met malam, cantik."
"Kamu sudah janji, baby. Kalo kamu berani ninggalin aku, aku akan kejar kamu kemanapun kamu pergi," bisik Arsenio dengan tatapan sedih melihat wajah pulas Gwen.
"Aku harap kamu disini, baby! "