“Aku bukan barang yang bisa diperjualbelikan.” —Zea
Zea Callista kehilangan orangtuanya dalam sebuah pembantaian brutal yang mengubah hidupnya selamanya. Diasuh oleh paman dan bibinya yang kejam, ia diperlakukan layaknya pembantu dan diperlakukan dengan penuh hinaan oleh sepupunya, Celine. Harapannya untuk kebebasan pupus ketika keluarganya yang serakah menjualnya kepada seorang mafia sebagai bayaran hutang.
Namun, sosok yang selama ini dikira pria tua berbadan buncit ternyata adalah Giovanni Alteza—seorang CEO muda yang kaya raya, berkarisma, dan tanpa ampun. Dunia mengaguminya sebagai pengusaha sukses, tetapi di balik layar, ia adalah pemimpin organisasi mafia paling berbahaya.
“Kau milikku, Zea. Selamanya milikku, dan kau harus menandatangani surat pernikahan kita, tanpa penolakan,”ucap Gio dengan suara serak, sedikit terengah-engah setelah berhasil membuat Zea tercengang dengan ciuman panas yang diberikan lelaki itu.
Apa yang akan dilakukan Zea selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BEEXY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 15 - Percobaan Membujuk
"Sampai kapan dia akan merantaiku seperti ini??" frustasi Zea.
Dia menghela nafas kasar. Lalu tiba-tiba Giovanni alteza masuk ke dalam ruangan tersebut dengan sang sekretaris yaitu Asher membawa beberapa gawai kerja Gio.
Asher yang melihat Zea duduk dengan rantai di tangan dan kakinya seketika ternganga. Tatapan mereka bertemu. Namun saat Asher menyadari bosnya -Giovanni-menatap tajam ke arah asher, lelaki itu segera mengalihkan pandangannya dari Zea.
'Apalagi yang akan dilakukan Giovanni alteza?!gerutu Zea dalam hati.
Giovanni duduk di sebuah meja yang ada di sana, membuka laptopnya dan mengetikkan sesuatu di sana dengan santai. Sementara Asher berdiri di samping Giovanni sambil sesekali melirik ke arah Zea dengan tatapan terkejut.
"Kau tidak berniat melepaskanku sama sekali ya?"tanya Zea yang masih berusaha meronta dan berharap Giovanni akan melepaskannya.
"Tidak." Lelaki itu bahkan tidak menatap Zea dan tetap fokus mengetik.
Sungguh, itu membuat Zea frustasi.
Tapi gadis itu tidak menyerah, dia akan selalu berusaha untuk membuat Giovanni mau melepaskannya.
"Hey, Apa kau sama sekali tidak merasa kasihan denganku?" Zea berkata dengan nada sedikit memohon.
"Tidak."
"Aku sudah mematuhimu kemarin untuk makan, bahkan setelah aku patuh kau tetap tidak ingin melepaskanku?"
"Tidak."
"Kenapa begitu?!"
"Agar kau jera dan sadar kalau kabur dari ku memiliki konsekuensi yang besar." Giovanni tetap tidak menatap Zea saat bicara, seolah hal yang ia kerjakan lebih berharga daripada menanggapi pertanyaan tidak penting Zea.
"Tapi kemarin aku sudah patuh! Kau menyuruhku makan dan aku makan." Zea tetap tidak mau kalah dan kembali mengutarakan argumennya yang tadi.
"Kau makan itu adalah kebutuhan untuk tetap hidup, kau memang harus makan karena aku telah membayar mu cukup mahal. Itu memanglah sebuah kepatuhan, awal yang baik. Tapi bukan kepatuhan yang memberikan keuntungan besar padaku." Kali ini sorot mata Giovanni menangkap sosok Zea dari arah jam 11.00.
Benar-benar lelaki yang sulit untuk ditaklukan.
Zea bingung harus bagaimana lagi untuk membuat Giovanni luluh.
Zea memusatkan pikirannya, sesekali melihat ke arah langit-langit untuk merefresh otaknya agar mendapatkan ide. Beberapa saat kemudian sebuah ide muncul di kepalanya.
"Kau memang menghukum ku agar aku jera? benar? Makan adalah kebutuhanku, lalu bagaimana dengan buang air? Hai aku merasa ingin ke kamar mandi sekarang. Kau tidak mungkin membiarkanku buang air di sini Kan? Baunya akan sangat mengganggu pekerjaan mu." Zea bersemirik, Dia sangat yakin kalau idenya kali ini akan berhasil.
Tidak ada alasan lagi Giovani untuk tidak melepaskannya. Tidak mungkin kan lelaki itu akan membawanya ke kamar mandi. Dia pria dan Zea wanita. Memikirkan idenya akan berhasil saja telah membuat Zea tertawa senang di dalam hatinya.
"Ya kau benar, kau tidak boleh buang air di sini. Baunya akan sangat menggangguku."
BRAVO!!
Jawaban Gio barusan seperti memberikan sinyal kalau rencana Zea berhasil. Gadis itu menambahkan, "Benar kan? maka dari itu lepaskan aku. Biarkan aku buang air kecil sendirian. Tidak mungkin kan kau akan mengantarku ke kamar mandi? Aku tahu walaupun kau seorang mafia, usaha yang sukses, tapi kau masih memiliki moralitas."
'Benar seperti itu Zea, puji terus, puji terus, Giovanni akan luluh dan melepaskan rantai-rantai di tanganmu,'ucap Zea dalam hati dan membanggakan dirinya sendiri karena telah mendapatkan ide yang cemerlang itu.
Asher yang mendengar hal tersebut seketika terbelalak, "Tentu saja Tuan Alteza masih memiliki moralitas. Kau melewati batas karena meragukannya."
Giovanni menaikkan tangan kirinya isyarat agar Asher diam dan biarkan dia yang mengurusnya.
"Maaf, Tuan Altezza."
Giovanni mengaitkan jari-jarinya selalu mengunci pandangannya pada Zea. "Kau benar, aku tidak mungkin untuk membawamu ke kamar mandi dalam keadaan terantai seperti itu. Tapi, itu tidak akan menjadi alasan aku akan melepaskanmu semudah itu."
"Apa kau gila?! lalu bagaimana denganku yang ingin buang air ini?! Apa solusinya?!"
Sungguh, Zea sangat geram dengan Giovanni yang tetap teguh dengan pendiriannya untuk tidak melepaskan Zea.
"Aku selalu punya solusi dari setiap masalah." Giovanni menyentuh tombol ponselnya. "Dan aku juga sudah mempertimbangkan tentang masalah yang kau berikan sebelum kau bernasib seperti sekarang."
Zea ternganga seketika. Jadi, selama ini rencananya telah terbaca? Benar juga. Giovanni bukan orang yang bodoh dan kali ini malah Zea yang merasa bodoh karena menganggap Giovanni akan mudah terperdaya.
Tidak lama kemudian seorang wanita dengan baju pelayan yang seperti versi perempuan dari Federico masuk ke dalam. Senyuman ramah terpampang di wajahnya, ketukan heels saat pelayan perempuan itu melangkahkan kaki terdengar jelas bergesekan dengan marmer. Dia adalah Rossa Belluci.
"Hai, Tuan Altezza. Sudah lama kau tidak memanggilku kembali lagi ke sini, Apa ada yang bisa saya bantu?" Rossa mengedipkan sebelah matanya pada Giovanni tapi diabaikan oleh lelaki itu.
"Antar gadis itu ke kamar mandi dan jangan lepaskan rantai-rantai di tangan dan kakinya,"titah Gio sambil menunjuk ke arah Zea.
Seketika Rosa langsung menoleh ke kanan dan menangkap sosok Zea yang terantai. "Siapa wanita ini? Dan bagaimana dia bisa seperti itu?"
"Bertanya bukanlah perintah yang kuberikan padamu. Lakukan apa yang Aku perintahkan tadi." Giovanni berbicara dengan nada dingin dan tajam, sebuah kebencian saat bawahannya mempertanyakan hal yang tidak perlu.
Rossa yang melihat Sirat kemarahan Giovanni langsung merasa ketakutan dan berjalan mendekati Zea.
Rossa melepaskan ikat pinggang yang menyatukan tubuh Zea dan kursi itu serta beberapa kuncian yang membuat tangan dan kakinya menempel di kursi. Tetapi tangan dan kaki Zea masihlah terhubung antara kanan dan kiri.
"Ayo ikut aku ke kamar mandi." Rossa segera mengarahkan Zea untuk berjalan.
Zea yang juga masih bertanya-tanya siapa Rossa, mengikuti wanita itu dengan canggung. Zea tidak menyangka akan ada pelayan lain selain Federico. Karena setahu Zea, hanya lelaki yang berada di sekitar Mansion.
"Siapa namamu? Dan bagaimana Tuan alteza bisa merantaimu seperti itu?"tanya Rossa dengan nada kecemburuan di nada wanita itu.
"Aku Zea, dan kau?"
"Rossa, pelayan perempuan terbaik tuan alteza. Aku selalu mendapatkan pujian dari Tuan Altezza karena ketekunan dan kehebatanku." Rossa membanggakan dirinya dengan senyuman yang lebar.
"Oh seperti itu, tampaknya tuan mu itu itu baik ya?"
Rosa menyibakkan rambutnya, "Tentu saja. Sebagai seorang CEO, tuan alteza sangat diagung-agungkan oleh banyak wanita. Dia muda, kaya, tampan dan sangat seksi. Bayangkan, Siapa yang tidak tertarik dengan lelaki seperti itu."
Zea hanya mengangguk-anggukan kepalanya untuk memvalidasi pelayan itu. "Kau juga menyukainya?"
"Ya, aku menyukainya. Kuakui itu. Wajar kan? Tapi, sebenarnya.." Rosa mendekati Zea dan berbisik. "Aku lebih menyukai Federico."
Zea terbelalak. "Apa?!"
"Ya, ya kau tidak salah dengar." Kedua mata Rosa berbinar-binar. "Dia itu sangat menggoda tauu, sifat polosnya sungguh membuatku ingin memilikinya."
Zea ternganga. Baru pertama kali ini dia melihat gelagat pelayan Giovanni yang aneh dan sedikit menghibur. Biasanya entah pelayan atau orang-orang disekitarnya selalu berwajah datar, tanpa ekspresi. Tapi, Rosa berbeda.
"Baiklah-baiklah, kembali ke topik. Bagaimana kau bisa berakhir seperti ini?? Hah? Tuan Altezza tidak pernah membawa seorang gadis ke mansionnya! Kecuali aku sesekali, yah, jika diminta saja. Tapi, kau kasusnya tentu saja berbeda,"ucap Rosa penuh selidik.
"Aku dijadikan bayaran untuk hutang paman dan bibiku." Zea mengatakan yang sejujurnya.
"Apa?! Oh, berhati-hatilah karena mungkin nasibmu akan seperti gadis-gadis yang dijual ke mucikari!"ucap Rosa menakut-nakuti—telah diberitahu Federico tentang kebohongan itu.
"APA?! JADI GIOVANNI ALTEZZA ITU AKAN BENAR-BENAR MENJUALKU?!"